Hydroxychloroquine Gagal Cegah Covid-19

Nasional | Jumat, 02 Oktober 2020 - 11:28 WIB

Hydroxychloroquine Gagal Cegah Covid-19
Penelitian menunjukkan penggunaan obat hydroxychloroquine secara rutin tidak dapat direkomendasikan untuk pencegahan Covid-19.(JPG)

Laporan JPG, Jakarta

Sampai saat ini belum ada obat resmi untuk menyembuhkan apalagi mencegah Covid-19. Sebelumnya sempat gencar disebutkan obat malaria Hydroxychloroquine untuk mengatasi Covid-19. Bahkan obat itu diperjuangkan oleh Presiden AS Donald Trump untuk mencegah Covid-19. Penelitian terbaru menyebutkan tak ada bukti atas klaim itu.

Dilansir dari AsiaOne, Kamis (1/10), penelitian oleh University of Pennsylvania yang diterbitkan pada hari Rabu di JAMA Internal Medicine, menunjukkan bahwa penggunaan obat hydroxychloroquine secara rutin tidak dapat direkomendasikan untuk pencegahan Covid-19. Studi tersebut sebagian besar mengkonfirmasi hasil dari percobaan serupa yang dilakukan di University of Minnesota. Dikatakan hydroxychloroquine gagal mencegah infeksi di antara orang yang terpapar virus Corona baru.


Dalam laman Manila Bulletin, Pakar Kesehatan Dr Edsel Maurice T Salvana, MD DTM & H FPCP FIDSA menyebutkan, penelitian pengembangan obat melewati berbagai tahap. Pertama datang studi in-vitro atau laboratorium, dan studi hewan.

Kemudian studi tentang manusia dilakukan. Tahap satu studi uji keamanan. Studi tahap kedua mencari dosis terbaik sambil terus melihat keamanan. Tahap tiga studi adalah uji coba terkontrol secara acak (RCT), yang membuktikan keamanan dan kemanjuran. Fase empat adalah studi pasca persetujuan, yang terus mencari masalah keamanan saat obat digunakan dalam praktik klinis.

Jika obat gagal pada fase satu, tidak akan ada fase dua. Kecuali fase satu yang direvisi menunjukkan keamanan. Namun, beberapa bukti kemanjuran di tahap dua tidak akan mampu membalikkan kurangnya kemanjuran di tahap tiga. Sebab tahap dua tidak dirancang untuk mengukur kemanjuran dengan benar. Jika ada keraguan tentang temuan negatif dari fase tiga, maka fase tiga baru dapat dilakukan dengan parameter yang berbeda.

Dalam kasus hydroxychloroquine dan chloroquine, bukti awal penggunaan berasal dari eksperimen in-vitro. Percobaan ini menunjukkan bahwa hydroxychloroquine mampu mempengaruhi reproduksi SARS-CoV-2 dalam sel biakan dengan berbagai cara. Ketika Covid-19 pertama kali menyerang, data ini menjadi dasar untuk mempelajari lebih lanjut efek obat tersebut.

Sejak situasi berkembang, beberapa negara termasuk Amerika Serikat mengizinkan penggunaan hydroxychloroquine berdasarkan dua alasan. Pertama, hydroxychloroquine adalah obat yang cukup aman digunakan untuk kondisi seperti lupus dan malaria. Kedua, ada beberapa kemungkinan ilmiah yang mungkin berhasil berdasarkan studi in-vitro.

Dokter terus menggunakan hydroxychloroquine (dan chloroquine) untuk pengobatan Covid-19 sambil menunggu hasil uji klinis secara bersamaan. Sejak hydroxychloroquine sudah digunakan pada manusia untuk penyakit lain, studi untuk pengobatan Covid-19 melompat langsung ke fase tiga. Yakni percobaan hydroxychloroquine non-RCT termasuk rangkaian kasus non-acak, studi kasus-kontrol, dan studi kohort.

Memang benar bahwa tidak semua dosis hydroxychloroquine dan chloroquine diselidiki, regimen dosis didasarkan pada perkiraan terbaik dari kemungkinan kemanjuran, dengan mekanisme tindakan yang diusulkan.(das)

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook