BBM Nonsubsidi Naik Signifikan

Nasional | Senin, 02 Juli 2018 - 12:49 WIB

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM). Khususnya Pertamax Series dan Dex Series mulai, Ahad (1/7) dan berlaku di SPBU seluruh Indonesia. Harga BBM pertamax naik Rp600 per liter dari Rp8.900 per liter menjadi Rp9.500 per liter.

Sementara harga dexlite naik dari Rp8.100 menjadi Rp9.000 per liter. Kenaikan harga dexlite menjadi yang paling signifikan sepanjang Pertamina melakukan penyesuaian harga sejak Januari 2018.
Baca Juga :Harga Minyak Mentah Turun Jadi 79,63 Dolar AS per Barel

”Ada penyesuaian harga karena kenaikan harga minyak mentah dunia,” ujar Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito saat dihubungi, Ahad (1/7). Adiatma menjelaskan harga minyak mentah dunia terus merangkak naik. Di mana saat ini harga minyak dunia rata-rata mencapai 75 dolar AS per barel.

Kenaikan harga minyak mentah dunia tersebut pun lantas mengerek harga BBM di Indonesia karena bahan baku BBM adalah minyak mentah.

”Dan patut diketahui saat ini Indonesia merupakan negara pengimpor minyak karena tidak seimbangnya antara supply and demand, serta kecenderungan permintaan meningkat karena pertumbuhan ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Adiatma menambahkan penyesuaian harga BBM jenis pertamax, pertamax turbo, dexlite dan pertamina dex tersebut, dilakukan Pertamina sebagai badan usaha, dengan mengacu pada Permen ESDM No. 34 tahun 2018 Perubahan Kelima Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 39 Tahun 2014, Tentang Perhitungan Harga Jual Eceran BBM.

Pertamina pun menetapkan harga pertamax untuk wilayah DKI Jakarta Rp9.500/liter, sementara pertamax turbo Rp10.700/ liter. Sedangkan untuk dex series, ditetapkan harga pertamina dex Rp10.500/liter, dan dexlite Rp 9.000/liter. Harga yang sama juga berlaku di seluruh wilayah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Sementara itu harga pertamax di wilayah Indonesia Timur seperti di Maluku dan Papua mengalami penurunan menjadi Rp9.700/liter.

Pengamat Energi Komaidi Notonegoro mengungkapkan, kenaikan harga BBM kali ini tidak mengejutkan karena harga minyak mentah dunia memang sudah terpantau naik dalam beberapa bulan terakhir.

”Harga minyak dunia naik, harga hariannya sudah menyentuh 75 dolar AS per barel,” ujar Komaidi saat dihubungi, Ahad (1/7).

Ditambah lagi saat ini Indonesia sedang dilanda pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, sehingga tren pergerakan harga minyak masih mungkin untuk bergerak naik.

“Ada pengaruh antara harga BBM dan nilai tukar. Bahkan jika harga minyak dunia stabil, tapi nilai tukar kita melemah, juga ada potensi kenaikan BBM,” bebernya.

Kenaikan harga pertamax yang mencapai Rp600 per liter, lanjut Komaidi, dari sisi konsumen memang cukup tinggi. Apalagi, sejak Januari 2018, harga Pertamax tidak pernah naik sampai Rp500 per liter. ”Tapi kalau dari sisi penjual, melihat kenaikan harga minyak yang juga signifikan, itu wajar. Karena dari sisi produsen harga bahan baku naik,” urai Komaidi.

Sementara untuk harga pertalite tidak ada perubahan atau tetap. Yakni Rp7.800 per liter. Menurut Komaidi, harga pertalite tetap karena diduga masih ada intervensi dari pemerintah. Tujuannya agar konsumen tidak bermigrasi ke premium. ”Jika harga pertalite ikut dinaikkan orang yang memakai pertalite dikhawatirkan berkurang,” ujarnya.

Komaidi menambahkan tidak ada margin yang istimewa yang diperoleh produsen. Apalagi, asumsi harga minyak berdasarkan APBN masih berkisar di harga 48 dolar AS per barel. Mengenai kemungkinan konsumen untuk beralih dari pertamax ke jenis BBM yang lebih murah seperti pertalite atau premium, Komaidi menyebutkan ada kemungkinan meskipun kecil.

”Jika pun beralih mungkin ke pertalite, karena saat ini masyarakat yang mampu sudah ada di porsi yang sadar akan kualitas BBM, dan sadar ada yang lebih memerlukan BBM Nonsubsidi,” tegas Komaidi.

Pihak Pertamina sendiri menjelaskan bahwa pasokan premium tetap akan disalurkan ke 571 SPBU yang saat Idul Fitri lalu mendapat tugas untuk mendistribusikan premium. ”Tetap ada, karena itu sesuai dengan peraturan pemerintah,” beber Adiatma.

Di lain pihak, Wakil Ketua Komisi 6 DPR-RI Inas N Zubir menambahkan bahwa masyarakat perlu memahami penyesuaian harga BBM yang dilakukan Pertamina.

”Kita semua mengetahui bahwa produksi minyak bumi Indonesia tidak mencukupi untuk memenuhi keperluan dalam negeri, bahkan harus diimpor dari bangsa lain,” ujar Inas.

Menurut Inas, sebagai regulator negara memang tetap harus mengatur harga BBM melalui regulasi, akan tetapi di sisi lain badan usaha milik negara berhak menjalankan usahanya untuk mengejar keuntungan melalui BBK maupun produk hasil kilang selain BBM.

”Jadi mengikuti harga pasar tidak bertentangan dengan konstitusi selama produk tersebut bukan merupakan cabang produksi yang penting bagi hajat hidup orang banyak,” ungkapnya.

Ekonomi Berpotensi Terpukul dari Dua Sisi

Perekonomian diprediksi pengamat akan mengalami perlambatan menyusul penyesuaian harga bahan bakar minyak. Sebab, kenaikan harga BBM diproyeksikan akan turut mengerek harga-harga lain, termasuk transportasi dan distribusi barang. Di samping itu, nilai tukar rupiah juga sedang melemah sehingga masyarakat diprediksi akan menahan belanja.

”Yang jelas kalau kenaikan Rp600 efeknya akan langsung pada inflasi dan administrasi price. Kalau harga energi naik, transportasi dan distribusi juga akan ikut mahal,” ujar Ekonom Insitute Development of Economic and Finance Bhima Yudistira Adhinegara saat dihubungi, Ahad (1/7).

Ongkos distribusi yang naik, lanjut Bhima, juga akan berpotensi membuat harga produk industri makanan dan minuman terkerek naik. Jika hal tersebut terjadi dan tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan masyarakat maka pertumbuhan konsumsi diprediksi akan melambat.

Selain kenaikan BBM, Bhima juga memprediksi bahwa sejumlah industri sedang ancang-ancang untuk menaikkan harga akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Industri di Indonesia, lanjut Bhima, sebagian besar masih mengandalkan bahan baku impor sehingga depresiasi rupiah akan meningkatkan harga bahan baku.(agf/ted)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook