KETUA MUI RIAU, PROF DR NAZIR MA

Proteksi Diri dengan Akidah dan Ibadah

Liputan Khusus | Minggu, 20 Maret 2016 - 11:45 WIB

Proteksi Diri dengan Akidah dan Ibadah

Agama menjadi jalan keluar untuk menjalankan hidup yang teratur dan selalu menjadi pedoman hidup masyarakat. Namun begitu, tetap saja ada ajaran-ajaran yang muncul dari kajian dan pemikiran labil yang membuat aliran-aliran baru mengatasnamakan agama.

Tidak hanya di Indonesia, di Bumi Lancang Kuning juga terkontaminasi akan aliran-aliran aneh dan nyeleneh dari ajaran agama yang sebenarnya. Bagaimana Majelis Ulama Indonesia (MUI) melihat fenomena aliran sesat ini dan cara untuk menangkalnya menjadi bagian diri jiwa yang labil.

Baca Juga :Sudah 200 Mayat Ditemukan Akibat Aliran Sesat di Kenya

Dari catatan MUI Riau, sudah banyak aliran yang difatwakan sesat, yang terbaru itu adalah Gafatar. Meski begitu, khusus untuk Gafatar itu sendiri MUI mengakui mengalami kecolongan. Pasalnya, banyak masyarakat Riau yang justru menjadi pengikut dan itu baru diketahui setelah ada pemulangan oleh pemerintah pusat.

Ketua MUI Riau Prof Dr Nazir MA menyebutkan jika MUI mengeluarkan fatwa aliran sesat karena perkumpulan yang dilakukan meski tidak mengaitkan dengan agama terbukti menodai agama. Namun tidak hanya perkumpulan, MUI juga menemukan banyak perseorangan seperti ustaz yang nyeleneh dalam syiarnya.

‘’Tapi kita belum menyatakan mereka sesat, baru melakukan persuasif agar mereka merubah tata cara mereka. Banyak faktor juga yang mengakibatkan aliran-aliran sesat ini muncul yang memang bisa saja dimulai dari perseorangan. Yang jelas, persoalan ini karena banyak masyarakat yang labil akan pedoman hidup sehingga mudah terjerumus’’ terang Nazir yang juga merupakan mantan Rektor Universitas Islam Negri (UIN) Sultan Syarif Kasim Riau kepada Riau Pos.

Beberapa aliran yang sudah sempat diharamkan MUI di antaranya Darul Arkom, Ahmadiyah, Jamaah Islamiyah (JI) dan beberapa lainnya. Khusus JI disebut sudah banyak yang kembali ke syariah sebenarnya. Namun begitu, MUI tetap terus melakukan deteksi agar tidak kembali ke sesat. Belakangan, MUI juga menemukan adanya kelompok pengajian yang sedikit diragukan tata caranya. Misalnya pengajiannya ibu-ibu, tapi pengajiannya dipanggil satu-satu seperti antrian dokter, itu mengundang kecurigaan.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook