Diorama, Dibuat Senyata Mungkin

Liputan Khusus | Minggu, 16 Oktober 2022 - 09:50 WIB

Diorama, Dibuat Senyata Mungkin
Teguh Imam Pradhongo dan Arif Septiadi memperlihatkan diorama hasil karya mereka, beberapa waktu yang lalu. (MHD AKHWAN/RIAU POS)

Dunia dalam versi kecil bisa dilihat melalui diorama. Seni miniatur ini memungkinkan untuk kita melihat sisi lain dari pemandangan dan suasana dari versi yang sangat kecil. Dengan skala perbandingan yang tepat dan pengerjaan yang superdetail, hasilnya tampak menyerupai dunia nyata.

RIAUPOS.CO - Diorama sendiri berfungsi untuk menggambarkan keadaan sesungguhnya dari landskap keadaan sejarah, kejadian alam, dan keadaan kota untuk kebutuhan pendidikan atau pertunjukan. Seiring berjalannya waktu, seni satu ini punya pecinta yang tak sedikit. Di Riau sendiri, diorama cukup dikenal dan bertumbuh. Baik pehobi maupun kreatornya sama-sama tersedia sehingga hobi ini juga merambah menjadi bisnis.


Salah satu kreator diorama di Pekanbaru ialah Teguh Imam Pradhongo (24) dan Arif Septiadi (28). Dua pemuda ini sudah aktif membuat diorama khususnya diorama diecast sejak dua tahun terakhir. Setidaknya sudah puluhan diorama yang berhasil mereka hasilkan dan pasarnya.

Dikatakan Teguh, ia dan sepupunya Arif memang hobi mengoleksi miniatur mobil atau diecast. Berawal dari hobi itu, ia pun tertarik untuk membuat miniatur bangunan dan pemandangan yang cocok untuk tempat diecast miliknya tersebut.  ‘’Awalnya nyari kesibukan yang sesuai dengan hobi saya di bidang bangunan. Ternyata ada pasarnya. Lalu kami coba kembangkan,’’ ujar Teguh saat ditemui Riau Pos belum lama ini.

diorama riau
Arif saat menunjukkan proses pembuatan diorama (MHD AKHWAN / RIAUPOS)

Keduanya mengaku belajar secara otodidak. Dengan melihat contoh dan tutorial dari internet, Teguh dan Arif pun memberanikan diri mencoba membuat diorama bengkel pertama mereka. Dijelaskannya, bahan utama dalam membuat diorama ialah PVC foamboard. Kemudian, untuk mendapatkan detail yang mirip, mereka menggunakan bahan lain seperti ampelas kertas untuk menghasilkan tekstur jalan. Untuk dekorasi, mereka mengakalinya dengan printing tahan air. Penggunaan kaca pada diorama diganti dengan kaca acrylic dan bahan lain yang disesuaikan dengan diorama yang ingin dihasilkan.

Arif mengaku, ukuran diorama yang sangat kecil yakni 1:64 membuat pengerjaan diorama ini memerlukan fokus dan waktu yang cukup lama. Skala tersebut dipilih karena menyesuaikan dengan skala diecast yang juga menjadi pemeran utama dalam diorama tersebut.

‘’Untuk mendapatkan detail yang benar-benar mirip, perlu kesabaran ekstra. Misalnya untuk membuat tekstur batang pohon, itu ditoreh secara manual. Termasuk proses painting yang juga dilakukan secara manual dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi,’’ terang pria yang juga bekerja di perbankan ini.

Mengecat kuku saja sulit untuk mendapatkan hasil yang rapi dan detail. Apalagi mengecat benda yang ukurannya lebih kecil dari itu dengan detail dan dimensi yang banyak. Terbayang kan tingkat kesulitannya? Bukan hanya itu, detail tembok dengan bata ekspos juga tak kalah bikin garuk-garuk kepala. 

“Ukuran batu bata dengan skala 1:64 yang sangat kecil, hanya bisa dihasilkan dengan menoreh PVC foamboard dengan pisau cutter,‘’ sambung Teguh yang tercatat sebagai mahasiswa teknik di Universitas Riau ini.

Tak sampai di situ, meski kelihatannya simpel, namun urusan instalasi listrik dari diorama tak bisa dianggap sepele. Ya, beberapa diorama memang dilengkapi dengan lampu layaknya yang ada pada bangunan asli.

diorama riau
Proses pembuatan diorama (MHD AKHWAN / RIAUPOS)

Agar lampu tersebut bisa menyala, Teguh dan Arif juga harus memutar otak dan mencari cara. Sedikit banyak, keduanya yang memiliki usaha Diorama PKU ini harus paham tentang ilmu kelistrikan.

‘’Instalasi listriknya juga cukup rumit. Kami menggunakan adaptor namanya. Kalau voltasenya nggak cukup, lampunya akan terbakar. Jadi harus ada resistor dulu ditambahin,’’ lanjutnya.

Wah, nggak sembarangan ya ternyata. Wajar saja jika waktu pengerjaan yang diperlukan cukup lama. Rata-rata, untuk satu diorama sederhana, keduanya menghabiskan waktu sekitar 7 hari. Karena itu, per bulan mereka hanya mampu menghasilkan 3-4 diorama saja.

Peluang Cuan

Hingga kini, hampir seluruh diorama yang dihasilkan dua pemuda kelahiran Kota Bukittinggi ini habis terjual. Yang tersisa hanya beberapa diorama yang menjadi koleksi pribadi mereka saja. Sejak awal memutuskan membuat diorama, keduanya memang melirik ke ranah komersil. Terlebih keduanya sadar betul bahwa pasar dari diorama ini sudah ada di Pekanbaru dan sekitarnya. 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook