PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Sudah menjadi tradisi sekaligus budaya bagi masyarakat di Indonesia untuk pulang ke kampung halaman atau yang lebih dikenal dengan “mudik” saat memasuki Hari Raya Idulfitri dan balik pasca-Idulfitri.
Melalui tradisi mudik ini, masyarakat seperti bernostalgia dengan kenangan-kenangan semasa di kampung halaman sekaligus dijadikan ajang untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan keluarga dan sanak saudara di kampung.
Dengan demikian, persatuan dan rasa kekeluargaan akan semakin erat. Rasa kasih sayang antarsesama juga akan semakin tumbuh.
Tidak dapat dipungkiri jika rata-rata penduduk yang menghuni kota-kota besar merupakan para perantau. Tak mengherankan memang jika saat memasuki mudik, kota tersebut akan lengang ditinggal oleh penghuninya. Besarnya jumlah pemudik diperkirakan akan mencapai puncaknya pada H-3 hingga H-1 menjelang Hari Raya Idulfitri.
Akibat membeludaknya jumlah pemudik ini yang melakukan perjalanan mudik/balik baik melalui darat dengan kendaraan sepeda motor, mobil, angkutan umum, kereta api, serta udara dengan pesawat terbang, dan laut dengan kapal laut.
Namun biasanya, pemudik banyak yang memilih untuk mudik dengan moda transportasi darat, baik kendaraan pribadi maupun kendaraan angkutan umum. Tak sedikit juga dari para pemudik yang bakal menempuh jarak perjalanan dengan waktu yang lumayan lama, antara belasan hingga puluhan jam.