JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Pemerintah mulai melonggarkan pembatasan saat masih pandemi Covid-19. Toko, tempat makan, hingga kantor sudah mulai dibuka. Di sisi lain, ada penelitian dari organisasi kesehatan dunia (WHO) bahwa virus SARS CoV-2 bisa menular melalui airbone atau udara di ruangan tertutup.
Penelitian transmisi melalui udara sampai saat ini masih terus dikaji. Anggota Tim Pakar Medis Gugus Tugas Nasional Budiman Bela menambahkan bahwa selain tempat yang tertutup, udara dingin pada ruang tertutup meningkatkan potensi terjadinya penularan Covid-19. Menurutnya, bisa saja orang berada di ruang tertutup. Namun harus menggunakan masker dan jaga jarak. Langkah ini dapat mengurangi potensi penularan. Budiman menjelaskan penggunaan masker dan jaga jarak akan menghambat terjadinya transmisi virus melalui udara.
"Semua aktivitas mengeluarkan virus ketika kita berbicara, bernyanyi, batuk dan bersin. Namun virus itu (Covid-19) akan tertampung oleh masker kalau kita menggunakan masker," katanya.
Sementara itu Epidemolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan pernyataan WHO masih meragukan. Sebab dari rilis yang dikeluarkan lembaga itu, tidak disebutkan berapa persen penularan melalui udara. Sehingga dia meyakini penularan melalui droplet masih lebih besar.
Di sisi lain, Yunis menegaskan bahwa masyarakat bisa mengantisipasi penularan melalui udara ini. Langkah utama yang dilakukan adalah menjaga sirkulasi. Berada di ruang tertutup berisiko. Sirkulasi bisa saja dari cendela atau exhaust. "Ini akan melancarkan pergantian udara dalan suatu ruangan," ujarnya.
Dia juga sejalan dengan Budiman. Protokol kesehatan harus diterapkan. Yunis menambahkan, masyarakat perlu memproteksi diri menggunakan masker dan face shield. Penggunaan alat ini diharapkan bersamaan.
"Selain itu juga harus memperhatikan gizi dan imunitas tubuhnya," tuturnya.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Nasional Wiku Adisasmito mendorong WHO untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai transmisi udara. Wiku menjelaskan publikasi dari New England Journal of Medicine baru-baru ini telah mengevaluasi ketahanan virus penyebab Covid-19. Dalam kajiannya, menunjukkan bahwa virus Covid-19 yang mampu bertahan di udara hingga tiga jam ini tidak mencerminkan kondisi klinis manusia di saat batuk. Kondisi tersebut terjadi pada saat eksperimen dilakukan untuk melihat konsentrasi partikel yang melayang di udara.
Berdasarkan bukti-bukti tersebut, WHO terus merekomendasikan pencegahan penularan yang disebabkan oleh droplet dari orang yang terinfeksi Covid-19. Pada lingkungan di mana dilakukan prosedur yang menghasilkan aerosol, WHO tetap merekomendasikan tindakan pencegahan berdasarkan tingkat risikonya.
Sementara itu di pemerintah memberi atensi penuh terhadap Jawa Timur karena kasus Covid-19 belum turun. Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto berkantor di Surabaya mulai kemarin (12/7). Berita tersebut disampaikan Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesdirjen) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) M Budi Hidayatnyang. Budi menegaskan Menkes sengaja berkantor di Surabaya untuk memastikan penanganan Covid-19 di Jawa Timur berjalan dengan baik.
"Karena kami tahu penyebaran Covid-19 di sini perlu perhatian khusus," katanya.
Terawan langsung menggelar rapat yang antara lain dihadiri Kepada Dinas Kesehatan Jawa Timur Herlin Ferliana dan Sekretaris Dearah Jawa Timur Heru Tjahyono. Setelah rapat, Menkes meninjau Rumah Sakit lapangan Indrapura.(lyn/jpg)