KASUS POSITIF COVID-19 MELONJAK JADI 69 PASIEN

Empat Meninggal, Enam Sembuh

Nasional | Sabtu, 14 Maret 2020 - 11:07 WIB

JUMLAH kasus positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat dengan signifikan. Kemarin (13/3), penambahan kasus positif sudah mencapai 35 orang atau lebih dari dua kali jumlah kasus terakhir. Sehingga jumlahnya menjadi 69. Meski begitu, pemerintah belum mau terbuka soal pemetaan kasus-kasus positif Secara keseluruhan, ada 35 kasus positif baru di Indonesia. Ke-35 orang itu adalah hasil contact tracing 34 kasus sebelumnya selama dua hari belakangan. Dari jumlah itu, tiga orang meninggal dunia tidak lama setelah tiba di RS.

"Masuk rumah sakit sudah dalam keadaan menggunakan ventilator," terang Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto di Kantor Presiden kemarin. Ketiganya masing-masing berusia 57, 37, dan 59 tahun. Dua perempuan dan satu laki-laki. Masing-masing dicatat sebagai kasus 35, 36, dan 50.


Dalam penjelasan sebelumnya, Yuri mengatakan bahwa kedua pasien peempuan masuk RS dalam kondisi buruk. Kasus 35 memiliki tanda-tanda sepsis. Tidak lama berada di RSPI Sulianti saroso, dia meninggal dunia dua hari lalu. Saat itu, dia belum dinyatakan sebagai kasus positif karena spesimennya masih diuji. Kemarin, barulah ada kepastian bahwa dia positif Covid-19.

Kemudian, pasien 36 masuk RSPI dalam kondisi gagal nafas. Di RS sebelumnya, kondisinya baik namun-tiba-tiba mengalami sesak nafas. Setelah dalam kondisi tersebut, barulah dia dirujuk ke RSPI. Sama seperti kasus 35, dia meninggal sebelum dinyatakan positif karena spesimennya baru diambil. Untuk kasus 50, Yuri hanya memberi keterangan bahwa kondisinya memburuk dengan cepat hingga akhirnya meninggal.  

Sementara, kasus yang sembuh juga bertambah. Yakni, kasus 01 dan 03. Pasien 01 adalah yang kali pertama diketahui tertular Covid-19 dari WN Jepang. Mereka sudah diperbolehkan pulang, Namun keduanya memilih menunggu kondisi kasus 02 yang merupakan ibu dari kasus 01.

Masih ada satu kali lagi pemeriksaan virus yang harus dilakukan terhadap kasus 02, yang diyakini hasilnya akan negatif. Rencananya, sore ini mereka sudah bisa pulang. Dengan demikian, hari ini secara keseluruhan ada enam kasus yang sembuh. Ketiga kasus itu menyusul kasus 06, 14, dan 19 yang dinyatakan sembuh sebelumnya.

Selain itu, sembilan ABK WNI yang tertular di kapal Diamond Princess di jepang dipastikan sembuh semua. Tadi malam, mereka tiba di tanah air. Namun, para ABK itu masih akan menunggu teman-temannya yang ada di pulau Sebaru. Rencananya, besok (15/3) mereka sudah boleh pulang bersama 69 ABK lainnya. Termasuk kasus 06 yang baru saja dinyatakan sembuh.

Dari keseluruhan 69 kasus positif Covid-19 di Indonesia terdapat dua balita. Masing-masing berusia 2 dan 3 tahun, dan berjenis kelamin laki-laki. "Dia adalah bagian dari tracing. Orang tua yang sakit, anaknya yang kena," lanjut pria yang juga menjabat Dirjen P2P Kemenkes itu.

Di sisi lain, kemarin diketahui ada pasien yang kabur dari perawatannya di RS Persahabatan. Saat dikonfirmasi, Yuri hanya menawab singkat. "dia sudah di RSPP," ujarnya. menurut Yuri, pasien tersebut saat itu belum dinyatakan positif. Karean itu, dia memilih untuk pulang dan dijemput oleh keluarganya. Meskipun, sebenarnya dia sedang diisolasi. Namun, saat ini dia sudah dinyatakan positif Covid-19.

