JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Sejauh ini tidak ada yang tahu secara pasti kapan seseorang akan menemui ajalnya. Dengan kata lain, umur manusia tetap menjadi misteri yang tidak terpecahkan. Namun, para ilmuwan, tim dokter, dan mereka yang mengerti secara medis mungkin bisa melihat sisa umur manusia berdasarkan gejala-gejala tertentu.
Pada pasien kanker misalnya, deteksi sisa umur bisa diketahui dari kanker itu sendiri, seberapa jauh merusak tubuh manusia dan apa dampaknya. Kemudian jantung, paru-paru dan begitu dengan kondisi tubuh dan gejala lainnya.
Kalau sejauh ini sisa umur manusia bisa diprediksi melalui apa yang terlihat pada gejala-gejala dan penyakit tertentu di tubuh itu sendiri, terbaru para ilmuwan sedang mengembangkan teknologi lainnya yang disebut bisa melihat sisa umur kita berdasarkan sampel air liur.
Penelitian ini dilakukan oleh perusahaan teknologi kesehatan Elysium Health yang sedang menggarap proyek penelitian baru dengan Universitas Oxford yang bertujuan untuk menemukan ukuran epigenetik unik dari penuaan otak.
Menggunakan data uji klinis selama dua tahun yang memungkinkan perbandingan objektif perubahan epigenetik terhadap gambar MRI, para peneliti mempelajari pola epigenetik yang mendasari berbagai tahap kesehatan otak.
Kolaborasi ini bertujuan untuk mengidentifikasi langkah-langkah baru penuaan otak, termasuk langkah-langkah untuk wilayah tertentu di otak, dan akan mengeksplorasi dampak kesehatan lanjutan otak terhadap usia biologis seseorang.
Dikutip dari Longevity Technology, tes dengan metode ini dikatakan bisa menghasilkan wawasan yang lebih akurat tentang berapa banyak waktu yang tersisa bagi seseorang untuk hidup. Dijelaskan bahwa sebuah tes dilakukan dengan cara mengukur “telomer” sel pasien, yang mana merupakan tutup untaian DNA yang dapat dibuang atau terpotong ketika sel bereplikasi.
Seiring bertambahnya usia, panjang telomer memendek, sehingga menyebabkan tanda-tanda penuaan dan kerentanan terhadap penyakit. Sampai pada akhirnya, ilmuwan tersebut bisa sedikit “memprediksi” kapan seseorang akan mati.
Jika penelitian ini sukses, nantinya tes usia bisa dilakukan untuk kalangan umum. Dalam hal ini Elysium Health menawarkan tes usia biologis dengan biaya USD 499 atau sekitar Rp7,5 juta, menguji lebih dari 100.000 “pola metilasi” dalam DNA pelanggannya.
Hasilnya adalah pandangan ke dalam “jam epigenetik” seseorang, usia mereka berdasarkan analisis biokimia DNA mereka. Namun perlu dicatat, rangkaian tes ini tidak bertujuan untuk membalikkan efek penuaan, tetapi hasilnya dapat mengubah perspektif seseorang tentang masa depan mereka.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman