Jaga Lingkungan, juga Kesehatan Fisik dan Mental

Lingkungan | Minggu, 09 Januari 2022 - 11:56 WIB

Jaga Lingkungan, juga Kesehatan Fisik dan Mental
Rahmi Carolina (ISTIMEWA)

(RIAUPOS.CO) - SETIAP orang memiliki cara tersendiri untuk menjaga lingkungan. Seperti yang dilakukan oleh aktivis lingku­ngan Rahmi Carolina yang menjaga lingkungan sembari menjaga kesehatan fisik dan mental.

Rahmi bercerita, sebelum memiliki buah hati ia bekerja dan berkegiatan di alam. Ia merasa rindu dan ingin kembali ke alam, namun situasi dan kondisi belum memungkinkan. Akhirnya ia berpikir dan mencari alternatif, yaitu dengan cara berkebun.


Menurut Rahmi, dengan berkebun ramah lingkungan, akan menciptakan ekosistem di kebun itu sendiri. Baginya sangat menyenangkan bisa melihat secara langsung hewan-hewan kecil, mulai dari serangga hingga burung-burung yang menjalankan tugasnya di alam.

“Ada yang membantu penyerbukan bunga hingga jadi buah, ada yang mengontrol hama serangga lain, atau hanya sekedar hampir mencicipi hasil kebun. Aktivitas berkebun adalah healing yang baik buat saya. Bonusnya adalah dapat mengkonsumsi hasil kebun yang di taman secara organik," katanya, Sabtu (8/1).

Dikatakan Rahmi, selain menghasilkan pangan organik yang baik untuk dikonsumsi, berkebun juga baik untuk kesehatan fisik dan mental, belajar sabar, memperbaiki mood jadi lebih baik dan bahagia. Berkebun di rumah atau di pekarangan mampu mencukupi kebutuhan dapur yang kurang. Selain memperindah, berkebun atau menanam tanaman di pekarangan juga berarti ikut berkontribusi menghasilkan oksigen dan memperbaiki kualitas udara untuk lingkungan sekitar tempat tinggal.

Tinggal di perkotaan atau tinggal hanya dengan memiliki lahan sempit dan terbatas, bukanlah alasan untuk tidak bercocok tanam. Ada banyak cara untuk memanfaatkan lahan sempit agar lebih bermanfaat, tak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk kelestarian lingkungan.

Rahmi memanfaatkan lahan sempit dan terbatas guna mencukupi keperluan sehari-hari, bisa dengan menanam berbagai jenis pangan, seperti sayuran, tanaman buah, rempah, dan tanaman bunga. Menanam di lahan sempit juga dapat disiasati dengan berkebun di dalam pot. Atau bisa juga menggunakan konsep vertical garden.  

Rahmi menjelaskan, ada banyak macam tanaman yang bisa ditanam di kebun pekarangan. Jika ingin memulai, maka hanya perlu menyesuaikan, apakah ingin menanam sayuran, tanaman rempah, buah, atau bunga. “Tinggal disesuaikan saja, apakah nantinya dia akan tumbuh merambat, butuh tempat yang cukup luas atau cukup di dalam pot ukuran sedang saja," ucapnya.

Perawatannya juga tidak sulit. Rahmi menuturkan, cukup dengan menyiram dua kali sehari, pagi dan sore, sebelum matahari terik dan menjelang matahari terbenam. Tak hanya itu, biasanya ia juga melakukan pemupukan sekali sepekan menggunakan kompos padat maupun cair dari sisa konsumsi sehari-hari. Dan bila perlu juga melakukan penyemprotan menggunakan pestisida nabati yang dibuat sendiri untuk mengontrol hama tanaman.

Kendati demikian, ia juga menghadapi beberapa kendala, seperti posisi meletakkan tanaman. Ia menuturkan, Kota Pekanbaru memiliki cuaca yang sangat panas lalu bisa saja tiba-tiba hujan deras. Beberapa tanaman ada yang sangat membutuhkan matahari sepanjang hari, ada juga yang tidak. Lalu ada yang butuh banyak air dan ada juga yang tidak butuh terlalu banyak air. "Sehingga saat cuaca tak menentu kami harus pindah-geser pot berkali-kali supaya semua tanaman tetap tumbuh dengan baik dan maksimal," tukasnya.


Bagi yang ingin memulai berkebun, ia menyarankan untuk memilih tanaman yang yang disukai dan tanaman yang gampang untuk ditanam, misalnya yang minim perawatan dan anti gagal. "Kemudian observasi sumber air dan sinar matahari, pastikan tersedia dan cukup, karena tanaman butuh sekali air dan cahaya matahari. Lalu persiapkan media tanam yang baik, yang mengandung tanah hitam dan pupuk organik," tuturnya.

Rahmi menambahkan, berkebun dan menanam pangan sendiri sebenarnya mengajarkan untuk mengambil seperlunya saja dari alam. Lalu mengembalikannya lagi ke alam dengan cara mengkompos sisa konsumsi dan menanamnya kembali. Begitu terus siklusnya.

Dengan berkebun dan mencukupi kebutuhan pangan, sebetulnya maka akan berkontribusi dalam upaya mengurangi jejak karbon. Secara sederhana jejak karbon adalah gas rumah kaca atau karbondioksida dan senyawa karbon lainnya yang dihasilkan dari konsumsi bahan bakar fosil.
"Jejak karbon yang kita hasilkan itu jika ditelusuri, turut berperan dalam perubahan iklim, kekeringan hingga banjir. Hal tersebut karena makanan yang kita konsumsi (terutama di wilayah perkotaan) kebanyakan harus menempuh perjalanan puluhan hingga ratusan kilometer, yang tentu saja juga membutuhkan bahan bakar yang tidak sedikit dan gas buangannya yang banyak," ucapnya.

Dengan berkebun juga berarti memberi ruang untuk satwa-satwa kecil yang ruang hidupnya pun semakin sempit akibat aktivitas manusia. Lalu dengan adanya tanaman di pekarangan pun secara sederhana bisa mencegah terjadinya banjir, karena airnya diserap langsung oleh tanaman-tanaman. (ali)


Laporan MUJAWAROH ANNAFI, Pekanbaru

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook