Banjir dan Longsor di Kampar Kiri Hulu kembali terjadi. Semakin tahun semakin parah. Tahun ini, tujuh desa yang terletak di perbatasan Riau-Sumbar, dikepung lebih 40 titik longsor dan banjir. Kehidupan masyarakat terancam. Akankah tuntas di tahun depan? Ataukah bencana akan datang lebih mengejutkan?
RIAUPOS.CO - DUA pekan silam, tepatnya Ahad (29/11) dinihari, bencana banjir bandang kembali terjadi di beberapa desa di Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar. Setiap tahun kawasan ini memang dilanda banjir bandang. Tapi kejadian tahun ini tidak seperti biasa. Lebih parah. Bahkan terparah selama pernah terjadi. Selain banjir merendam dan menghanyutkan beberapa rumah warga, longsor juga terjadi di banyak titik. Jalan-jalan tertutup runtuhan tanah longsor. Akses tertutup rapat. Masyarakat terkurung di kampung sendiri.Melihat bencana tahunan yang mengancam ribuan jiwa di kawasan ini, redaksi Riau Pos memutuskan tim Liputan Khusus (lipsus) untuk turun langsung ke lokasi, Sabtu (5/12) atau sepekan pasca banjir bandang. Tujuh desa terparah yang dikepung longsor dan banjir sehingga masyarakat sulit keluar baik dari jalur Lipatkain atau Payakumbuh (Sumbar), merupakan informasi terpenting bagi Riau Pos sebelum turun ke lokasi. Bersama tiga relawan, tim lipsuspun berangkat. Masuk dari jalur Lipatkain, menjadi pilihan utama mengingat sebagian besar masyarakat banyak keluar dari daerah ini.
Tujuh desa yang terkurung oleh longsor dan banjir bandang tersebut adalah, Desa Deras Tajak, Tanjung Karang, Batu Sosak, Lubuk Bigau, Kebun Tinggi, Pangkalan Kapas dan Tanjung Permai. Sebetulnya banyak desa di Kecamatan Kampar kiri yang bernasib sama dengan tujuh desa ini. Tapi karena desa-desa ini berada di bagian paling ujung Provinsi Riau atau berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) dengan Desa Tanjung Permai sebagai desa paling ujung di Riau dan Buluh Kasok desa paling ujung di Sumbar, maka kawasan ini menjadi pilihan. Ditambah lagi longsor terbanyak terjadi di sini.
Selain tujuh desa ini, masih banyak desa lain. Semuanya berada di tengah-tengah kawasan Bukit Barisan Sumatera bagian tengah yang membentang luas di sepanjang tanah Sumatera. Dibelah puluhan sungai dan anak sungai dari hulu tertinggi hingga hilir terendah. Dipayungi rimbunnya belantara dengan ribuan satwa liar yang masih menghuni. Sudah pasti kampung-kampung itu tidak lebih terisolasi dibandingkan sejak kampung itu ada sebelum Pemerintah Belanda berkuasa.
Perjalanan Riau Pos yang dimulai pukul 09.00 WIB dari Pekanbaru tersebut terhenti di Desa Tanjung Emas. Desa ini merupakan desa pertama setelah Lipatkain atau setelah simpang Kuntu belok kanan. Hujan deras yang mengguyur kawasan Kampir Kiri Hulu malam sebelumnya, membuat air sungai dan anak sungai meluap. Begitu juga dengan Sungai Seiasam. Akibatnya, ruas jalan terendah di samping sungai dipenuhi air. Melimpah. Satu musala dan beberapa rumah warga di sekitarnya terendam hingga 1,5 meter. Sejak pagi tidak bisa dilintasi. Puluhan masyarakat dan beberapa truk yang hendak menuju Desa Muaara Selaya, terhenti di kanan dan kirinya.
"Dari kemarin tidak seperti ini. Baru hari ini meluap. Tapi sebentar lagi akan surut. Cepat banjir tapi cepat surut juga," ujar Ina salah seorang warga saat itu.
Benar, setengah jam kemudian, air jauh surut hingga 1 meter. Warga mulai melintas. Tak jarang sepedamotor yang dibawa melintas masyarakat dan pedagang durian siang itu, mati total karena terendam hingga setengah. Beruntung dua sepedamotor Riau Pos aman dan kembali melanjutkan perjalanan.
Setengah jam kemudian, Riau Pos harus berhenti. Sungai Raja yang membentang di jalan lintas Desa Pantai Raja setelah Desa Tanjung Emas, juga terendam. Warga menggunakan sampan untuk bisa menyeberang. Antre panjang terjadi. Ramai. Mirip pasar dadakan. Tidak tahu pasti kapan air sungai itu akan kering seperti semula.
Jalan di sepanjang Desa Tanjung Emas, Pantai Raja hingga Muara Selaya sudah bagus. Bahkan sebagiannya sudah diaspal mulus sedang sebagian lainnya baru pengerasan. Mobilpun bisa melintas bebas di kawasan ini. Sampai di sinilah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau dan Kabupaten Kampar menyalurkan bantuan logistik untuk tujuh desa tersebut seminggu setelah banjir bandang melanda.
Desa Deras Tajak yang terletak setelah Desa Muara Selaya, merupakan desa pertama dari tujuh desa yang terkurung banjir bandang. Hingga ke pusat desa, kondisi jalan masih bagus. Tapi menjelang Desa Tanjung Karang, jalan terputus. Sisi bukit sebelah kiri jalan runtuh. Lumayan panjang, sekitar 10 meter. Longsoran tanah menutup habis badan jalan. Tapi warga langsung bergotong royong memperbaikinya. Tiga hari pasca longsor, jalan bisa dilewati sepedamotor, tapi harus didorong. Siang itu juga Riau Pos harus mendorong sepedamotor. Anak-anak Desa Tanjung Karang turut membantu warga dan Riau Pos yang melintas.