JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Popularitas camilan emping melinjo sudah sampai ke mancanegara. Makanan itu memang lezat, asli buatan Indonesia, dan tergolong camilan dengan harga yang cukup mahal. Ternyata melinjo mengandung zat resveratrol yang berkhasiat sebagai antioksidan, antiradang, antikanker, hingga antiaging.
Sudah sejak lama, banyak orang ’’alergi’’ makan emping melinjo. Sebab, menurut kabar yang beredar, makan emping melinjo bisa meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Karena itu, orang Indonesia lebih umum menikmati buah, biji, dan daun muda melinjo dalam masakan khas Indonesia. Yakni, sayur asam yang rasanya segar. Penduduk beberapa negara juga menggunakannya dengan cara yang hampir sama.
Akar, batang, daun, bunga, dan biji melinjo memang dapat digunakan. Yang terbanyak dipakai adalah bijinya, selain daun sebagai sayur di Thailand. Penduduk Papua Nugini memasak daun dan bunga melinjo bersama daging atau saus yang dibuat dari buah merah. Sementara itu, penduduk India bagian timur laut menggunakan daun muda melinjo sebagai sayuran. Kulit luar buah dan isi biji dapat dimakan mentah.
Memang belum banyak informasi tentang pemakaian melinjo secara turun-temurun untuk tujuan kesehatan. Namun, peneliti tetap tertarik untuk menguak secara ilmiah misteri yang terkandung dalam tanaman itu.
Temuan yang bernilai sangat tinggi adalah zat kandungan resveratrol pada melinjo. Temuan itu sangat menarik perhatian peneliti Jepang dan sudah diteliti lebih dari sepuluh tahun. Yang berhasil ditemukan adalah senyawa resveratrol dan turunannya, termasuk gnetin C, sehingga peneliti menyebutnya ’’melinjo resveratrol’’.
Resveratrol adalah zat alamiah. Di antaranya terdapat pada kulit dan biji buah anggur, yang sudah banyak dipelajari khasiatnya sebagai antioksidan, antiradang, antikanker, dan antiaging. Penemuan resveratrol dalam biji melinjo sangat penting karena telah menambah kekayaan sumber resveratrol dari bahan alam. Melalui temuan itu, penelitian lanjutan khasiat melinjo jadi semakin terarah. Khasiat yang sudah diujikan, antara lain, sebagai antidiabetes, penurun kadar asam urat, pengendalian pembentukan pigmen kulit, dan antitumor.
Tanaman melinjo bernama ilmiah Gnetum gnemon dari suku Gnetaceae yang tersebar di kawasan Asia Tenggara, Afrika, India, dan Indonesia. Ada jenis yang tumbuh sebagai pohon tinggi, ada yang berupa semak. Di beberapa negara seperti Thailand, tanaman itu tumbuh sebagai tanaman sela di antara tanaman lain. Bijinya berbentuk elips berukuran 2–2,5 cm. Kulit luarnya tipis, terdiri atas tiga lapis, dengan warna hijau yang berubah menjadi kuning dan berganti jadi merah saat buah sudah masak.
Antidiabetes
Penemuan resveratrol telah merintis jalan ke arah studi khasiat ekstrak biji melinjo sebagai antidiabetes. Hasilnya menunjukkan kerja ekstrak melinjo yang bisa melindungi sel beta pankreas yang menghasilkan insulin. Insulin adalah hormon yang berperan mengubah gula darah menjadi energi bagi kebutuhan sel. Efek perlindungan itu penting lantaran insulin hanya dihasilkan oleh kelenjar pankreas.
Penemuan tersebut juga sudah diujikan secara klinis pada manusia, yang membuktikan kemampuan resveratrol dalam mengendalikan kadar gula dan menurunkan resistansi insulin. Selain itu, resveratrol ternyata menunjukkan kemampuan melindungi fungsi sel saraf agar tidak mengalami kerusakan sebagai dampak komplikasi diabetes.
Kulit Buah Melinjo
Memanfaatkan biji melinjo berarti perlu mengupas kulit luarnya. Ternyata masyarakat tidak membuangnya, tetapi menggunakan kulit itu juga sebagai bahan pangan. Caranya, antara lain, sebagai bahan sayur segar yang ditumis atau sekadar digoreng.
Menarik sekali hasil penelitian peneliti Indonesia yang ingin menelisik khasiat kulit biji melinjo sebagai antioksidan. Berbagai jenis uji dilakukan terhadap kulit dan isi biji bagian dalam. Hasilnya, terdapat kandungan zat golongan fenolik yang bekerja sebagai antioksidan.
Kandungan fenol total ekstrak isi biji bagian dalam yang tertinggi adalah pada biji berkulit kuning. Yang berwarna hijau jadi terendah. Kandungan fenol total ekstrak kulit biji yang tertinggi adalah pada kulit berwarna kuning, dan yang terendah berwarna merah. Itu adalah temuan penting untuk memenuhi kebutuhan antioksidan alami yang akhir-akhir ini meningkat. Kebutuhan meningkat karena radikal bebas perusak sel dalam tubuh juga meningkat. Kerusakan sel yang meningkat adalah ancaman bagi kesehatan fungsi organ vital tubuh manusia.
Asam Urat
Benarkah mengonsumsi emping melinjo bisa membuat kadar asam urat dalam darah meningkat? Pendapat itu menarik perhatian peneliti Jepang. Sebuah penelitian menguji efek pemberian sari biji melinjo kepada relawan sehat dengan kadar asam urat normal. Pemberian dilakukan selama 4 minggu. Hasilnya, terjadi penurunan kadar asam urat dalam darah.
Studi serupa dilakukan melalui kolaborasi kerja peneliti Indonesia dan Jepang. Studi itu bertujuan mempelajari efek pemberian emping melinjo pada profil asam urat, serta dampak penggorengan pada kadar zat kandungan emping. Hasilnya menunjukkan bahwa kadar asam urat tetap normal. Kadar kandungan dan aktivitas antioksidan emping goreng tidak mengalami perubahan.
Apakah hasil penelitian itu menjawab kekhawatiran dalam mengonsumsi emping melinjo? Ya, orang sehat dengan kadar asam urat normal tidak perlu khawatir. Dalam hal ini, kehati-hatian tetap diperlukan. Terutama untuk tidak mengonsumsi emping melinjo secara berlebihan. Belum ada penelitian efek pemberian melinjo kepada subjek manusia yang sudah punya kadar asam urat tinggi dalam darah. (*)
MENIKMATI MELINJO
- Mengonsumsi daun, bunga, kulit buah, dan biji tanaman melinjo aman.
- Melinjo cocok sebagai pangan fungsional. Pilihannya adalah diolah menjadi makanan, termasuk sebagai sayur.
- Konsumsi dalam jumlah tidak berlebih secara teratur untuk dapat menikmati manfaatnya bagi kesehatan.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman