Seorang perempuan berumur sekitar 30 tahunan ditemukan tewas pagi subuh itu. Di sampingnya terbaring seorang balita berumur dua tahun. Negosiasi sepuluh jam yang dilakukan aparat itu pun berakhir dengan tragis.Laporan JPG, SibolgaSEBELUMNYA, sepanjang malam, dini hari hingga pagi, negosiasi tidak henti dilakukan. Tapi akhirnya bom itu menyalak juga. Ledakan bom di rumah Abu Hamzah (AH) alias Husain itu membuat istrinya dan seorang anaknya usia dua tahun tewas. Ledakan bom itu diduga disulut oleh istri Abu Hamzah. Dia diduga melakukan bom bunuh diri dengan membawa serta seorang anaknya. Kenekatan istri Abu Hamzah ini dikarenakan pemahaman radikalnya lebih kuat dibanding suaminya. Pascapenangkapan terhadap Abu Hamzah, Selasa (12/3) siang pukul 14.23, ledakan bom terjadi di rumahnya. Tepatnya di luar rumah yang berada di Jalan Cendrawasih, Pancuran Bambu, Sibolga Sambas, Sibolga, Sumatera Utara. Dua orang terluka, satu orang warga dan satu petugas kepolisian. Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengungkapkan pascaledakan itu, upaya negosiasi dilakukan berturut-turut. Negosiasi dilakukan satu arah dengan menggunakan toa masjid terdekat. ”Dari toa itu, kami membujuk istri terduga teroris,” ujarnya. Negosiasi yang dipimpin langsung Kapolda Sumatera Utara Irjen Agus Andrianto itu berlangsung lebih dari 10 jam. Awalnya didatangkan takmir masjid setempat untuk membujuk istri Abu Hamzah. ”Tapi, tetap tidak mau menyerah,” paparnya. Sembari terus membujuk, petugas akhirnya meminta Abu Hamzah sendiri yang membujuk istrinya. Apalagi, ada anaknya yang berada di dalam rumah. ”Anak ini yang sangat dikhawatirkan,” jelas Dedi. Abu Hamzah melalui toa masjid itu telah meminta istrinya untuk menyerah. Setidaknya, bisa untuk menyerahkan anaknya agar tidak menjadi korban. ”Namun, tidak ada respons sama sekali,” ujarnya.Dedi menuturkan, terduga teroris itu sejak awal ragu bahwa istrinya akan menyerahkan diri. Sebab, istrinya itu lebih keras pemahamannya dibanding Abu Hamzah. ”Lebih militan. Istrinya ini lebih kuat percaya pada ideologi ISIS,” urainya. Informasi yang diterima Jawa Pos (JPG), rumah tersebut telah dipasang puluhan bom. Yang ditujukan untuk menjebak petugas yang mencoba masuk ke rumah. Hal itulah yang membuat petugas sulit untuk bisa mendekati rumah dan akhirnya dilakukan sterilisasi dengan radius 100 meter. Dedi enggan merespon informasi tersebut. Menurutnya, yang pasti ada puluhan bom yang ada di rumah tersebut. ”Empat bom aktif dibawa istri AH itu,” jelasnya ditemui di kantor Divhumas Polri kemarin. Proses negosiasi itu mentok. Saat dini hari pukul 01.20 terdengar sebuah ledakan dari arah rumah tersebut. Petugas belum bisa mendekat, karena menduga ada ledakan susulan. ”Ternyata benar, beberapa menit kemudian ledakan kedua terjadi,” ujar Dedi. .