Warga Masih Trauma Tsunami

Nasional | Rabu, 26 Desember 2018 - 14:52 WIB

Warga Masih Trauma Tsunami
DITEMUKAN: Seorang warga meng-hubungi kerabatnya usai mengetahui jenazah anggota keluarganya berhasil ditemukan di reruntuhan bangunan villa oleh anggota gabungan di Jalan Carita-Anyer, Kabupaten Pandeglang, Senin (24/12/2018). (QODRAT/JPG)

Kondisi rusak parah hampir di sepanjang pesisir pantai yang dipadati oleh bangunan warga. Jaraknya sekitar 100 meter dari bibir pantai. Sebuah rumah cukup besar dengan atap hitam porak poranda. Alat berat diperbantukan untuk mencari korban yang kemungkinan masih tertimbun di bangunan yang roboh. Dari kejauhan ratusan petugas terlihat menyemut di lokasi reruntuhan itu. Terlihat pula petugas PLN yang sedang memperbaiki jalur kabel listrik.

Sementara, kapal-kapal nelayan juga terlihat ada yang terdampar hingga di dekat pemukiman warga. Kapal nelayan yang berukuran lebih kecil tampak terguling dan karam di sekitar pantai. Pergerakan besar-besaran personil gabungan untuk mengevakuasi korban tsunami pada Sabtu (22/12) itu.

Baca Juga :Gempa Kekuatan 3.2 M Kembali Guncang Kuansing

Siang kemarin, Kepala BNPB Willem Rampangilei juga mengunjungi Sumur dengan menggunakan helikopter. Hari ini dia berencana kembali ke Sumur untuk membawa bantuan logistik juga dengan helikopter. beberapa bantuan yang akan dikrimkan mulai dari family kit, keperluan anak-anak, permakanan, selimut, matras, dan tenda.

”Yang berat pakai jalan darat. Sedangkan yang bisa diangkut dengan helikopter kita  bawa besok (hari ini, red),” kata Willem.

Dia menyebutkan Sumur memang yang sulit terjangkau. Lokasinya saja sekitar 60 km dari Labuan yang jadi titik pos utama BNPB. Sedangkan evakuasi korban diperkirakan perlu waktu sekitar tujuh hari.

”Mudah-mudahan dalam tujuh hari itu pekerjaan  pencarian, penyelamatan, dan evakuasi bisa diselesaikan. Kita juga mengerahkan alat berat termasuk dengan anjing pelacak,” ujar Willem.

Kabar adanya gelombang tinggi kembali muncul siang kemarin. Warga pun ada yang ketakutan terutama yang tinggal di pesisir dan dekat dengan sungai. Erni Sumarni (22), warga Desa Labuan menuturkan kabar air yang tinggi itu begitu cepat menyebar. Warga ada yang panik dan memilih untuk untuk ke lokasi yang lebih tinggi.

”Ya pada takut. Khawatir kalau terjadi apa-apa,” kata Erni.

Dia bersama putrinya berusia setahun tujuh bulan pun memilih untuk ke  posko pengungsian di lapangan futsal Labuan.

Menjelang matahari tenggelam di peraduannya, memang terlihat beberapa warga berdatangan ke posko pengungsian. Tua, muda, ibu-ibu, dan nenek-nenek. Mereka terlihat membawa tikar yang bertuliskan bantuan dari Kementerian Sosial. Tikar yang digulung itu digendong masuk ke lapangan futsal lantas dijadikan alas. Koordinator posko Induk pengungsi di Labuan Abu Salim menuturkan pada pagi dan siang hari para pengungsi itu kembali ke rumah atau melakukan aktivitas harianya. Tapi, pada saat malam hari mereka memilih di lokasi pengungsian karena dianggap lebih aman dan terjamin.

”Apalagi sore ini (kemarin, red) ada kabar air naik. Banyak warga yang mencari tempat tinggi termasuk ke posko pengungsian ini,” ungkap dia.

Gara-gara info tersebut ternyata ada ratusan warga yang ternyata betul-betul mencari tempat tinggi. (jun/tyo/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook