Covid-19 Tak Menular lewat Sperma, Program Bayi Tabung Tetap Aman

Kesehatan | Sabtu, 19 September 2020 - 12:08 WIB

Covid-19 Tak Menular lewat Sperma, Program Bayi Tabung Tetap Aman
ILUSTRASI (INTERNET)

PEKANBARU, (RIAUPOS.CO) - Klinik Fertilitas Graha Amerta RSUD dr Soetomo saat ini sudah membuka lagi pelayanan program bayi tabung. Sebelumnya, fasilitas tersebut sempat di-lockdown selama lebih dari lima bulan sejak pandemi Covid-19 masuk Indonesia pada Maret lalu.

Prof dr Budi Santoso SpOG (K) menjelaskan, pada awal pandemi, pelayanan dihentikan. Sebab, ada kekhawatiran kondisi pasangan suami istri yang berisiko. Begitu juga risiko penularan yang dikhawatirkan bisa memengaruhi proses bayi tabung. "Saat itu dikhawatirkan suami terinfeksi Covid-19, lalu spermanya ikut terinfeksi virus. Ternyata tidak seperti itu," kata salah seorang ahli fertilitas di Graha Amerta itu.


Pria yang akrab disapa Prof Bus itu menuturkan, dalam proses kehamilan dengan Covid-19, ternyata penularan secara vertikal tidak terbukti terjadi. Misalnya, infeksi dari suami ke istri melalui sperma. Namun, penularan murni terjadi melalui droplet. "Karena itulah, salah satu pencegahan yang dianjurkan World Health Organization (WHO) maupun pemerintah adalah wajib memakai masker," tuturnya.

Melihat kondisi tersebut, Klinik Fertilitas Graha Amerta RSUD dr Soetomo mulai membuka pelayanan program bayi tabung pada akhir Juli lalu. Tentu peraturan protokol kesehatan dipenuhi. "Ada sedikit perbedaan dalam pelayanan program bayi tabung di tengah pandemi Covid-19," ujar dokter obgyn yang juga bertugas di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Kendangsari tersebut.

Budi menyatakan, pelaksanaan program bayi tabung mewajibkan pasangan suami dan istri menjalani tes PCR (polymerase chain reaction). Jadi, mereka yang ingin mengikuti program bayi tabung tidak sedang terinfeksi Covid-19. Sebab, kalau mereka terinfeksi, tim yang menangani serta proses kehamilannya ikut berisiko.(jpg)

Dia mengungkapkan, saat ini sudah ada pasangan suami istri yang mengikuti program tersebut di tengah pandemi. Bahkan sudah tahap pengambilan sel telur dan penanaman embrio. "Kita juga tidak tahu kapan pandemi ini berakhir. Padahal, pelaksanaan bayi tabung rata-rata bersifat urgen," jelasnya.

Pada usia di atas 35 tahun, lanjut Budi, cadangan sel telur perempuan sudah menipis. Jadi, jika menunggu masa pandemi berhenti, tidak tahu kondisi pasangan yang ingin memiliki momongan. "Untuk usia di atas 35 tahun, banyak risiko yang terjadi. Keguguran pun meningkat," ungkapnya.

Budi menyebutkan, angka infertilitas di masyarakat sekitar 10 persen. Mereka yang bermasalah dalam kehamilan memerlukan bayi tabung. Bahkan, setiap tahun selalu ada suami istri yang ingin menjalani program bayi tabung.

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook