JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Penerapan kenormalan baru sekaligus penghentian sejumlah protokol kesehatan di Arab Saudi, memicu kabar dibukanya kembali haji untuk jemaah luar negeri. Informasi ini ditunggu para jemaah calon haji (JCH) di Tanah Air. Pasalnya dua tahun terakhir Pemerintah Indonesia tidak bisa mengirim jemaah haji.
Informasi dibukanya kembali haji 2022 untuk jemaah luar Saudi, santer diberitakan media internasional. Di antaranya oleh The Guardian. Mereka menyebutkan pemerintah Arab Saudi segera merilis kuota jemaah haji 2022 untuk tiap-tiap Negara, termasuk Indonesia yang selama ini menjadi negara pengirim jemaah haji terbesar di dunia.
Kabid Umrah Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) Zaki Zakaria Ansyari membenarkan adanya kabar bahwa Saudi kembali membuka akses kedatangan jemaah haji dari luar negeri. Dia mengatakan pada musim haji 2020 dan 2021 pelaksanaan haji sangat terbatas. Yaitu untuk warga dari dalam negeri Saudi sendiri.
"Beritanya sudah beredar di Saudi. Tetapi belum ada keputusan resmi dari Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi," katanya, Senin (7/3). Zaki mengatakan travel umrah yang juga penyelenggara ibadah haji khusus (PIHK) juga menunggu kepastian penyelenggaraan haji 2022. Sebab selama ini mereka juga tidak bisa mengirim jamaah haji khusus atau dulu dikenal ONH Plus.
Konsul Haji KJRI di Jeddah Endang Jumli mengomentari kabar bahwa Saudi akan kembali membuka penyelenggaraan haji untuk jamaah luar negeri. "Sumber resmi dari Kementerian Haji Saudi belum ada statement," katanya. Dia mengatakan sebaiknya masyarakat menunggu informasi resmi yang disampaikan oleh pemerintah Saudi.
Lebih lanjut Endang mengatakan dampak dari pelonggaran protokol kesehatan oleh pemerintah Saudi sudah terlihat. Baik itu di komplek Masjidilharam, di kota Makkah secara umum, serta kota-kota di Arab Saudi lainnya. Meskipun sudah ada pelonggaran, bukan berarti para jemaah umrah di Kota Makkah langsung berkeliaran keluar hotel untuk berjalan-jalan.
Selain itu Endang mengatakan selama di Masjidilharam jemaah tetap harus menggunakan masker. "Karena masih dalam konteks ruangan tertutup. Bukan tempat umum dan terbuka," jelasnya. Kemudian pertokoan di seputaran Masjidilharam juga sudah kembali beroperasi.
Dari dalam negeri, pemerintah kembali menerapkan pelonggaran-pelonggaran. Di antaranya adalah karantina untuk PPLN, termasuk jemaah umrah, dikepras hanya tinggal sehari. Zaki mengatakan aturan ini disambut baik jemaah. Karena bisa membuat ongkos umrah menjadi lebih hemat.
"Ini langkah tepat pemerintah," katanya. Zaki mengatakan pemerintah Indonesia akhirnya mengikuti upaya sejumlah negara seperti Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Australia yang lebih membuka diri dan berdamai dengan Covid-19.
Dia mengatakan tren kasus harian Covid-19 di Indonesia mulai melandai. Dari puncaknya di pertengahan Februari yang sempat 60 ribuan kasus sehari, sekarang tinggal belasan ribu kasus harian.
Kondisi ini sama seperti di Saudi. Zaki mengatakan di Arab Saudi puncak varian Omicron terjadi pada pertengahan Januari lalu. Saat itu kasus harian di Saudi naik hingga 6.000-an kasus. Kemudian sekarang melandai di kisaran 300-an kasus harian. "Kita optimis kasus positif Covid-19 jemaah umrah (Indonesia, red) akan semakin menurun," tuturnya.
Ini seiring dengan penurunan kasus Covid-19 di Saudi dan di Indonesia. Selain itu meningkatnya vaksinasi Covid-19 di kedua negara juga bisa membuat jamaah semakin aman dari resiko penularan.(wan/jpg)