LIPUTAN KHUSUS

Menunggu Pecah Lima

Liputan Khusus | Minggu, 13 Maret 2016 - 11:58 WIB

Menunggu Pecah Lima

Banyak sebab mengapa harus ada metabolisme wilayah. Salah satunya, karena merasa sudah sanggup berdiri di kaki sendiri, siap hidup dengan apa yang dimiliki, dan yang pasti ingin lebih baik dan sejahtera dari sebelumnya.

KAMPAR adalah salah satu kabupaten tertua di Riau. Wilayahnya cukup luas. Berbatas langsung dengan Provinsi Sumatera Barat. Ada 21 kecamatan di sana. Letaknya berjauhan. Sebagian memang dekat dengan pusat pelayanan, tapi sebagian yang lain sangat jauh. Bukan hanya karena posisi atau letak geografis, tapi juga karena infrastruktur yang kurang memadai. Ditambah bencana yang kerap kali terjadi, membuat beberapa desa sering terisolasi.

Baca Juga :Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Nelayan yang Sedang Melaut

Misalnya Kecamatan Kampar Kiri Hulu. Kecamatan yang berbatas langsung dengan Provinsi Sumbar ini memiliki banyak desa. Hampir seluruhnya berada di lerang Bukit Barisan yang membentang di sepanjang tanah Sumatera. Desa-desa terujung seperti Pangkalan Kapas, Lubuk Bigau, Kebun Tinggi, Tanjung Permai, Batu Sosak, Muara Selaya dan lainnya, merupakan daerah-daerah langganan bencana. Untuk sampai ke sana, hanya bisa dilewati dengan jalur darat yakni dari Lipatkain atau Buluh Kasok, Sumbar. Jalan tanah perbukitan yang sering longsor membuat kondisi jalan tidak pernah membaik. Bahkan bisa 11 jam untuk masuk ke sana dengan menggunakan kendaraan roda dua, atau berhari-hari karena hanya bisa dilewati dengan jalan kaki. Ini juga merupakan bagian perjalanan Riau Pos ke wilayah tersebut dua bulan silam, tepatnya dua pekan pasca longsor di sana.

Desa-desa ini sudah ada sejak lama. Bahkan beratus tahun silam. Hutan, alam dan sungai merupakan bagian terpenting bagi kehidupan mereka di sana. Karet merupakan satu-satunya komoditi yang dikembangkan masyarakat. Dengan susah payah hasil karet dibawa keluar dari kampung-kampung itu. Saat bencana datang, hasil perkebunan tak bisa dibawa kemana-mana. Masyarakat juga sulit mencari pengobatan medis. Banyak yang terkurung dan menunggu maut tanpa pengobatan karena bidan setempat tak sanggup lagi, atau sebaliknya, keluar dengan menempuh jarak sulit dan waktu yang sangat lama.

Masrizal (46) adalah salah satu warga yang nekat keluar dari Desa Lubuk Bigau untuk berobat ke Pekanbaru. Pria yang divonis menderita kanker hati stadium 4 tersebut, saat ini sedang dirawat di RSUD Arifin Achmad ruang Akasia 10 Pekanbaru sejak tiga hari silam. Tidak tanggung susahnya untuk sampai ke RSUD. Untung Masrizal masih bisa duduk sehingga bisa dibawa keluar kampung dengan menggunakan sepedamotor. Mau tidak mau, harus tarik tiga. Masrizal diapit di tengah dan dipegang kuat oleh Arika, anaknya di bagian belakang.

Keinginan untuk sembuh membuat Masrizal harus keluar dari desanya. ‘’Sakitnya sudah lama. Parahnya sejak dua bulan lalu. Tapi sekarang sudah tak tahan lagi. Makanya harus dibawa ke RSUD Arifin Achmad. Banyak lagi warga yang sakit di kampung dan berobat seadanya dengan bidan,’’ ungkap Arika, Jumat (11/3) di RSUD. Sedangkan Masrizal sedang tertidur lemas.

Desa lain seperti Muara Bio, Batu Sanggan, Tanjung Beringin, Gajah Betalut, Aur Kuning, Terusan, Subayang Jaya, Panngkalan Serai, justru hanya bisa dicapai dengan menggunakan transportasi sungai. Sungai Subayang yang membentang di kawasan ini menjadi satu-satunya jalur transportasi sekaligus sumber kehidupan masyarakat di sana. Masuk ke desa-desa ini bermula dari Desa Lipatkain yang terletak di sebelah Timur Pekanbaru. Sedangkan pusat pemerintahan Kabupaten Kampar berada di sebelah Barat Kota Pekanbaru atau arah ke Provinsi Sumbar. Ada 24 desa yang menyebar luas di Kecamatan Kampar Kiri Hulu ini.

Bukan hanya karena persoalan jarak dan letak geografis saja, dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 tahun 2007 disebutkan tentang tata cara pembentukan, penghapusan dan penggabungan daerah. Sesuai pasal 6 ayat 1, syarat teknis pembentukan daerah kota meliputi faktor kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, kependudukan, luas daerah, pertahanan, keamanan, kemampuan keuangan, tingkat kesejahteraan masyarakat, dan rentang kendali penyelenggaraan pemerintahan daerah.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook