E-SPORT

Di-Banned karena Tidak Terkalahkan

Liputan Khusus | Minggu, 24 Oktober 2021 - 10:11 WIB

Di-Banned karena Tidak Terkalahkan
Atlet dari Voxa E-sports asal Pekanbaru mewakili tim Riau di PON XX Papua. (YONGKI SAPUTRA VOXA ESPORTS FOR RIAU POS)

Ketua ESI Pekanbaru Tekad menguraikan atlet e-sport Pekanbaru saat ini memiliki prestasi yang cukup menjanjikan. Saat PON XX lalu, seluruh atlet yang berlaga mewakili Riau berasal dari Kota Bertuah. "Kalau e-sport Kota Pekanbaru mewakili Riau di ekshibisi PON Papua,  seluruhnya tim dari Pekanbaru," terangnya.

Di PON Papua, e-sport memang jadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan secara ekshibisi. Game yang dipetandingkan di antaranya Mobile Legend  (ML), PUBG, Free Fire dan  Pro Evolution Soccer (PES). Dari Pekanbaru mewakili Riau, tim dari Divisi Free Fire berangkat ke Papua  empat orang, satu atlet cadangan dan satu manajer. 


Di hari pertama tim berlaga berada di peringkat 14 dari 16 provinsi yang ambil bagian. Di hari kedua, tim melonjak ke peringkat satu. Akumulasi capaian ini membuat tim Riau berada di peringkat lima nasional. "Sudah lumayan dengan handphone yang tidak kompetitif," terangnya.

Sementara itu, tim yang mewakili Riau juga dari Divisi PUBG yang bertanding di Jakarta dan PES. Ini berada di luar 10 besar.  "Problem banyak di nonteknis. Kalau skill atlet kita boleh diadulah, mental juga oke," ucapnya.

Sebagai barometer kabupaten/ kota lain di Riau, perkembangan e-sport di Pekanbaru terbilang cukup bagus. Sudah ada tim e-sport profesional yang berprestasi.  "Intinya kalau untuk atlet, kami tidak ragu untuk Pekanbaru," terangnya sambil mengatakan ada sekitar 30 atlet di bawah binaan ESI Pekanbaru.

Ditegaskan Tekad jika diseriusi, menjadi atlet e-sport bisa jadi pilihan hidup.  Beberapa atlet e-sport asal Pekanbaru bahkan sudah berpenghasilan lumayan. "Bisa beri uang ke orang tua dan beli peralatan sendiri. Karena kompetisinya lumayan banyak dan besar," ungkapnya.

Bagi anak muda yang bercita-cita menjadi atlet e-sport, Tekad menyarankan untuk serius dan terus melatih diri. "Kalau mau jadi profesional harus serius, sering ikut turnamen dan sering bertanding. Jadi kompetitif dan tak boleh patah semangat," kata dia.

Selanjutnya, juga harus fokus pada satu spesialisasi.  "Atlet harus fokus di satu game kalau mau serius.  Misalnya ML ada fighter, range, tank, harus spesialisasi satu saja. Kalau yang lain cukup tahu saja," ujarnya.

Ketua ESI Kabupaten Kuansing Rocky Hamdani menuturkan e-sport tetap menggeliat di daerahnya.  Di Kuansing perekrutan atlet berjalan dan hasil yang dijaring cukup kompetitif di tingkat Provinsi Riau. "Kita persiapan perekrutan atlet dijalankan. Tidak ujug-ujug main tunjuk. Kita ada seleksi," kata dia.

"Terbentuk melihat geliat anak muda, lalu banyak juga atlet berprestasi, dipertandingkan juga di Olimpiade, makanya e-sport jadi tren di kalangan anak muda. Di kualifkasi PON. Di Kuansing sudah ditetapkan jadi salah satu cabor. Ada empat tim terbaik," jelasnya.

Untuk pembinaan atlet, ESI Kuansing memang terkendala dana. Untuk memenuhi kebutuhan masih dilakukan secara swadaya.  "Kita sekarang untuk atlet masih swadaya,  bantu-bantu paketnya," ujarnya. Diakui saat ini pengembangan e-sport masih memerlukan dukungan. "Handphone harus mendukung. Rata-rata di Kuansing handphone-nya belum maksimal,"  urainya.(ali)
 
Laporan M ALI NURMAN, Pekanbaru

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook