”Di tangkap di Sumatera Utara (Sumut),” tuturnya.
Ameng diduga memberikan uang Rp15 juta untuk membuat bom. Saat diamankan ternyata Ameng juga kedapatan menyimpan bom rompi, sepuluh bom pipa dan satu kardus bahan peledak. Kemungkinan bom rompi itu untuk melakukan aksi bunuh diri.
”Bahan peledak masih diperiksa di laboratorium forensik,” ujarnya.
Terduga teroris selanjutnya, Ogel alias P yang diduga berperan aktif membantu AH merancang aksi teror. Ada juga bahan peledak yang disimpan oleh Ogel.
”Dari penangkapan beberapa hari ini, total 300 kg bahan peledak yang didapatkan. Bom yang telah terakit jumlahnya 15 buah.,” terangnya.
Jumlah bahan peledak yang begitu banyak itu sangat tidak mungkin hanya dibeli dengan Rp15 juta yang diberikan Ameng. Maka, ada kemungkinan penyandang dana lainnya.
”Saat ini sedang dilakukan pengejaran,” ujarnya.
Terkait sterilisasi rumah AH dari bom, dia menjelaskan hingga Kamis (14/3) siang ditemukan setidaknya lima buah bom. Semua bom itu telah didisposal atau dimusnahkan dengan cara diledakkan. ”Tapi, upaya sterilisasi masih berlangsung,” tuturnya.
Dalam waktu dekat, rumah tersebut kemungkinan bisa dinyatakan klir atau bersih dari bom. Dengan demikian sekitar 20 kepala keluarga yang terdampak bisa kembali ke rumah dan bisa memperbaiki rumah masing-masing.
”Nanti akan dibantu pihak pemda,” terang mantan Wakapolda Kalimantan Tengah tersebut.
Dia juga mengklarifikasi soal jumlah anak AH. Bila sebelumnya disebut hanya tiga anak, kini dipastikan AH memiliki empat orang anak. Namun, yang menjadi korban ledakan bom hanya satu anak yang berusia sekitar 2 tahun. ”Tiga anak yang lain masih dicari, inisial H usia 18 tahun, A usia 16 tahun dan S usia 11 tahun,” jelasnya.
Menurutnya, aksi teror di Indonesia mengalami fenomena baru. Pascabom Surabaya ternyata Bom di Sibolga ini menguatkan kemungkinan bahwa perempuan mulai aktif dilibatkan untuk melakukan aksi. ”Khususnya untuk lone wolf,” tuturnya.