JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Penyakit campak dapat menjadi masalah serius untuk semua kelompok umur, bukan hanya anak, orang dewasa juga dapat terkena. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) anak berusia di bawah 5 tahun dan dewasa lebih dari 20 tahun yang kena campak lebih sering mengalami komplikasi. Gejala dan masa perawatan membutuhkan waktu 10-14 hari.
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi telinga yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran, serta diare (1 dari 10 anak). Beberapa dapat mengalami komplikasi berat berupa pneumonia (1 dari 20 anak) yang merupakan penyebab kematian tersering pada campak, dan ensefalitis (1 dari 1.000 anak) yang dapat berakhir dengan kematian. Setiap 1.000 anak yang menderita campak, 1 atau 2 di antaranya meninggal dunia.
“Dewasa sangat bisa terkena campak. Misalnya ibu-ibu jika hamil muda akan was-was jika kena campak, anaknya bisa saja mengalami kecacatan,” kata Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Anggraini Alam, SpA (K) dalam keterangan virtual baru-baru ini.
“Gejala pada dewasa sama saja seperti pada anak yakni ruam, demam, mata merah, pilek ditambah muncul ruamnya bisa 10-14 hari dan membuat para pekerja atau karyawan umumnya harus bolos kerja,” tambahnya.
Perkuat Surveilans
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine mengatakan pemerintah melakukan penguatan surveilans campak dan rubella. Jadi kasus yang diduga campak rubella, yaitu pasien yang mengalami demam dan ruam-ruam, harus diambil spesimennya dan diperiksa di laboratorium. Penguatan surveilans dilakukan dengan segera menemukan kasus suspek campak rubella dan segera melaporkan supaya pasien dapat penanganan segera dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Pemerintah menargetkan eliminasi campak rubella tahun 2023 secepatnya. Eliminasi adalah suatu keadaan di mana kita bisa menekan sedemikian rupa angka dari kesakitan akibat campak ini, sehingga tentu tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat lagi.
“Tapi dengan adanya kenaikan kasus campak di negara kita tentu mimpi untuk mencapai eliminasi ini menjadi agak sulit untuk bisa merealisasikannya tahun ini,” ungkap dr. Prima.
SumberL Jawapos.com
Editor: Edwar Yaman