KSAU DATANG KE PEKANBARU DAN MINTA MAAF

Hilang Tenaga dan Terbakar di Udara

Nasional | Selasa, 16 Juni 2020 - 09:55 WIB

Hilang Tenaga dan Terbakar di Udara

"Penting untuk mendapatkan informasi lebih jelas apakah pesawat tersebut dalam kondisi siap tempur," bebernya.  

Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI Arsul Sani angkat bicara terkait insiden jatuhnya pesawat milik TNI AU kemarin. Menurut dia, jatuhnya pesawat itu kian menambah keyakinan bahwa alutsista TNI bukan hanya memerlukan modernisasi dengan pengadaan yang baru, tetapi juga perlu perawatan dan overhaul terhadap alutsista yang ada.


Arsul menyebut, Kementerian Keuangan perlu meningkatkan lagi anggaran TNI, terutama untuk pengadaan alutsista. Sekjen DPP PPP itu menuturkan, sejak Prabowo Subianto menjabat Menteri Pertahanan, upaya peningkatan anggaran sudah dilakukan.

"Namun anggaran tersebut belum cukup dan perlu diberikan ruang kenaikan anggaran yang lebih besar lagi," tutur dia.

Selama kurang lebih sepuluh tahun, kata dia, kenaikan anggaran pertahanan di Indonesia masih belum sejalan dengan modernisasi. alutsista. Selain itu, minimnya akuntabilitas penggunaan anggaran juga harus dibenahi oleh Kementerian Pertahanan. Arsul menambahkan, kurangnya perawatan bisa menjadi salah satu penyebab kecelakaan di Riau.

"Perawatan sangat penting," ungkap anggota Komisi III DPR itu. Sebelum kejadian di Riau, pesawat angkut berat C-130 Hercules dengan tail number A-1334  juga jatuh di Wamena, Papua. Menurut Arsul, Hercules yang jatuh terbilang tua, pabrikan tahun 1964. "Namun, bukan berarti usia pesawat tersebut membuatnya tidak aman untuk diterbangkan," ujar Arsul.

Dari 24 unit pesawat Hercules yang dimiliki TNI, hanya 11 unit dalam kondisi siap terbang. Sementara,  dari total 50 pesawat angkut yang  dimiliki militer Indonesia, hanya 24 unit yang bisa terbang. Belum lama, alutsista TNI AD juga mengalami kecelakaan. Alutsista yang dimaksud adalah helikopter Mi-17 yang beroperasi di bawah Pusat Penerbangan Angkatan Darat.

Kejutkan Warga Sekitar
Kejadian ini, lantas mengejutkan warga sekitar. Pasalnya, sempat mendengarkan suara ledakan cukup keras di udara sebelum pesawat yang diproduksi oleh British Aerospace jatuh. Warga pun secara bondong-bondong ke lokasi kejadian melihat bangkai pesawat dalam kondisi terbakar.

"Saya melihat ada seperti api terbang di atas langit, dan terdengar seperti suara keras. Ternyata pesawat jatuh di perumahan," ujar Abu Bakar di sekitar lokasi kejadian.

Tak berselang lama sejumlah personel dari TNI AU Lanud Roesmin Nurjadin tiba. Mereka langsung mengamankan dan melalukan penjagaan di sekitaran pesawat tempur tersebut terjatuh. Kemudian, disusul dengan kedatangan beberapa unit mobil Pemadam Kebakaran (Damkar) milik Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru serta dari TNI AU.

"Pesawat itu jatuh sekitar pukul 08.30 WIB. Saya mendengar suara keras dan langsung ke sini. Pilotnya tadi juga diselamatkan warga. Kursi pelontarnya mendarat di atap rumah warga tak jauh dari sini," kata Wahyu, warga sekitar.

Proses pemadaman terhadap pesawat yang terbakar berlangsung lebih dari satu jam. Setelah kobaran api padam, bangkai pesawat ditutupi dengan terpal warna biru. Bangkai pesawat itu, sejatinya direncanakan dievakuasi dan dibawa ke Lanud Roesmin Nurjadin. Hal ini, ditandai dengan kedatangan satu unit mobil crane sekitar pukul 12.50 WIB.

Akan tetapi upaya evakuasi terhadap bangkai pesawat tersebut, urung terlaksana. Diketahui, pihak TNI akan melakukan identifikasi untuk memestikan penyebab kecelakaan alutsista tersebut. Proses evakuasi hanya dilakukan terhadap kursi pelontar digunakan Lettu Pnb Apriyanto Ismail untuk menyelamatkan diri yang mendarat di atas atap rumah warga.

Pada kecelakaan pesawat tempur ini, mengakibatkan dua unit rumah warga rusak. Salah satu rumah itu merupakan milik Amir Hamzah yang mengalami kerusakan di bagian belakang atau dapur usai dihantam pesawat tersebut.

"Bagian dapur rumah yang rusak. Di sana tidak barang hanya mesin air," ungkap Roni Tuah putra Amir Hamzah.

Rumah milik orang tuanya itu, kata Roni, memang dalam keadaan kosong. Sebab, dia bersama keluarga menetap di Jalan Seroja, Tenayan Raya, Pekanbaru. Rumah di Perumahan Mutiara Desa Kubang Jaya, Kampar, tempat lokasi jatuhnya pesawat itu, rencananya akan disewakan. "Makanya sekarang lagi kosong," imbuhnya.

Ketika insiden itu, ujar Roni, dia mendapat kabar dari warga sekitar lokasi sekitar pukul 8.30 WIB.

"Rumah bapak hancur ditabrak pesawat," papar Roni.

Mendapat kabar itu, dia bersama keluarganya langsung menuju lokasi. Awalnya, mereka tak diperbolehkan melihat kondisi rumah. Namun, setelah disampaikan jika sebagai pemilik baru diperbolehkan oleh personel TNI AU, meski sebentar.

Saat disinggung soal akan ada­nya ganti rugi dari TNI AU, Roni menyambut baik. Dikatakannya, pihak keluarga menginginkan agar rumah tersebut diperbaiki seperti semula.  

"Tadi sempat diskusi sama keluarga. Kalau diganti duit bagaimana, atau ganti bangunan? Bapak minta, yang rusak itu aja diperbaiki lagi seperti semula," papar Roni.(gus/rir/yus/lyn/lum/jpg/ted)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook