JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan ancaman stabilitas keamanan negara mulai bervariasi di era revolusi industri 4.0. Ada tiga ciri utama dari ancaman tersebut. Pertama sifatnya eskalatif atau tiba-tiba muncul. Kemudian bersifat campur gabungan dari dua atau tiga ancaman.
"Ketiga adalah dalam tempo yang singkat. Kita tak membayangkan tiba-tiba terjadi bleng, bom di Medan, terjadi bom bunuh diri. Ini adalah salah satu sikap dari ancaman tersebut," kata Hadi dalam Rakornas Indonesia Maju di SICC Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (13/11).
Ancaman keamanan di era revolusi industri 4.0 sudah banyak terjadi di Indonesia di 2019 ini. Seperti saat banyak unjuk rasa penolakan revisi UU KPK di Jakarta, mendadak wilayah Papua memanas dengan sejumlah kerusuhan. Ditambah adanya kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan.
"Artinya apa ancaman itu memang bercampur-campur dalam tempo yang tepat," imbuh Hadi.
Oleh karena itu, mantan KSAU itu menilai perlu ada sinergitas antara TNI, Polri dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dalam mengatasi ancaman tersebut.
"Salah satu contoh adalah ketika terjadi bencana alam di Palu, semuanya TNI-Polri termasuk pemerintah daerah semuanya bisa dilakukan, diselesaikan dengan baik," tambahnya.
Terjaganya keamanan nasional, lanjut Hadi, akan meningkatkan pembangunan di daerah. Selain itu, saat ini TNI juga telah membentuk organisasi baru. Yaitu Komando Wilayah Pertahanan (Kogabwilhan) yang isinya terdiri tiga matra. Ada 3 markas yang disebar di seluruh bagian Indonesia yakni di Tanjung Pinang, di Balikpapan dan Biak.
"Pemda harus berperan untuk membantu terlaksananya fungsi dan tugas Kogabwilhan karena tugasnya sebagai penindak jika terjadi krisis di wilayah itu," tegas Hadi.
Sumber : Jawapos.com
Editor : Rinaldi