Saat ini, contact tracing terhadap semua kasus positif masih terus dilakukan. Pihaknya melakukan lebih cepat agar segera bisa diidentifikasi, ditemukan, dan diisolasi bila menjadi kasus positif. Sehingga tidak menjadi sumber penyebaran di lingkungan masyarakat.

Kemudian, pemerintah mengambil kebijakan baru soal pengujian virus. Mulai senin lusa (16/3), pemeriksaan virus sudah bisa dilaksanakan di luar Balitbangkes. "Bisa dilaksanakan di BBTKL (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan), di universitas Airlangga, di Lembaga Eijkman, dan di beberapa tempat lagi," tutur Yuri.

Syarat mutlak sebuah laboratorium bisa menguji virus adalah memiliki tingkat keamanan biologi level 2. Hanya sedikit laboratorium di Indonesia yang memiliki kualifikasi tersebut. Saat ini, sedang dilaksanakan on the job training (OJT) di beberapa lahoratorium. Tes kit untuk uji virus juga sudah diterima oleh Kemenkes lebih dari 10 ribu.

Sementara itu, kemarin Kemenag mengumumkan protokol tambahan untuk tempat-tempat ibadah. Menag Fachrul Razi yang menyampaikannya seusai emndampingi presiden meninjau proses disinfeksi di masjid Istiqlal Jakarta. Protocol itu dibuat mengantisipasi perayaan hari besar agama yang akan berlangsung dalam waktu dekat. Khususnya Paskah, Ramadan, dan Idul Fitri.

Sejak kemarin, semua karpet di ruang utama masjid Istiqlal digulung. Kemudian, seluruh area disemprot disinfektan oleh tim gabungan yang dipimpin PMI. Pihaknya mengimbau semua masjid untuk melakukan hal yang sama. "Menggulung semua karpetnya karena ternyata itu salah satu sumber penyakit, kemudian melakukan penyemprotan antiseptic," ujarnya. penyemprotan akan dilakukan secara periodik.

Selain itu, dia juga menyarankan jamaah untuk sementara waktu tidak bersalaman satu sama lain. Apalagi saling cium pipi kanan dan kiri. Sebab, kedua kegiatan itu bsia menjadi media penularan virus. Pihaknya juga mengimbau agar masjid-masjid menyediakan sabun dan antiseptic di ruang wudhu.

Mengenai Ramadan yang akan berlangsung kurang dari dua bulan lagi, Fachrul menyatakan kegiatan tetap berjalan normal. Baik tarawih maupun buka puasa bersama. "Kecuali ada perubahan-perubahan yang membuat situasinya menjadi sangat jelek. Mudah-mudahan tidak terjadi," lanjutnya.

Bila memungkinkan, semua tempat ibadah, baik masjid, gereja, pura, Vihara, dan lainnya disarankan untuk menyediakan thermal gun untuk memeriksa suhu tubuh jamaah atau umat. Agar umat yang beribadah juga bisa merasa tenang.

Umat juga diimbau untuk tidak datang ke tempat ibadah bila merasakan gejala sakit atau demam. "Karena Anda bisa menularkan ke orang lain," ucapnya. Lebih baik, bila sakit, ibadah dilakukan di rumah. Tidak perlu mengambil risiko hanya karena mencari nilai ibadah yang lebih tinggi.

