PENAMBAHAN PASIEN POSITIF DI RIAU DIDOMINASI KLASTER KELUARGA

Siapkan Vaksin Gotong Royong di Fasyankes

Nasional | Selasa, 16 Maret 2021 - 08:58 WIB

Siapkan Vaksin Gotong Royong di Fasyankes
Ilustrasi (JPG)

Sementara itu, menepis beredarnya kabar bahwa vaksin yang dimiliki oleh Indonesia akan kedaluarsa pada 25 Maret 2021, Jubir Pemerintah Untuk Vaksinasi Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan bahwa semua vaksin yang digunakan pada vaksinasi gelombang kedua yang menyasar kelompok prioritas seperti pekerja media, pelayan publik dan pedagang pasar adalah vaksin terbaru hasil dari produksi dari bio farma.

"Yang akan expired pada akhir Maret itu adalah vaksin Sinovac yang kita terima dalam bentuk jadi. Atau vaksin Coronavac-nya bentuknya 1 dosis vial kecil. berisi 1 dosis untuk penyuntikan 1 orang," jelas Nadia, kemarin (15/3).


Vaksin yang didapatkan pada batch pertama ini kata Nadia sudah tidak ada lagi. Sebagian besar disuntikkan pada tenaga kesehatan pada tahap pertama vaksinasi.

"Sebagian besar dua dosis untuk tenaga kesehatan sebagian lagi untuk dosis pertama pemberi layanan publik," jelasnya.  

Sementara vaksin yang saat ini digunakan untuk menyuntik para pekerja media, kelompok lansia, prioritas, pedagang pasar dan lainnya adalah vaksin hasil produksi biofarma yang diterima dalam 35 juta dosis berbentuk buk yang setengah jadi. "Jadi sudah diproses biofarma jadi vaksin jadi. Kemasannya berbeda dengan yang akan kedaluwarsa di bulan maret," kata Nadia.

Vaksin Sinovac hasil produksi Bio Farma tersebut kata Nadia masa edarnya masih cukup lama. Diproduksi pertama kali pada Februari, vaksin memiliki umur edar sekitar 6 bulan sebelum kedaluarsa. Itu artinya,  masih ada waktu sampai Juli 2021 untuk menyuntikkan vaksin-vaksin tersebut.  

Vaksin produksi Bio Farma ini kata Nadia dikemas dalam bentuk vial botol besar. "Bisa untuk penyuntikan 9 sampai 11 orang.  Jangan takut teman-teman awak media dan masyarakat vaksinnya tidak kedaluarsa," jelasnya.

Saat ini, dengan 26 tim vaksinasi, Nadia menyebut sudah menyelesaikan sasaran  sebanyak 5.227 personil awak media untuk suntikan pertama. Suntikan kedua diberikan minimal 14 hari setelah suntikan pertama untuk mematangkan pembentukan antibodi.  Jangka waktu ini tidak boleh diperpendek. Kalaupun diundur, kata Nadia maksimal berjarak 28 hari. "Dari uji klinis, setelah 14 hari  vaksin baru menimbulkan antibodi yang optimum. Penyuntikan harus cepat. 14 hari sudah dilakukan," katanya.  

Sementara bagi mereka yang terpapar Covid-19 di antara jeda waktu dosis vaksinasi pertama dan kedua, maka harus menjalani isolasi mandiri sampai sembuh. Baru 3 bulan kemudian bisa menerima vaksin kembali. Dosis nya pun harus diulang dari awal lagi. "3 bulan lagi sudah bisa ikut periode berikutnya bersama masyarakat lainnya. Tinggal menghubungi RS dan puskesmas dengan membuat jadwal terlebih dahulu," jelasnya.

Nadia memperingatkan, setelah divaksin bukan berarti seseorang kebal Covid-19. Infeksi masih memungkinkan, namun antibodi dalam tubuh sudah terbentuk sebelumnya sehingga gejala yang ditimbulkan diharapkan bisa ringan bahkan tidak ada gejala sama sekali. "Vaksin ini membentengi kita kalau tertular, kita menjadi tidak sakit atau mungkin gejalan ringan atau OTG. Vaksinasi menurunkan resiko untuk menjadi sakit," pungkasnya.

Didominasi Klaster Keluarga
Pasien positif Covid-19 di Riau dalam beberapa hari mengalami peningkatan, dan jumlahnya di atas 100 pasien per hari. Sementara itu untuk pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia juga setiap hari terus bertambah.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Riau Mimi Yuliani Nazir mengatakan, meningkatnya kasus positif di Riau belakangan ini karena banyaknya kasus dari klaster keluarga. Karena saat ini, pihaknya melihat penerapan protokol kesehatan sudah kembali kendor.

"Dari data yang masuk, pasien positif banyak dari klaster keluarga. Apalagi sekarang sudah banyak yang mengadakan pesta dan banyak warga hadir di pesta tanpa mengindahkan protokol kesehatan. Termasuk acara bersama keluarga. Jadi hampir seluruh kabupaten/kota yang terkonfirmasi positif ada klaster keluarga," kata Mimi.

Mimi mencontohkan, untuk di Pekanbaru belakangan ini juga terdapat klaster keluarga dengan satu keluarga ada lima orang yang terkonfirmasi Covid-19. Awalnya ada satu anggota keluarga dalam status suspect, namun tetap berkumpul dengan keluarga tanpa melakukan isolasi mandiri.

"Contohnya saja di Pekanbaru ada klaster keluarga sampai lima orang yang positif. Awalnya ketika ada salah satu keluarga yang suspect namun tetap berkumpul, inilah yang menyebarkan kepada anggota keluarga lain," sebutnya.

Lebih lanjut dikatakannya, selain dari klaster keluarga, penambahan pasien juga berasal dari terskriningnya masyarakat yang akan melakukan perjalanan, dengan adanya pemberlakukan rapid antigen. Di mana dengan sendirinya masyarakat yang akan berangkat terdeteksi positif Covid-19, dan selanjutnya dilakukan swab mandiri dengan hasil yang juga positif.

"Kalau untuk pasien positif dari hasil rapid antigen rata-rata berstatus OTG (orang tanpa gejala, red). Untuk itu, masyarakat harus lebih waspada lagi," ujarnya.

Dalam kesempatan itu, Mimi juga menginformasikan bahwa per Senin (15/3) terdapat penambahan 69 pasien positif tersebut. Total penderita Covid-19 di Riau sebanyak 32.791 orang. Sedangkan pasien yang sembuh bertambah 98 pasien sehingga total 30.910 orang yang sudah sembuh.

"Untuk kabar dukanya, juga terdapat satu pasien yang meninggal dunia. Sehingga total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Riau sebanyak 801 orang," katanya.

Mimi juga berpesan, dengan terus bertambahnya pasien positif Covid-19 di Riau, pihaknya mengajak masyarakat untuk terus menerapkan protokol kesehatan. Meskipun beberapa orang sudah dilakukan vaksinasi, namun protokol kesehatan harus tetap dijalankan.

"Mari kita sama-sama dapat menjaga diri dan orang sekitar kita dengan terus menerapkan protokol kesehatan. Mencuci tangan, jaga jarak dan menggunakan masker," ajaknya.(lyn/mia/tau/jpg/sol/ted)

Laporan: JPG (Jakarta)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook