DIPERLUKAN KEBIJAKAN PENDORONG KONSUMSI

Ekonomi Tumbuh 5,72 Persen, Pemerintah Jaga Daya Beli

Nasional | Rabu, 09 November 2022 - 12:22 WIB

Ekonomi Tumbuh 5,72 Persen, Pemerintah Jaga Daya Beli
Pekerja menyelesaikan proyek konstruksi di kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat, baru-baru ini. (JPG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - PERTUMBUHAN ekonomi kuartal III yang tumbuh 5,72 persen membawa berbagai optimisme. Terutama terkait kondisi ekonomi hingga tahun depan.

Pelaku usaha menilai bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2022 mencapai 5,72 persen secara tahunan year on year (yoy) didukung oleh kepercayaan diri konsumsi sepanjang periode tersebut. Padahal, kondisi ekonomi masih terdistorsi oleh Bahan Bakar Minyak (BBM) dan inflasi harga pangan. "Karena itu, penciptaan stabilitas daya beli sangat krusial untuk menjaga momentum pertumbuhan hingga akhir tahun," ujar Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani.


Pengusaha meyakini bahwa tantangan terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV 2022 nanti adalah pengendalian inflasi dan stabilitas makro ekonomi yang baik. Pasalnya, lebih dari 50 persen pertumbuhan ekonomi nasional didorong oleh konsumsi domestik atau konsumsi rumah tangga. "Inflasi yang semakin tinggi secara langsung akan menciptakan pertumbuhan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi nasional,"bebernya.

Apindo memperkirakan bahwa pada kuartal IV 2022 efek kenaikan suku bunga Bank Indonesia sebesar 50 basis poin (bps) pada Oktober akan terasa. Namun, dampak negatif kenaikan itu akan bisa diredam oleh pemerintah. "Dampak negatifnya terhadap investasi bisa di-counter oleh kebijakan-kebijakan pendukung konsumsi seperti penerapan DP nol persen untuk pembelian real estate atau kendaraan yang bisa mengstimulasi konsumsi sehingga, investasi tetap terpacu,"urainya.

Selain itu, lanjut Shinta, dampak negatif bisa dihindari apabila pemerintah menjaga momentum pertumbuhan sektor-sektor ekonomi seperti manufaktur, jasa/pariwisata, perdagangan, yang biasa mengalami peningkatan produktifitas di tiap kuartal IV 2022.

Terpisah, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2022  dapat menjadi bekal yang cukup kuat untuk menghadapi potensi resesi global di 2023. "OECD, IMF, EDB, dan World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi berkisar 4,8-5,1 persen. Artinya beberapa lembaga juga sepakat bahwa Indonesia bisa menjadi the bright spot in the dark, jadi masih bisa keluar dari resesi di tahun depan,"paparnya.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menambahkan, pihaknya melakukan berbagai upaya untuk menekan efek domino perlambatan ekonomi global, terutama pada sektor manufaktur RI.

Sejumlah strategi agar perusahaan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya. Menurut Agus, barang larangan dan/atau pembatasan (lartas) dapat menjadi instrumen di sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT). "Kalau di sektor tekstil harus ada harmonisasi antara hulu, intermediate dan hilir,"ucapnya.

Secara klasifikasi,  Agus mengatakan, sektor manufaktur nasional terbagi pada kelompok pertumbuhan tinggi, melambat, dan minus. "Industri yang tumbuh tapi melambat dibandingkan kuartal sebelumnya, seperti industri makanan dan minuman. Tumbuh tapi belum sesuai harapan,"ujarnya.

Agus melanjutkan, melambatnya pertumbuhan sektor manufaktur dipicu penurunan permintaan di luar negeri. Selain itu, ketersediaan dan harga bahan baku yang tertekan penguatan dolar AS juga turut mempengaruhi. Beberapa industri yang minus adalah industri kimia dan farmasi, bahan galian non-logam, juga furnitur. Karena itu, pihaknya akan mencari pasar global baru yang potensial untuk mengurangi tekanan yang ada. "Kami akan membuka akses ke Amerika Latin, Afrika, Timur Tengah, dan Asia,"katanya.(dee/agf/dio/esi)
 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook