5 Hal Ini Harus Dikonsultasikan ke Nakes saat Merawat Pasien Kanker Anak

Kesehatan | Minggu, 20 November 2022 - 19:30 WIB

5 Hal Ini Harus Dikonsultasikan ke Nakes saat Merawat Pasien Kanker Anak
ILUSTRASI (INTERNET)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Tak mudah bagi keluarga dalam merawat pasien kanker, apalagi jika itu adalah anak-anak. Dalam perawatan pasien kanker anak, diperlukan komunikasi antara perawat atau tenaga kesehatan dengan keluarga.

Yayasan Onkologi Anak Indonesia mengedukasi keluarga lewat webinar tema ‘Peran Perawat dalam Mencapai kesmebuhan pasien Kanker Anak’.
Selain dokter, perawat adalah tenaga medis yang sehari-hari melakukan kontak dengan pasien dan keluarganya.


Dokter Spesialis Anak dr. Haridini Intan S. Mahdi, SpA(K) dari RSK Dharmais, menjelaskan dokter dan pasien kadang tidak dapat berkomunikasi secara efektif dengan pasien dan keluarganya tanpa bantuan perawat. Perawat berperan dalam membimbing dan mendampingi pasien dan keluarganya selama masa pengobatan dan rehabilitasi.

“Kerjasama yang baik sangat membantu meringankan penderitaan akibat perawatan yang lama dan panjang. Berbeda dengan merawat pasien batuk pilek, yang mungkin hanya berlangsung paling lama seminggu, pasien kanker membutuhkan perawatan panjang dan bahkan bertahun-tahun,” jelas dr. Intan kepada wartawan, Sabtu (19/11).

Ada beberapa hal yang dapat dikomunikasikan orang tua dengan perawat. Menurutnya perawat onklogi anak harus memiliki kemampuan berkomuniasi yang mumpuni. Apa saja yang dapat dibicarakan dengan perawat?

1. Pengobatan

Perawat bertugas membantu menjelaskan tentang prosedur pengobatan yang harus dijalani pasien. Perawat Onkologi Anak Tuti Amalia menjelaskan peran perawat sangat krusial dalam pengobatan kemoterapi pasien kanker anak. Kemoterapi atau obat sitotoksik untuk membunuh sel-sel kanker dapat diberikan melalui intravena, oral, atau cara lain. Kemoterapi umumnya memberikan efek samping yang cukup berat pada pasien.

Setelah diresepkan dokter, prosedur pemberian obat kemoterapi ini dilakukan oleh perawat onkologi. Biasanya mengikuti prosedur ini, perawat harus menjelaskan kepada keluarga perawat bagaimana protokol pemberian obat dan bagaimana mencengah komplikasi pengobatan. Selain itu, mencatat adanya perubahan fisik dan merawat area penusukan agar tidak infeksi atau bengkak.

“Kadang ada kasus terjadi kebocoran obat yang menyebabkan masalah dan tidak nyaman pasien,” jelas Amalia.

2. Nutrisi

Selain pada perawatan utama, perawat juga bertugas memantau kondisi pasien, misalnya status nutrisi pasien. Mengingat nutrisi adalah terapi pendukung untuk pasien kanker yang dapat mendukung pengobatan utama, maka perawat bisa cepat mendeteksi saat pasien mengalami malnutrisi, terutama kekurangan gizi.

3. Berikan Semangat Pada Pasien

Peran lain perawat onkologi anak adalah memberikan motivasi dengan memberikan semangat pada pasien. Agar semua itu dapat berjalan, maka perawat perlu memiliki pengetahuan medis yang baik, empati, ketelitian, dan kesabaran.

“Pasien atau keluarganya tentu banyak bertanya tentang kondisi pasien atau berbagai prosedur medis yang kadang rumit. Kemampuan komunikasi yang baik dari perawat harus dapat memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti,” ujar dr. Intan.

4. Perkembangan Stadium

Secara umum perawat harus memiliki pengetahuan tentang jenis kanker dan stadium, riwayat medis pasien termasuk perilaku pasien, dietnya bagaimana, termasuk pengobatan alternatif yang pernah dilakukan. Sehingga orang tua dapat mengetahui perkembangan kondisi pasien.

5. Family meeting

Family meeting dilakukan untuk menyingkirkan miskomunikasi antara tenaga medis dan keluarga pasien. Perawat hemato-onkologi dari RSCM,
Elnino Tunjungsari menambahkan, untuk memfasilitasi komunikasi dan rencana perawatan antara tenaga kesehatan dan keluarga, perlu dilakukan pertemuan atau family meeting secara rutin.Pertemuan ini dilakukan untuk mendiskusikan penyakit, tujuan pengobatan, dan rencana pengobatan sesuai tujuannya. Sebisa mungkin pasien dilibutakan jika memungkinan, orangtua dan saudara, keluara inti dan di luar keluarga innti. Hal ini mengingat di Indonesia pengambil keputusan kadang justru dari non keluarga inti misalnya kakek neneknya.

“Family meeting ini menjadi kesempatan buat keluarga untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Family meeting penting karena saat seorang anak terdiagnosis kanker, tentu ada perubahan emosi yang besar di keluarga dan pasien. Misalnya pasien dari daerah misalnya harus tinggal lama di Jakarta dan meninggalkan peekerjaan, dan ini menimbulkan stres,” jelas Elnino.

 

Sumber: Jawapos.com

Editor: E Sulaiman









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook