"PES sebagai alternatif untuk melakukan upaya konservasi secara menyeluruh dalam DAS sebagai satu kesatuan ekosistem (hulu-hilir, red), dengan mendorong para pihak yang terlibat untuk berbagi peran dalam pengelolaan," jelasnya.
Untuk itu, dia memberi solusi agar PES di DAS Kampar ini bisa terwujud yakni dengan membangun pemahaman dan kesepakatan para pihak tentang pengelolaan DAS, melalui roundtable, studi banding, diskusi terbuka, sosialisasi, seminar, lokakarya dan lain sebagainya.
Kemudian membangun kesepakatan para pihak dalam membentuk wadah/lembaga multipihak yang bersifat independen dan terbuka tetapi memiliki legitimasi hukum yang diakui oleh pemerintah.
Firman juga mengusulkan agar menyusun data dasar (data base) yang berkaitan dengan potensi dan permasalahan DAS Kampar, juga menyusun rencana aksi (action plan) dan exit strategy sebagai landasan para pihak dalam mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada dan dalam upaya mengatasi permasalahan di DAS Kampar Hulu, dengan didasarkan pada hasil kajian dan hasil rembug warga.
"Hal lain yang mesti dilakukan adalah berbagi peran sesuai dengan kewenangan, tugas pokok dan fungsi dari masing-masing para pihak dalam upaya penyelesaian permasalahan yang terkait dengan ekologi, sosial dan ekonomi secara terintegrasi, dengan didasarkan pada rencana aksi dan exit strategy, termasuk melakukan kajian-kajian bekerja sama dengan lembaga perguruan tinggi dalam mengidentifikasi masalah dan upaya pemecahannya," jelas Firman.
Hubungan Persaudaraan Hulu dan Hilir
Di bagian lain, Kepala Dinas Kehutanan Sumbar, Yosawardi UP SHut MSi, menjelaskan bahwa selama ini hubungan antara hulu dan hilir dalam sebuah sistem DAS, termasuk DAS Kampar ini adalah, seolah hulu itu identik dengan kalangan ekonomi petani, miskin, dan tradisional. Sementara di hilir identik dengan ekonomi saudagar, kaya, dan modern. Hal ini, menurutnya, nyata terjadi pada kondisi sekarang, yakni hulu (Sumbar) dan hilir (Riau).
Kondisi yang njomplang dan saling bertolak belakang ini tidak akan menemukan titik temu jika keduanya tak saling memikirkan satu dengan yang lainnya, padahal mereka berada pada jalur yang sama, yakni berada di DAS. Dia berharap terjadi hubungan yang baik, yakni berubah ke persaudaraan, yakni saling memerlukan dan saling ketergantungan. Hulu rusak, maka hilir akan menerima bahaya dan bencana.
"Kosep persaudaraan dan gotong-royong harus dikedepankan dalam permasalahan ini," jelas Yosawardi.
Dia mengakui, di daerah hulu DAS Kampar, saat ini kondisinya sangat tidak baik. Selain terus terjadi illegal logging, juga alih fungsi lahan tangkapan air menjadi lahan pertanian, terutama untuk gambir, di daerah perbukitan dengan tingkat kemiringan 15%.
Dia berharap Program PES yang sekarang sedang diinisiasi ini bisa membantu masyarakat petani tersebut beralih dari gambir ke tanaman keras yang bagus untuk lingkungan sekaligus bernilai ekonomi tinggi. Misalnya menanam jengkol, petai, dan tanaman umur panjang lainnya. Tanaman gambir juga tak boleh dimatikan, tetapi ditanam di tempat lain yang tidak merusak ekosistem daerah tangkapan air.
Dia juga meminta agar Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang memikirkan bagaimana memberikan kehidupan kepada masyarakat di hulu yang kebanyakan belum dialiri listrik.Sebab dengan aliran listrik, ada prospek ekonomi lainnya yang bisa dibangun.
"Ini tugas PLN. Mereka sudah menjadikan PLTA Koto Panjang sebagai daerah industri mereka. Sudah saatnya mereka memikirkan masyarakat di hulu yang memerlukan listrik, agar tercipta bidang ekonomi baru," ungkap Yosawardi lagi.
Editor: Fopin A Sinaga