Gejala dan Penjelasan Tentang Badai Sitokin Covid-19 yang Berbahaya

Kesehatan | Minggu, 22 Agustus 2021 - 13:43 WIB

Gejala dan Penjelasan Tentang Badai Sitokin Covid-19 yang Berbahaya
Ilustrasi virus. (DOK.JAWAPOS.COM)

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Badai Sitokin dan Covid-19, jenis apa lagi? Tentunya istilah medis terkait virus ini sangat berbahaya bahkan sampai mengancam nyawa. Sebenarnya apa itu Badai Sitokin yang diungkap Deddy Corbuzier yang mengakibatkannya menghilang dari dunia hiburan dan Podcast tersohornya sejak tiga pekan terakhir?

Ya, Entertain Deddy Corbuzier mengungkapkan dirinya sakit, kritis dan hampir meninggal karena Badai Sitokin Covid-19. Taukah, bahwa sebelumnya, suami artis Joanna Alexandra, Raditya Oloan juga meninggal karena gejala Badai Sitokin ini. Apa sebenarnya Badai Sitokin Covid-19?


 “Saya sakit.. Kritis, hampir meninggal karena badai Cytokine, lucu nya dengan keadaan sudah negatif. Yes it's covid,” kata Deddy Corbuzier dalam postingan Podcast-nya, Ahad (22/8/2021).

Badai Sitokin dikenal juga istilah Sindrom Sitokin Rilis (CRS) atau Sindrom Badai Sitokin (CSS) adalah terjadinya Sindrom Respons Inflamasi Sistemik (SIRS) yang dapat dipicu berbagai faktor dan salah satunya adalah infeksi oleh virus. Singkatnya, Badai Sitokin adalah rangkaian respons imun yang berlebihan yang dapat menyebabkan masalah serius.

Dikutip dari Very Well Health, sistem kekebalan mengandung banyak komponen berbeda yang membantu tubuh melawan infeksi termasuk sitokin.  Sitokin adalah protein sistem kekebalan tubuh yang mengatur interaksi antar sel dan memicu reaktifitas imun, baik pada imunitas bawaan maupun adaptif.

Dalam keadaan normal, sitokin ini membantu mengoordinasikan respons sistem kekebalan untuk menangani zat yang dapat menyebabkan infeksi, seperti virus atau bakteri.

Sitokin normalnya hanya berfungsi sebentar dan berhenti saat respons kekebalan tubuh tiba di daerah infeksi. Masalahnya adalah terkadang respons peradangan tubuh tidak terkendali dan menyebabkan lebih banyak kerusakan.

Saat terjadi Badai Sitokin, sitokin terus mengirimkan sinyal sehingga sel-sel kekebalan tubuh terus berdatangan dan bereaksi di luar kendali.

Pada kasus infeksi Covid-19, peningkatan beberapa sitokin inflamasi tampaknya terlibat dalam perkembangan sindrom gangguan pernapasan akut, penyebab utama kematian pada orang yang menderita penyakit Covid-19.

Perhal pernyataan Deddy Corbuzier dalam postingannya tentang Badai Sitokin Covid-19 dalam postingannya tersebut berikut menjawab alasannya vakumnya dari media sosial beberapa waktu lalu. Rupanya, ia sempat kritis di rumah sakit dan nyaris meninggal. Kabar tersebut ia umumkan di instagram pribadinya. Ia mengaku positif Covid-19 dan langsung drop.

Deddy mengungkapkan, paru-parunya bahkan sudah rusak lebih dari separuhnya. Padahal ia baru divonis Covid-19 dalam dua hari.

"Tanpa gejala apapun tiba tiba saya masuk ke dalam badai Cytokine dengan keadaan paru paru rusak 60 persen dalam dua hari," lanjutnya.

Dia pun meminta maaf baru bisa mengabari penggemar dan publik saat ini. Sebab ia harus fokus memulihkan kesehatannya.

"Mohon maaf saya baru bisa memberitahu keadaan sebenarnya pada masyarakat, Intinya dua minggu saya break semua nya karena saya harus konsentrasi pada kesehatan saya," ujarnya.

Lebih lanjut, ia juga berterima kasih pada pihak RSPAD Gatot Subroto yang maksimal merawatnya. Ia sendiri sudah pasrah dikeadaan nyaris mati saat itu.

Gejala Badai Sitokin

Badai sitokin dapat menyebabkan banyak gejala berbeda. Terkadang hanya gejala ringan seperti flu. Di lain waktu, gejala Badai Sitokin bisa parah dan mengancam jiwa. Tekanan darah yang sangat rendah dan peningkatan pembekuan darah juga bisa menjadi gejala Badai Sitokin yang parah lantaran jantung mungkin tidak memompa darah sebaik biasanya.

Akibatnya, Badai Sitokin dapat memengaruhi banyak sistem organ, berpotensi menyebabkan kegagalan organ dan kematian.

Sumber: Manadopost.com/Riaupos.co

Editor: Eka G Putra









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook