Bahkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan juga telah memberikan bantuan yang diserahkan Wakil Bupati Pelalawan Drs H Zardewan MM. Tidak hanya itu, Lembaga Bantuan Perlindungan Perempuan dan Anak Riau (LBP2AR) Provinsi Riau juga telah memberikan bantuan hingga akan mendatangkan psikolog untuk membantu pemulihan mental Andini. Begitu juga dengan Kementerian Sosial RI yang telah mendata Andini masuk sebegai penerima bantuan dalam program Nasional yakni Program keluarga harapan (PKH).
Kepada warga, di dalam rumah papan yang tidak memiliki ruang seperti kamar tidur, dapur maupun kamar mandi, Kadir menceritakan perjuangan hidup kakaknya yang berada dalam garis kemiskinan. Dikatakannya, sekitar 20 tahun lalu, almarhumah Ijaz tinggal di rumah ini bersama suaminya Barwis. Dan pada 2005 lalu, di rumah yang berdiri dari bahan material didirikan dari kulit kayu karena Barwis tidak berpenghasilan banyak yang hanya bekerja sebagai penyadap kebun karet milik tetangga, lahirlah sesosok bayi mungi bernama Andini.
“Hanya saja, saat usia Andini menginjak 10 tahun, Barwis memutuskan bercerai dengan Kak Ijaz dan kembali menikah dengan perempuan lain,” tuturnya.
Dilanjutkan Kadir, setelah kurang lebih dua tahun menjalani kehidupan sebagai single parent , akhirnya awal tahun 2016 lalu, Ijaz kembali menikah dengan seorang pria bernama Mansur. Kemudian lahirlah Purwanti. Hanya saja, pada pertengahan 2018 lalu, Ijaz kembali harus menjalani kehidupan pahit. Dia diceraikan Mansur saat tengah mengandung Duratul Jannah di usia kehamilannya 4 bulan. Alhasil, janda berbadan tua tersebut harus berjuang sendirian menafkahi ketiga anaknya.
Hidup tanpa ayah dan ibu, membuat Andini harus berjuang menafkahi keperluan kedua adiknya yang masih balita. Berbagai peran dilakukannya baik sebagai ibu rumah tangga maupun ayah bagi kedua adiknya. Andini pun akhirnya mencari kerja sebagai pembantu rumah tangga (tukang gosok) di rumah tetangganya dengan upah Rp500 ribu per bulannya.
“Ya, kalau kerjanya udah lama sejak ibu masih hidup, kira-kira satu tahun lalu. Pergi jam 8 pagi dan pulang jam 10 pagi atau hanya dua jam bekerja. Tapi, saat kondisi kesehatan ibu kian memburuk, maka sekitar tiga bulan lalu saya berhenti menggosok di rumah tetangga, sehingga tidak memiliki biaya lagi untuk beli susu dua adik Andini. Tapi alhamdulillah, saat berhenti bekerja, ada abang-abang dari komunitas sumbangan sukarela (SR) yang memberikan bantuan sejumlah uang kepada saya setiap bulannya untuk beli susu adik dan keperluan untuk masak,” tuturnya dengan suara parau.
Setelah ditinggal mati sang ibu dan ditinggal pergi ayahnya, kini Andini kembali dirundung duka. Adik tirinya Purwanti terbaring lemah di ruang VIP RSUD Selasih Pangkalankerinci. Balita itu harus menjalani perawatan intensif dari tenaga medis karena positif tertular penyakit mendiang ibunya TBC. Karet infus panjang dengan jarum tajam dan sebuah perban, melingkar di pembuluh darahnya.
“Jadi, setelah Ahad (14/1) malam lalu sekitar pukul 21.00 WIB kami bawa dari rumahnya di dusun Telayap Desa Pangkalan Tampoi, saat ini Purwanti terbaring lemah dikasur RSUD Selasih. Hal ini disebabkan karena adik tiri Andini ini tertular penyakit TBC dari mendiang ibunya,” terang penggiat sosial Dedi Azwandi kepada Riau Pos, Senin (14/1).
Dikatakan Dedi, saat ini dia bersama Baznas Pelalawan, masih menemani Andini di RSUD Selasih guna memantau perkembangan kesehatan Purwanti oleh tenaga medis di rumah sakit pelat merah ini.
“Untuk itu, kami berharap doa dari seluruh masyarakat agar kondisi kesehatan adik tiri Andini ini (Purwanti, red) dapat segera pulih. Sehingga tiag beradik piatu ini dapat kembali menjalankan aktivitas dengan penuh kebahagiaan,” ujarnya.***