PANGKALANKERINCI (RIAUPOS.CO) - Ahad (13/1) siang itu sekitar pukul 14.00 WIB, Andini terlihat menggendong sesosok tubuh mungil di atas sebuah kasur dengan selimut bergambar Hello Kitty. Yang digendong gadis berjilba abu-abu itu adalah Duratul Jannah. Di ruang tembok dinding berwarna putih bertuliskan “ruang pasca persalinan” tersebut, gadis hitam manis ini dengan tabah dan penuh kasih sayang memberikan susu formula kepada bayi berusia 4 bulan itu dari sebuah botol plastik.
Sementara itu, adiknya yang lain Purwanti (1 tahun 8 bulan) tertidur pulas di atas sebuat tikar palstik berwarna merah didampingi seorang wanita paruh baya bernama Reini (45). Dia adalah nenek dari ketiga bocah malang itu. Seolah tak terusik dengan hiruk pikuk suara orang yang datang silih berganti menghampirinya, Andini tetap fokus dan berkonsentrasi mengasuh balita yang terpaksa dibawa ke puskemas Kecamatan Kerumutan untuk menjalani pemeriksaan kesehatan oleh tim medis.
“Tidulah sayang. Tidulah. Copat bose (Tidurlah sayang. Tidurlah. Cepat besar),” hanya ucapan itu yang terlontar dari bibir mungil Andini saat dihampiri Riau Pos yang mengunjunginya bersama rombongan komunitas sedekah rombongan (SR) Baznas Pelalawan, Lazis Imra PT RAPP di bawah komando penggiat sosial Dedi Azwandi. Sesekali, matanya tampak terlihat mencuri pandang kepada rombongan yang hendak mendekatinya dengan kening mengkerut. Seolah memberikan pertanda dirinya tak ingin diganggu mangasuh adiknya agar dapat terlelap tidur.
“Saat ini kondisi psikis Andini masih belum stabil karena masih berduka atas kepergian ibunya Ijaz (40) menghadap Sang Khalik pada Jumat (4/1) pekan lalu setelah mengidap penyakit menular berbahaya tuberculosis (TBC) akut,” ujar Kepala Puskesmas Kecamatan Karamutan Harno SKM.
Dikatakan Harno, saat ini Andini dan kedua adiknya perlu ketenangan dan waktu istirahat. Sejauh ini setelah dilakukan pemeriksaan kesehatan dan memberikan vitamin serta makanan yang bergizi, Andini beserta dua adiknya dalam keadaan sehat wal afiat.
Harno menceritakan kisah hidup Andini beserta kedua adiknya sebelum menjadi viral di sejumlah media pasca meninggal dunia dan ayahnya yang tak kunjung kembali. Kisah Andini bersaudara ini berawal ketika pada bulan Sepember 2018 lalu, salah seorang anggotanya yakni bidan di Dusun Telayap Desa Pangkalan Tampoi Kecamatan Kerumutan menemukan adanya seorang bayi yang terlahir dalam kondisi berat badan kurang (gizi buruk) bernama Duratul Jannah.
“Jadi, awalnya ada anggota kami yakni bidan desa yang menemukan adanya seorang bayi terlahir dalam kondisi berat badan kurang (gizi buruk) bernama Duratul Jannah. Dan atas temuan itu, maka bidan desa melaporkannya kepada kami yang langsung turun ke lokasi di Dusun Telayap,” ujar Harno.
Dikatakan Harno, setelah menelusuri jalan tanah kuning penuh lubang yang berjarak 30 km dari Puskemas Kecamatan Kerumutan menggunakan satu unit ambulans, pihaknya sampai di sebuah rumah berbahan material kayu papan yang telah kusam. Di rumah berukuran 6x6 meter tanpa kamar yang pengap karena hanya memiliki satu ventilasi udara (jendela), mereka melihat seorang bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) terbaring di sebuah kasur busa yang telah tipis dan menghitam didampingi seorang perempuan bernama Ijaz (40). Dia tak lain adalah ibu sang bayi. Dan setelah melakukan komunikasi kepada ibu bayi, pihaknya pun meminta izin membawa bayi gizi buruk tersebut ke Puskesmas Kerumutan untuk dilakukan penanganan medis yang saat itu didampingi kakak sang bayi Andini.