Pola komunikasi pemerintah dalam menghadapi Covid-19 mendapat kritikan. Perwakilan Koalisi Masyarakat Sipil Anis Hidayah kemarin menyatakan kekhawatiran karena cara pemerintah merespons Covid-19 sejak awal. "Saat pertama kali virus ini muncul di Cina dan menyebar ke kawasan lain di negara tetangga, pemerintah menganut premis yang sama sekali keliru. Alih-alih mengantisipasi secara serius ancaman virus ini, pemerintah melalui pernyataan para pejabat dan elitnya cenderung meremehkan dan menyiratkan seakan-akan orang Indonesia kebal terhadap serangan virus ini," tuturnya.
Padahal akademisi Universitas Harvard sudah menyebutkan bahwa virus itu sudah sampai di Indonesia. Pemerintah menolak hal itu. "Sikap meremehkan dan cenderung anti-sains ini sedikit banyak telah membuat pemerintah tergagap saat virus ini benar-benar datang. Sementara para pemimpin negara-negara tetangga jauh-jauh hari sudah mempersiapkan negaranya," katanya.

Lebih lanjut dia menyatakan kegagapan pemerintah nampak dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan pejabat pemerintah pusat maupun daerah. Anis menuturkan koordinasi yang lemah antara pemerintah pusat dan daerah serta miskomunikasi antara Kementerian Kesehatan dengan instansi lainnya nampak dalam bagaimana kasus pertama diumumkan. Termasuk pelanggaran hak privasi pasien. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan adanya kasus Covid-19 pertama di rumah sakit tempat pasien dirawat. "Nampak jelas bahwa pemerintah cenderung mendahulukan citra ketimbang kemaslahatan pasien dan keselamatan publik yang lebih luas," keluhnya.

Dia menyayangkan pemerintah malah memberikan insentif untuk industri pariwisata termasuk membayar buzzer. Harusnya, mengucurkan dana untuk fasilitas kesehatan. "Sementara negara-negara lain mengetatkan pintu masuk untuk menghindari perluasan virus, Indonesia malah membuka diri lebar-lebar dengan alasan melindungi industri pariwisatanya," katanya.

Kegagapan pemerintah makin diperparah dengan kebijakan pemerintah yang secara sengaja membatasi informasi mengenai ancaman dan perkembangan penyebaran Covid-19 di Indonesia. "Kekhawatiran akan penyebaran hoaks, tidak disertai dengan upaya untuk membangun komunikasi dan informasi publik yang terpercaya dan komprehensif. Ini terlihat dari minimnya informasi mengenai dampak virus ini terhadap pasien dan lokasi-lokasi penularannya," tutur Anis. Ketertutupan informasi menurutnya justru akan memberikan sinyal dan arah yang keliru untuk publik menurunkan kewaspadaan yang bisa berakibat pada perluasan penularan wabah.

Keluarkan Keppres Gugus Tugas Covid-19

Kemarin, Presiden juga telah mengeluarkan Keppres nomor 7 Tahun 2020 tentang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Isinya tentang gugus tugas yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Beserta tata laksana kerjanya. "Sejak awal task force sudah ada. Saya komandani sendiri," tegasnya. Yang jelas, sampai saat ini pemerintah belum berpikir untuk melakukan lock down seperti di beberapa negara.

Beberapa tugas dari gugus tugas itu adalah, mengoperasikan percepatan penanganan Covid-19. Kemudian, mengerahkan segala sumber daya yang diperlukan untuk mempercepat penanganannya. Kepala BNPB menjadi Ketua Pelaksana gugus tugas tersebut, yang anggotanya berasal dari unsur lintas kementerian dan Lembaga.

Keppres itu juga memerintahkan kepala daerah membentuk gugus tugas di level masing-masing. Juga terus berkoordinasi dnegan pemerintah pusat dan melibatkan semua pihak yang memang diperlukan. Masyarakat juga diminta berperan aktif dalam mencegah penyebaran virus.

 Caranya sederhana saja. Yakni berupaya meningkatkan imunitas diri masing-masing. Lewat olahraga maupun makan makanan yang bergizi. Juga sebisa mungkin tidak stress karena bisa menurunkan imunitas. "Dan terakhir saya mengajak seluruh komponen bangsa, mari bersama-sama saling bekerja keras memberikan dukungan, memberikan energi positif kita," tambahnya.(lyn/byu/jpg/fiz)

 

Laporan: JPG









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook