JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Ledakan besar terjadi di gudang penyimpanan bahan peledak perang dunia kedua di Mako Brimob, Semarang Jawa Tengah, kemarin (14/9). Terdapat 18 mortir sisa perang dunia kedua dalam gudang tersebut. Kendati sisa perang dunia kedua, mortir tersebut merupakan bahan peledak dengan sensitivitas tinggi.
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menuturkan bahwa ledakan terjadi sekitar pukul 07.00 hingga pukul 08.00. Kebakaran yang terjadi akibat ledakan telah dipadamkan dengan tujuh unit mobil pemadam kebakaran. ”Saat ini masih proses olah tempat kejadian perkara (olah TKP),” tuturnya.
Olah TKP tersebut dilakukan Tim Penjinak Bom dan Handak Polri. Tim tersebut telah terbang ke Semarang, Jawa Tengah. Nantinya, akan diteliti secara ilmiah apa penyebab utama yang memicu bom sisa perang dunia kedua itu meledak. "Puslabfor dan Inafis juga dilibatkan," terangnya.
Dedi menjelaskan, pemicu ledakan hingga saat ini belum diketahui dengan pasti. Namun, perlu diketahui bahwa mortir sisa perang dunia kedua itu memiliki sensitivitas tinggi. ”Udara yang panas juga bisa menjadi pemicu,” ujarnya.
Menurutnya, jumlah mortir yang tersimpan di gudang tersebut mencapai 18 buah. Perinciannya enam uah mortir besar, tiga buah mortir sedang, delapan buah mortir kecil dan satu bom ranjau.
”Kalau ditemukan masih ada mortir yang tersisa akan dilakukan disposal atau pemusnahan. Sehingga, tidak terjadi kembali ledakan di area tersebut,” urai mantan Wakapolda Kalimantan Tengah tersebut.
Untuk korban dalam kejadian tersebut satu orang petugas yakni, Kaden Gegana Polda Jateng AKBP Syaiful Anwar. Korban mengalami luka di bagian kepala akibat pecahan kaca dampak dari besarnya ledakan. ”Tidak ada korban jiwa,” jelasnya.
Terkait kerusakan bangunan, Dedi mengatakan bahwa pendataan sementara terjadi kerusakan di sebelas rumah atau bangunan di sekitar lokasi kejadian.” untuk yang sebelas itu rusak dikaca, genteng dan plafon,” ungkapnya.
Terdapat juga kerusakan dua kendaraan roda empat dalam kejadian tersebut. Jumlah tersebut masih bisa bertambah, karena masih dilakukan pendataan. ”Bisa jadi ada rumah warga yang rusak, atau rumah angota dan purnawirawan di sekitar lokasi,” paparnya.(idr/jpg)