RIAUPOS.CO - Hobi memelihara burung tidak hanya sekadar suka. Burung harus dirawat dengan kasih sayang dan konsisten. Tanpa itu, kicaunya tak akan cetar, bahkan mereka bisa “malas” berkicau.
Bagi pecinta burung kicau juga, tujuan dari memelihara burung adalah ikut lomba. Menjadi juara adalah bonus dari keuletan merawatnya hingga mampu mengeluarkan suara yang garang.
Seperti kata seorang pecinta burung kicau mania Pekanbaru, Dodi Sugiarto. Saat berbincang dengan Riau Pos mengenai burung kicau, dia seakan tidak ada habisnya bercerita. Dia menceritakan panjang lebar tentang burung peliharaannya. Juga tentang burung yang dipersiapkan untuk burung kicau mania, serta harapan pemerintah terhadap komunitas pecinta burung ini.
Memelihara burung menjadi gaya hidup baginya. Bahkan disebutkannya tiada hari tanpa burung. Merawat burung ini, menurutnya gampang-gampang susah. Perlu dimulai dari hati, sehingga burung pun merasa dapat kasih sayang dari pemiliknya.
“Jadi tidak hanya sekadar hobi, akan tetapi ya harus konsisten,’’ kata Dodi, Sabtu (21/1).
Tidak banyak jenis burung yang dipeliharanya. Dari beberapa burungi, dia memelihara burung murai batu, kacer, kenari, kapas tembak, konin/kolobri ninja dan jenis burung-burung kicau lainnya.
“Saya lebih tertarik dan fokus di burung murai batu dan kacer,’’ ungkapnya.
Mengapa hanya murai batu dan kacer? Karena menurutnya, dua jenis burung ini adalah andalan saat lomba kicau burung mania. ‘’Dua jenis burung ini sangat digemari oleh para kicau mania, tidak hanya dari Pekanbaru, akan tetapi juga seluruh pecinta burung di Tanah Air,’’ paparnya.
Kelebihan murai batu, menurut Dodi, kicauannya bervariasi. Ketika sedang bertarung ada variasi suaranya. Lalu garang ketika dia melihat lawannya, sehingga dia mengelurkan kicauan yang dia punya dan menembakkan ke lawannya.
Sedangkan burung kacer, menurutnya unik. Kacer memiliki kicauan yang luar biasa. Dalam berkicau apa lagi dengan gaya dia menari sambil mengeluarkan isian yang dia punya, bisa dikatakan luar biasa.
Dodi menjelaskan perlu ekstra waktu dan perhatian untuk merawat burung-burung ini. Tidak cukup hanya memberi makan dan minum, lalu bersihkan kandang.
Harus konsisten dalam merawatnya. Dari pola makan, pudingnya, dan memandikannya, serta lainnya. Kalau dari pakannya misalnya purnya (pakan burung) kita lihat dari kotorannya.
“Kalau dia kecil-kecil tidak mencret atau berair berarti dia cocok dengan pakan tersebut. Jika tidak, harus dicari yang cocok, Harus detil perhatikan itu,’’ ungkapnya.
Lebih dari itu, burung juga perlu diberi puding. Mereka menyebutnya EF. Ada jangkrik, kroto dan ulat olongkong dan ulat jenis lainnya tergantung kemauan burung. Penghobi burung harus jeli menakar puding/EF.
“Misal dia sudah nyaman kita beri jangkrik 5 pagi, 5 sore dan kroto 2-3 kali sepekan. Kalau burung jagoan kita sudah nyaman dengan setelan yang begitu harapannya jangan berubah-berubah lagi. Karena bisa berubah pula cara bermainnya,’’ ungkapnya.
Begitu juga dengan cara penjemuran dan pola mandi burung. Jangan diubah-ubah atau kapan ingat saja. Pola mandi dan penjemuran juga hal yang penting bagi burung, apalagi yang dipersiapkan untuk lomba. Ada juga pola pengembunan, ini agar burung lebih fresh menghirup udara segar. Tujuannya menciptakan bagaimana dia serasa di hutan. Ditegaskan Dodi, hal itu sangat menentukan untuk burung lomba.
Makanya terkadang jika membeli burung lomba kepada orang lain pasti dia akan tanya rawatan kesehariannya gimana? Pakan, puding/EF, penjemuran, pengembunan dan pola mandinya. Pasti itu ditanya. Karena membeli burung yang sudah bisa diperlombakan cukup mahal harganya. Biaya perawatan burung tiap bulannya biasanya terjangkau. Tergantung berapa banyak gacoannya di rumah.
“Kalau saya pribadi kurang lebih Rp200 ribu tiap bulan biaya untuk burung ini,’’ tuturnya.
Mengapa memilih burung untuk dipelihara? Dodi mengatakan, karena tertarik. Sejak dari SMP sudah hobi memelihara burung. Tapi saat itu hanya sekadar memelihara saja. Saat ini baru dapat rasanya. “Karena ketika mendengar burung ini di teras rumah berkicau merdu membuat kita santai, tenang serasa di alam lepas,’’ paparnya.
Disampaikannya, Kata orang tua-tua dulu ada untungnya pelihara burung itu. Ketika ada orang berbuat jahat, misalnya “mengirimkan penyakit ke rumah”, setidaknya burung dulu yang kena.
“Itu sih cerita orang dulu. Tapi ini tidak begitu. Lebih kepada hobi memelihara burung,’’ ujarnya.
Saat ini, Dodi menyebutkan, ada macam-macam burung yang dipeliharanya, di antaranya murai batu, kacer, kapas tembak , konin, kenari, love bird, perling, jenggot jawa, serindit, burung siri-siri, cendet dan jenis burung kicauan yang lain. ‘’Ini hanya untuk isian atau memasterkan burung murai batu dan kacer, agar lebih bervariasi ketika dia membawakan dalam lomba,’’ katanya.(gus)