JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Kedaulatan dan keamanan nasional saat ini tengah terancam. Pasalnya, empat pulau terdepan Indonesia yang berada di wilayah Kabupaten Bengkalis, Riau, terancam tenggalam akibat abrasi yang sudah lama terjadi dan tak kunjung ada penanganan.
Demikian diungkapakan Anggota Komisi V DPR RI, dari fraksi PKS, Syahrul Aidi Maz'at usai rapat dengar pendapat umum (RDPU) antara Gubernur Riau, Syamsuar dengan Komisi V DPR RI terkait percepatanan pembangunan dan pembiayaan infrastruktur di Ruang Rapat Komisi V DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (9/7/2020).
"Keempat pulau itu adalah Pulau Mandi, Pulau Ransang, Pulau Bengkalis dan Pulau Rupat. Dari empat pulau itu, tiga diantaranya kondisinya saat ini sangat memprihatinkan," ujarnya.
Menurut Syaharul Aidi, sepanjang 167 kilometer bibir pantai terus digerus air laut, mencapai 20-30 meter pertahunnya.
"Jika pemerintah tidak segera mengatasi dan menanggulangi abrasi tersebut, maka kedaulatan Negara Kesatuan Rebulik Indonesia (NKRI) akan terancam. Sebab, pulau-pulau tersebut berada di beranda terdepan Indonesia yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka-Malaysia," urainya.
Persoalan ini kata Dia, bukan lagi sebatas urusan daerah. Namun, sudah seharusnya menjadi perhatian nasional. Terlebih lagi sudah menyangkut kedaulatan dan keamanan negara.
"Ketika kita berbicara kedaulatan negara, kita tidak lagi berbicara tentang daerah," tegasnya.
Anggota DPR RI dari Dapil Riau II itu juga menyesalkan perhatian pemerintah yang menurutnya masih setengah hati menanggulangi abrasi pulau-pulau di Riau hanya dengan melakukan penangkal air laut sekitar 800 meter saja pertahunnya.
"Jadi saya minta pemerintah serius, jangan setengah hati," tambahnya.
Ia juga mendesak pemerintah dalam hal ini Kementerian PUPR segera mengambil langkah kongkrit dalam mengatasi persoalan abrasi di Pulau-pulau tersebut, agar kelangsungan hidup penghuni pulau itu tetap ada.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Riau, Syamsuar menjelaskan kondisi terkini ketiga pulau yang dimaksud Syahrul Aidi.
Terlebih, kontruksi tanah di pulau itu mayoritas gambut. Ketika air pasang, kata Syamsuar, bibir tebing di pulau itu langsung tergerus air dan menyebabkan pemukiman penduduk ikut runtuh.
"Banyak tanah masyarakat hilang, rumah hilang, tanaman-tanaman juga hilang tentunya ini juga akan berpengaruh terhadap tatanan sosial masyarakat disana," jelas Syamsuar.
Laporan: Yusnir (Jakarta)
Editor: Eko Faizin