PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Ginjal kronis merupakan penyakit yang global di tengah masyarakat. Berdasarkan data pada 2013 lalu, 12,5 persen dari penduduk dunia mengalami masalah ini. Jika diciutkan pada lingkup yang lebih kecil, yakni di Provinsi Riau dengan jumlah penduduk lebih kurang 6,8 juta jiwa, berarti ada sekitar 800 ribu jiwa yang diserang penyakit ini.
Kepala Unit Hemodialisa yang juga Ketua Tim Ginjal Terpadu RSUD Arifin Achmad dr Rayendra SpPD KGH menyebutkan, dari total tersebut yang melakukan pengobatan hanya sekitar 2-5 persen.
"Itu pun mereka yang sudah mengalami terminal, yang memerlukan pengobatan sebagai pengganti ginjal, seperti cuci darah," jelas dr Rayendra.
Sementara sisanya yang berada pada stadium 1, 2 atau 3, dijelaskannya, pada ginjal, stadium dibagi sampai 5 bagian. Di Riau sendiri, ada sekitar 30 tempat cuci darah, itu dengan jumlah sampai ribuan pasien, masih dalam kalkulasi 2-5 persen tadi,” katanya.
Artinya masih banyak masyarakat yang belum terdeteksi mengalami penyakit ginjal. Perlu ada sosialisasi dan survei agar jumlah yang terdeteksi ini banyak.
Dokter Rayendra memaparkan, ada banyak faktor risiko yang menyebabkan pasien gagal ginjal. Di antaranya penderita diabetes melitus. Di mana 20-40 persen penderitanya bisa bermuara pada ginjal kronis atau gagal ginjal.
"Kemudian pasien hipertensi. Diperkirakan 30 persen dewasa muda menderita hipertensi. Namun sayangnya, dari jumlah tersebut, hanya sepertiganya yang tahu," ucap Rayendra.
Selanjutnya adalah para usia lanjut. Dikatakan Rayendra, usia 40 tahun ke atas akan mengalami pengurangan satu persen fungsi ginjal setiap tahun. “Bayangkan usia lanjut dengan hipertensi dan diabetes melitus, faktor risiko tentu akan sangat besar,” katanya.
Selain itu, pengguna obat-obatan jangka panjang juga berpeluang mengalami gagal ginjal. Kemudian lainnya ada juga disebabkan faktor genetik, kegemukan dan asam urat.
Rayendra berharap kepada seluruh masyarakat agar tidak segan atau ragu memeriksakan diri lebih dini ke rumah sakit. Minimal untuk mendeteksi dini penyakit yang ada di dalam tubuh.
RSUD AA saat ini menangani pasien gagal ginjal yang sudah pada stadium 5 dengan dukungan alat hemodialisa yang canggih. Di samping itu penanganan gagal ginjal juga dengan alternatif lain yaitu Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD).
Alternatif ini memungkinkan pasien dan keluarga yang melakukan perawatannya sesuai keperluan dan arahan dokter.
Direktur RSUD Arifin Achmad H Nuzelly Husnedi, menambahkan, saat ini RSUD AA sudah memiliki 20 mesin terbaru untuk layanan cuci darah sebagaimana dipunyai juga oleh rumah sakit besar dan ternama di Indonesia.
Di samping itu RSUD AA juga mempunyai dokter ahli yang lengkap untuk penanganan pasien ginjal misalnya dr Rayendra SpPD KGH yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal dan hipertensi satu satunya di Provinsi Riau. Kita berharap dengan mengembangkan pelayanan sub spesialistik ini maka level pelayanan RSUD AA sebagai pusat rujukan tentu tidak sama dengan pelayanan rumah sakit lainnya.
"Kita komit memberikan layanan maksimal, dan berupaya menjadi pusat pelayanan ginjal dan cuci darah di Provinsi Riau. Bersama Tim Ginjal Terpadu, in sya Allah itu bisa kita wujudkan," kata Direktur.
Ditambahkan Nuzelly, RSUD Arifin Achmad sebagai pusat rujukan rumah sakit di Provinsi Riau juga sudah memiliki Tim Ginjal Terpadu.(ifr/ayi)
Laporan: Prapti Dwi Lestari