12 PROVINSI LAPORKAN KLB, TERMASUK RIAU

Waspada Campak

Nasional | Jumat, 20 Januari 2023 - 11:20 WIB

Waspada Campak
(INTERNET)

BAGIKAN



BACA JUGA


JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Kasus campak di Tanah Air kembali mencuat. Menurut catatan Kementerian Kesehatan, ada 12 provinsi, termasuk Riau yang melaporkan kejadian luar biasa (KLB) campak. Sedangkan 11 provinsi lainnya adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur (mix rubella dan campak), Kalimantan Utara, NTT, dan Papua.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, Kamis (19/1) menyatakan, ada 31 provinsi yang telah melaporkan adanya kasus campak. Dari 31 provinsi itu, 12 di antaranya sudah menyatakan diri KLB. ''Ada 3.341 kasus di 2022,'' ungkap Nadia.


Ketua UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Anggraini Alam SpA (K) menyatakan mereka yang tidak pernah mendapat imunisasi campak akan berisiko tinggi mengalami campak yang berat. Selain itu balita, memiliki komorbid, dan sedang terapi imunosupresan juga berisiko campak berat.

Untuk itu dia meminta orang tua yang mendapati anaknya memiliki gejala campak harus dibawa ke fasilitas kesehatan. ''Campak ini menular bahkan dari sebelum bergejala hingga empat hari setelah muncul gejala,'' katanya.

Anggraini mengatakan bahwa campak merupakan penyakit yang mudah bangkit ketika vaksinasi kendor. ''Begitu stop vaksin kita akan ketemu penyakit itu,'' ujarnya.

WHO pun telah memberi peringatan bahwa Asia Tenggara banyak menunda vaksinasi. Salah satunya karena Covid-19. KLB campak ini bukan kali ini saja terjadi. ''2017 di Timika banyak yang meninggal,'' ujarnya.

Periode September 2017 hingga Januari 2018 ada 646 anak di Timika yang mengalami campak. Diperparah dengan 144 di antaranya gizi buruk. Dampaknya 70 anak meninggal akibat campak dan gizi buruk. Dia mengatakan suatu daerah disebut KLB ketika sebelumnya tidak ada kasus penyakit atau pernah ada kasus tapi jumlahnya melonjak.

Peningkatan kasus pada 2021 hingga 2022 mencapai 32 kali lipat. Anggraini cukup mengapresiasi karena surveilan dilakukan dengan baik. Sehingga menemukan kasus yang cukup banyak. ''Peningkatan 32 kali lipat ini sangat mengejutkan,'' ujarnya.

Virus campak ini menurutnya bisa masuk ke berbagai organ. Tidak hanya kulit. Virus campak berpotensi masuk ke mata, paru, saluran pencernaan, dan yang paling buruk ke sistem imun.

Ada tiga fase orang terkena campak. Yakni adanya pilek, mata merah dan berair, serta batuk disertai muncul ruam. Biasanya ruam di pangkal rambut atau belakang telinga. ''Kalau ketemu pasien campak, muka anak seperti marah. Karena memang rasanya nggak enak, seperti demam dan pegal,'' katanya.

Kompilasi campak bisa menyerang beberapa organ. Jika menyerang mata, berisiko buta. Di mulut akan mengalami luka. Lalu karena saluran pencernaan terkena, akan diare. ''Kematian tertingi apabila campak sampai ke paru-paru,'' ungkapnya.(lyn/jpg)









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook