PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Senin (2/10) dini hari, sebagian besar Kota Pekanbaru masih diselimuti kabut pekat disertai bau asap kebakaran. Pada pagi menjelang siang kabut asap berangsur hilang. Tapi, kualitas udara di Kota Pekanbaru tetap berada di level tidak sehat. Masyarakat Pekanbaru pun mulai memakai masker saat ke luar rumah.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Syarif Kasim II-Pekanbaru Ramlan mengatakan kualitas udara di Kota Pekanbaru masih berada di level tidak sehat. Masyarakat bisa melihat langsung secara real time melalui website https://www.bmkg.go.id/kualitas-udara/informasi-partikulat-pm25.bmkg yang dimiliki oleh BMKG.
‘’Dari hasil data yang dimiliki oleh aplikasi tersebut, terlihat konsentrasi partikulat (PM10) di Pekanbaru pagi ini (kemarin, red) menunjukkan angka 70.70 ugram/m3. Angka tersebut menunjukkan kualitas tidak sehat atau berada di level kuning,’’ ujarnya, Senin (2/10).
Dijelaskan Ramlan, udara tidak sehat ini ditandai dengan warna cokelat dengan konsentrasi partikulat 55,5-150,4 ugram/m3. Udara sangat tidak sehat ditandai dengan warna merah dengan konsentrasi partikulat 150,5 - 250,4 ugram/m3. Sedangkan untuk udara berbahaya ditandai dengan warna hitam 250,4 dengan konsentrasi partikulat lebih besar 250 ugram/m3.
Penjabat (Pj) Wali Kota Pekanbaru, Muflihun SSTP MAP merasa khawatir dengan kualitas udara di Kota Pekanbaru. Jika kondisinya terus mengalami penurunan dan memburuk, dirinya minta Dinas Pendidikan (Disdik) meliburkan sekolah.
“Kondisi kualitas udara Pekanbaru terus menurun. Ini karena kiriman dari luar ya. Untuk kegiatan belajar mengajar pakai masker dan kurangi kegiatan di luar ruangan. Jika terus memburuk kita minta sekolah diliburkan saja,” ujar Uun panggilan akrab Muflihun, Senin (2/10).
Sementara Pemko Pekanbaru melalui Dinas Pendidikan (Disdik) Pekanbaru mengeluarkan surat edaran ditujukan kepada sekolah agar kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di dalam ruangan kelas serta mengurangi aktivitas di luar ruang kelas.
Kepala Disdik Pekanbaru, Dr H Abdul Jamal MPd menyebutkan surat edaran tersebut menindaklanjuti dari dampak menurunnya kualitas udara di Kota Bertuah dan sekitarnya. “Kita mengimbau, ada dua poin. Dari DLHK dan Dinas Kesehatan sudah memberi rambu. Yang pertama mengurangi aktivitas di luar ruang kelas, seperti olahraga. Yang kedua kita minta supaya menggunakan masker,” ungkap Abdul Jamal, Senin (2/10).
Adapun surat edaran tersebut menegaskan agar kegiatan belajar mengajar tetap dapat berjalan maka diwajibkan memakai masker bagi guru pendidik dan peserta didik serta masyarakat sekolah lainnya. Kemudian mengurangi aktivitas yang tidak penting di luar kelas.
Abdul Jamal menambahkan jika kualitas udara terus membueuk maka sekolah akan diliburkan. “Jika kualitas udara di status berbahaya sekolah diliburkan atau belajar jarak jauh. Daring saja” tambah Abdul Jamal.
Khawatir ISPA Meningkat
Kabut asap yang beberapa hari terakhir menyelimuti Pekanbaru dikhawatirkan menyebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) meningkat. Peningkatan kasus ISPA terjadi di Puskesmas Simpang Baru, Kecamatan Bina Widya, Pekanbaru.
Kepala Puskesmas Simpang Baru drG Hidayani mengatakan, memang terjadi peningkatan kasus ISPA di Puskesmas yang dipimpinnya. Namun tidak semua kasus disebabkan oleh kabut yang terjadi beberapa hari terakhir. “Penyakit ISPA yang saat ini diderita pasien belum tentu akibat kabut asap, melainkan penyakit ISPA yang diderita pasien akibat kondisi lingkungan yang kotor, berdebu, dan asap kendaraan,” jelasnya, Senin (2/10).
Handayani menyebutkan, kasus ISPA terus terjadi dan jumlahnya di Puskesmas Simpang Baru selalu mengalami fluktuasi. Kadang turun dan kadang naik.
Sampai awal pekan ini, Hidayani menambahkan, kasus ISPA yang diderita pasien di puskesmas tersebut sebanyak 15 kasus. Jumlah itu menurutnya merupakan kasus yang diterima selama tiga hari terakhir.
ISPA sendiri menyerang tidak melihat umur, tua ataupun muda, bisa terkena. Dirinya juga menyebutkan, kabut asap yang terus menerus tidak hanya akan mengganggu saluran pernafasan saja.
“Kabut asap tak hanya menyebabkan ISPA saja, tetapi bisa menyebabkan iritasi kulit, mata, badan gatal-gatal dan diare. Namun, hal itu belum ada terlihat di pasien kami saat beberapa hari ini,’’ kata Hidayani.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru kembali mendapatkan informasi dari pantauan satelit jika kabut asap di wilayah Sumatera Selatan dan Jambi dan diakumulasikan dengan adanya kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di beberapa kabupaten di Provinsi Riau.
Sedangkan untuk sebaran titik panas wilayah Sumatera berkisar 574 titik yang tersebar di Provinsi Bengkulu 1 titik, Jambi 15 titik, Lampung 54 titik, Sumatera Selatan 459 titik, Bangka Belitung 31 titik, dan Provinsi Riau 14 titik. Di Riau titik api muncurl di Kabupaten Bengkalis 1 titik, Kabupaten Kuantan Singingi 1 titik, Kabupaten Rokan Hilir 8 titik, Kabupaten Rokan Hulu 3 titik, dan Kabupaten Siak 1 titik.
Pemerintah Provinsi Riau pun kembali mengajukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) ke pemerintah pusat. TMC tersebut diajukan agar di Riau kembali dilakukan upaya hujan buatan untuk mengantisipasi kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau M Edy Afrizal mengatakan, TMC masih penting dilakukan karena, selain untuk membasahi lahan gambut agar tidak terbakar, hujan yang turun juga bisa mengantisipasi kabut asap yang melanda.
“Kami sudah kembali mengajukan kembali pelaksanaan TMC. Mudah-mudahan TMC bisa segera kembali dilakukan di Riau,” katanya, Senin (2/10).
Lebih lanjut dikatakannya, untuk karhutla di Riau per hari Senin (2/10) terpantau terjadi di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Kampar dan juga Pelalawan. Namun untuk lokasi karhutla tersebut langsung dilakukan upaya pemadaman, baik oleh tim darat maupun tim udara menggunakan helikopter water bombing. “Yang cukup besar itu di Rohil, yakni di daerah Tanah Putih. Namun langsung dilakukan upaya pemadaman, kemudian sore harinya juga turun hujan di lokasi sehingga hanya tinggal proses pendinginan,” sebutnya.
Dengan kondisi karhutla di Riau tersebut, pihaknya menyebutkan kabut asap yang melanda Provinsi Riau, utamanya di Pekanbaru masih merupakan asap kiriman dari provinsi tetangga yakni Jambi dan Sumatera Selatan (Sumsel).
Karena itu, pihaknya mengajukan TMC agar di Riau dapat turun hujan dan menghambat asap masuk ke Riau. “Kalau di Riau ada hujan, asap bisa tertahan. Ini penting dilakukan karena Riau merupakan benteng terakhir, jika asap terus-menerus masuk ke Riau bisa saja asap mengarah ke negara tetangga,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kota Pekanbaru Zarman Candra mengimbau masyarakat jangan ikut berkontribusi menambah kabut asap yang melanda dengan cara membakar lahan yang bisa jadi memperparah kabut asap yang saat ini terjadi. “Kita meminta kepada masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar. Jangan sampai menambah kabut asap saat ini,” tuturnya.
Dirinya menyebut bahwa potensi kebakaran lahan di kota ini masih ada. Lahan di sekitar Jalan Jenderal Sudirman ujung mendadak terbakar hari ini. Tim BPBD Kota Pekanbaru pun turun ke lokasi untuk melakukan upaya pemadaman bersama aparat gabungan.
Ia juga tidak menampik pada akhir pekan kemarin terjadi kebakaran lahan di Kecamatan Rumbai Barat. Ada setengah hektare lahan yang terbakar di kawasan itu. Namun tim BPBD bersama aparat gabungan bergerak cepat memadamkan lahan yang terbakar.
Mereka juga melakukan langkah antisipasi agar kebakaran tidak meluas. Tim berkordinasi dengan semua instansi terkait dalam mencegah terjadinya kebakaran lahan. “Kami upayakan zero fire di Pekanbaru, maka langkah antisipasi dini bisa diambil. Kami dibantu Masyarakat Peduli Api Bertuah yang ikut mensosialisasikan bahaya Karhutla kepada masyarakat,” tegasnya.(ayi/sol/end)