Terkait Riau Ikut Kelola Blok Rokan, Pertamina Tolak Duduk Bersama

Nasional | Kamis, 02 Agustus 2018 - 12:31 WIB

Terkait Riau Ikut Kelola Blok Rokan, Pertamina Tolak Duduk Bersama
SAMBANGI BALAI ADAT: Gubri H Arsyadjuliandi Rachman diterima Ketua MKA LAM Riau Al azhar dan Ketua DPH LAM Riau Syahril Abubakar terkait rekomendasi masyarakat terkait Blok Rokan untuk diteruskan ke pusat di Balai Adat LAM Riau, Rabu (1/8/2018). (LAM RIAU FOR RIAU POS)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada semester pertama 2018, defisit neraca perdagangan migas mencapai 5,4 miliar dolar AS. Angka ini naik dibandingkan neraca perdagangan migas pada periode sama 2017 sebesar 4 milar dolar AS. Selama ini memang tidak semua produksi minyak bumi bagian kontraktor asing seperti Chevron diolah di kilang dalam negeri. Bagian mereka ada yang diekspor untuk diolah di kilang mereka sendiri di luar negeri.

Sehingga, Pertamina masih harus melakukan impor minyak bumi guna diolah di kilang mereka. Berdasarkan hitungan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dari lifting (produksi siap jual) minyak bumi sebesar 800 ribu barel per hari bagian pemerintah sebesar 520 ribu hingga 550 ribu barel minyak per hari. Sisanya, 250 ribu hingga 280 ribu barel minyak per hari diekspor oleh kontraktor migas.

Baca Juga :Pertamina Hulu Rokan Temukan Cadangan Migas Baru di Lapangan Blok Rokan

Padahal keperluan BBM (bahan bakar minyak) di dalam negeri sebesar 1,1 juta hingga 1,4 juta barel per hari. Sehingga, diekspornya lifting minyak bumi oleh kontraktor memperparah kondisi defisit migas tanah air. Dikelolanya Blok Rokan oleh Pertamina membuat keseluruhan lifting minyak blok tersebut bisa diolah seluruhnya di kilang dalam negeri.

Karakteristik minyak di Blok Rokan sesuai dengan konfigurasi kilang nasional seperti di kilang Balongan, Dumai, Plaju maupun Balikpapan. Perusahaan migas pelat merah ini juga siap untuk menggelontorkan investasi 70 miliar dolar AS atau Rp1.008 triliun selama 20 tahun untuk eksplorasi di blok tersebut.

Pihaknya akan melakukan eksplorasi di 7.000 titik.  “Harus masif untuk tingkatkan Rokan,” imbuhnya.

Sebab, produksi blok ini memang terus mengalami penurunan lantaran sudah tua. Lifting minyak bumi Blok Rokan selama semester pertama 2018 mencapai 207 ribu barel per hari. Sebenarnya angka tersebut sudah disalip oleh Lapangan Banyu Urip yang dikelola Exxon Mobil Cepu Ltd dengan lifting minyak bumi sebesar 209,922 ribu barel per hari.  “Perlu ada teknologi baru, perlu titik eksplorasi baru, harus tambah area. Hari ini di Duri dan Minas, masih ada daerah lain yang belum dieksplorasi akan tambah titik eksplorasi,” urai Nicke.

Untuk itu, pihaknya terbuka untuk berpartner dengan pihak lain dalam mengelola Blok Rokan guna memitigasi risiko teknologi maupun pendanaan“Kami kirim surat ke Kementerian BUMN untuk share down principal. Kita susun prosedur, supaya aman kita minta saran dari BPKP,” tuturnya.

Dari segi teknologi, Pertamina akan menerapkan teknologi EOR (Enhanced Oil Recovery) chemical atau teknologi pengurasan sumur yang kini tengah diujicobakan oleh Chevron di blok tersebut.

Pertamina juga telah menerapkan teknologi tersebut di lapangan-lapangan migas perseroan seperti di Rantau, Jirak dan Tanjung. Termasuk penerapan steamflood yang berhasil dilakukan di lapangan PHE Siak. “Kami menilai pemerintah mempertimbangkan keputusan ini dengan matang dalam rangka ketahanan energi nasional, penghematan devisa dan potensi peningkatan deviden bagi negara,” ujarnya.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook