TELUKKUANTAN (RIAUPOS.CO ) - Dosen Universitas Riau (Unri) memberikan pelatihan pengembangan produk teh gaharu, di Desa Koto Sentajo. Kegiatan pengabdian kemitraan masyarakat ini, dilaksanakan untuk mengembangkan desa adat ini sebagai kawasan wisata budaya.
Kegiatan Pengabdian Masyarakat yang diketuai Dr Yasir MSi bersama dosen lain serta mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (Kukerta), sudah menggelar pelatihan untuk menciptakan produk unggulan, dalam meningkatkan ekonomi masyarakat desa.
Menurut Yasir, produk unggulan desa yang menjadi pilihan adalah teh gaharu. Karena dearah ini terkenal dengan hutan lindung berbasis adatnya. Kegiatan pengabdian ini diikuti 20 orang yang mewakili masyarakat. Yakni Kepala Desa Koto Sentajo, kepala dusun, BUMDes, kelompok tani, BPD, ibu PKK yang diadakan di MDA samping Kantor Kepala Desa, Kamis (12/8/2021) pekan lalu.
‘’Pengabdian kepada masyarakat oleh dosen Unri ini, bertujuan untuk mendorong agar masyarakat mampu mengola dan memanfaatkan pohon gaharu, terutama daun gaharu yang banyak tumbuh di Hutan Lindung Sentajo dan di perkarangan lahan masyarakat Desa Koto Sentajo,’’ ujar Yasir kepada Riau Pos, Ahad (15/8/2021).
Dikatakannya, pohon dan daun gaharu ini dapat dibudidayakan masyarakat Desa Koto Sentajo, untuk saat ini daun dapat menjadi produk teh yang bernilai ekonomi tinggi, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Yasir bersama desan lainnya, yakni Yohannes Frizal PhD, AndriSulistyani MSc, ChelsyYesicha SSos MIKom, dan Ns Safri MKep. Pengabidan masayakat ini mengambil tema “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembagan Produk Wisata di Desa Koto Sentajo Kabupaten Kuantan Singingi”.
Di dalam kegiatan pelatihan ini kata Yasir, pemateri didatangkan dari salah satu perwakilan dari UPT Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL), yang menyampaikan terkait pemanfaatan hutan yang tepat agar dapat mensejaherakan masyarakat Desa Koto Sentajo.
Sedangkan UPT KPHL, Warsi juga menyampaikan, pemanfaatan hutan terutama pohon gaharu adalah sangat baik. Karena manfaat pohon gaharu sangat banyak, untuk daun gaharu saja bisa diolah menjadi teh herbal.
‘’Ya, tidak hanya sebagai minuman, teh gaharu juga dapat menjadi obat. Adanya program pengabdian seperti ini adalah bentuk program inovasi produk teh gaharu dan menarik untuk terus dikembangkan.Teh gaharu ini memiliki manfaat sebagai pengobatan herbal, untuk pengobatan medis, antioksidan, dan jugabanyak membuktikan dapat menyembuhkan penyakit seperti,diabetes, disfungsi seksual, gangguan tidur, detoksifikasi tubuh,dan tekanan darah tinggi,’’ ujarnya.
Sementera itu, ChelsyYesicha, dosen pembimbing yang ikut dalam kegiatan itu juga mengatakan, kegiatan pengabdian harus berkelanjutan. Pihaknya sudah mendampingi desa ini selama empat tahun. Harus ada yang berubah dengan desa ini.
‘’Untuk tahun keempat ini kita ingin ada produk yang menjadi ikon dan brand Desa Koto Sentajo. Pemanfaatan pohon dan daun gaharu khusunya agar semoga menjadi produk the gaharu herbal yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Produk ini menjadi produk unggulan des ayakni nantinya dapat menjadi buah tangan wisatawan,’’ harapnya.
Menurutnya, keberadaan mahasiswa selama melakukan kegiatan kuliah kerja nyatanya, memberikan dampak langsung. Karena langsung mempraktik di depan warga. Mahasiswa membantu langsung mengenai proses prosduksi, pengolahan,pengemasan bahkan sampai ke pemasarannya.
Teh gaharu sudah tinggal dikembangkan oleh masyarakat. Kegiatan pengabdian ini mendapatkan sambutan positif dari para peserta dan masyarakat Desa Koto Sentajo. Masyarakat terlihat antusias mengikuti pelatihan untuk dapat memanfaatkan pohon gaharu menjadi the gaharu herbal.
“Kami sebagai masyarakat Desa Koto Sentajo sangat mengapresiasi kegiatan dosen dan para mahasiswa ini. Kita diajari bagaimana memanfaatkan dan membuat inovasi produk daun gaharu menjadi teh herbal yang bernilaitinggi,” ujar Heprianto, mantan Kepala Desa Koto Sentajo.
Masyarakat mengharapkan kara Heprianto, produk teh gaharu herbal ini bisa mendapatkan izin dari BPOM segera, sehingga bisa segera diproduksi secara berkelanjutan oleh masyarakat Desa Koto Sentajo.
Laporan: Abu Kasim (Pekanbaru)
Editor: E Sulaiman