JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Salah satu istilah dalam psikologi yang sering menimbulkan kerancuan adalah 'psikopat'. Istilah ini umumnya digunakan untuk menggambarkan seseorang dengan gangguan mental. Namun, istilah psikopat bukanlah diagnosis resmi.
Istilah 'psikopat' digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak berperasaan, tidak emosional, dan bejat secara moral, yang seringnya merujuk kepada gangguan kepribadian antisosial (ASPD).
Dr. Prakash Masand, seorang psikiater dan salah satu pendiri Centers of Psychiatric Excellence, menggambarkan piskopati sebagai suatu kondisi yang ditandai dengan pola taktik manipulasi dan pelanggaran hak orang lain.
Sebuah studi menunjukkan bahwa sekitar 29 persen populasi umum menunjukkan satu atau lebih sifat psikopat, tetapi hanya 0,6 persen yang mungkin cocok dengan definisi psikopat.
Sementara itu, persentase psikopat di dunia diperkirakan sekitar 1 persen pria dan 0,3-0,7 persen wanita.
Contoh Psikopat
Psikopat terkenal yang terlibat dalam perilaku kriminal kekerasan termasuk Ted Bundy, Charles Manson, Jack the Ripper, dll.
Penyebab psikopati
Meskipun penyebab psikopati tidak diketahui, peneliti percaya bahwa perkembangannya mungkin melibatkan kombinasi faktor lingkungan dan genetik.
Penelitian awal tentang psikopati menunjukkan bahwa penyebabnya sering kali berasal dari masalah yang berkaitan dengan ikatan orang tua-anak. Perampasan emosi anak, penolakan orang tua, dan kurangnya kasih sayang dianggap meningkatkan risiko seorang anak menjadi psikopat.
Selain itu, studi juga menemukan hubungan antara penganiayaan, pelecehan, dan pengabaian anak dapat memicu sifat psikopat.
Selain faktor lingkungan, faktor genetik juga punya pengaruh, seperti masalah neurologis/otak, dan risiko prenatal ibu (seperti paparan racun dalam rahim).
Masalah neurologis umumnya karena psikopat memiliki gangguan pada bagian otak yang bernama amigdala.
Pengobatan untuk psikopat
Pengobatan untuk psikopat menjadi masalah yang diperdebatkan di kalangan ahli. Beberapa peneliti melaporkan bahwa pengobatan tidak membantu, sementara yang lain berpendapat bahwa perawatan khusus dapat mengurangi perilaku tertentu, seperti kekerasan.
Tinjauan literatur tahun 2018 menemukan bahwa banyak studi yang dilakukan tentang efektifitas pengobatan hanya diterapkan pada subjek tertentu, seperti pelanggar seks. Jadi, perawatan yang berefek pada subjek tersebut, mungkin tidak memiliki pengaruh pada psikopat lain.
Demikian pula, psikopat wanita mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda. Secara umum, mereka cenderung tidak sekeras pria, jadi perlakuan mereka mungkin sedikit berbeda.
Tinjauan literatur yang sama menemukan bahwa terapi perilaku kognitif (CBT) mungkin efektif dalam beberapa kasus. Terapi ini bertujuan untuk mencari pemicu utama dari tindakan menyakiti orang lain yang dilakukan oleh seorang psikopat. Dengan menemukan pemicu ini, diharapkan dapat meminimalisir kecenderungan seorang psikopat untuk menyakiti orang lain.
Ciri-ciri psikopat
1. Perilaku antisosial (pelanggaran norma sosial, pelanggaran hak, menyakiti orang lain, dll)
2. Narsisisme
3. Pesona yang tidak asli (buatan)
4. Impulsif
5. Sifat tidak berperasaan dan tidak emosional
6. Kurangnya rasa bersalah
7. Kurang empati
8. Mengabaikan keselamatan dan tanggung jawab
9. Berurusan dengan hukum
10. Gaya hidup parasit
11. Harga diri yang tinggi
12. Promiskuitas/perilaku seks bebas
13. Pembohong patologis
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman