Banyaknya anak tak bersekolah di Riau, menjadi perhatian semua orang. Tapi, kepedulian semua pihak, menjadi hal paling penting agar mereka bisa terbantu dan mengurangi jumlahnya untuk masa-masa akan datang.
RIAUPOS.CO - ANGGOTA DPRD Riau, Septina Primawati Rusli mengaku sangat khawatir dengan kondisi dunia pendidikan di Riau. Tapi, ia lebih mengkhawatirkan jika justru masyarakat Riau tidak peduli dengan kondisi ini. Baginya, menyelesaikan persoalan pendidikan di Riau tidak cukup dilakukan oleh pemerintah saja. Dukungan dan perhatian serta sikap nyata dari semua pihak jauh lebih penting.‘’Pendidikan anak-anak itu bukan hanya tanggungjawab pemerintah, orangtua juga sangat berperan. Semua masyarakat sangat berperan. Kalau masyarakat saling peduli, tidiak ada anak yang tidak sekolah. Misalnya, anak-anak suku pealaman banyak yang tak sekolah. Mungkin masyarakat lebih tahu tentang kondisi mereka, tolong disampaikan juga kepada pemerintah,’’ ujar Septina.
Politisi perempuan yang aktif di bidang sosial ini juga mengakui, banyak daerah-daerah tertinggal dan di sana banyak anak-anak tidak sekolah. Bukan karena faktor ekonomi belaka, tapi juga faktor sarana dan prasarana sekolah serta infratsruktur jalan yang masih jauh dari layak. Jauhnya rumah sekolah dengan rumah tinggal hingga memerlukan waktu berjam-jam bahkan menyeberangi sungai dan rawa, membuat orangtua dan anak-anak putus harapan.
Untuk menghadapi kasus seperti ini, banyak pihak yang terlibat. Bukan hanya pemerintah yang bertugas membangun jalan atau rumah sekolah, tapi juga bisa perusahaan-perusahaan terdekat melalui dana CSR yang mereka punya. Pihak lain seperti komunitas-komunitas yang bergerak di bidang pendidikan juga bisa ambil andil.
‘’Pemerintah harus tahu betul persoalan di bawah sana. Apa sebetulnya yang membuat anak-anak di daerah tidak sekolah. Tentunya melalui pemerintah setempat. Kalau tidak selesai di tingkat daerah, sampaikan ke tingkat provinsi. Pasti ada jalan keluar. Kalau persoalannya infrastruktur dan sarana, ini harus segera diambil kebijkan yang tepat. Jumlah anak semakin bertambah, kalau terlambat bersikap, semakin banyak anak tidak sekolah di pedalaman itu. Harus dikeroyok bersama. Begitu juga dengan anggaran. Tentu disesuaikan dengan kemampuan yang kita punya. Tetap harusbertahap,’’ sambung Septina.
Banyak persoalan yang menyertai anak-anak putus sekolah di Riau. Lepasnya perhatian dari orangtua sehingga membuat anak-anak bergaul bebas, dekat dengan narkotika, juga menjadi salah satu sebab. Dalam hal ini, pihak terkait juga harus ambil bagian. Tidak hanya orangtua yang harus memberi perhatian lebih, tapi lembaga terkait seperti lembaga yang berkaitan dengan narkotika, juga harus lebih aktif melakukan gerakan-gerakan.
‘’Banyaknya persoalan yang mungkin bisa menjadi sebab anak-anak putus sekolah atau tidak sekolah sama sekali, memang cukup pelik. Kita harus bersama-sama. Semua pihak harus bergandengan tangan. Kalau anak-anak kita tak sekolah, bagaimana generasi penerus kita nantinya. Riau ini sangat luas, banyak anak-anak yang mungkin belum mengecap pendidikan di daerah-daerah,’’ sambung Septina.(gem/kun)