PEKANBARU (RIAUPSO.CO ) -- KONDISI cuaca yang ekstrim saat ini mengakibatkan munculnya penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kota Pekanbaru. Untuk itu, diperlukan peran serta dan kesadaran masyarakat, RT dan RW dalam pencegahan DBD dengan berprilaku hidup sehat dan menciptakan lingkungan yang bersih.
Hal tersebut diungkapkan, Kepala Bidang P2P Diskes Kota Pekanbaru, Maisel Fidayesi kepada Riau Pos, Selasa (10/3).
Ia mengatakan, peran penting masyarakat sangat diperlukan dalam mencegah perkembang biakan nyamuk aedes aegypti. Nyamuk jenis ini adalah nyamuk yang faktor utamanya pengaruh lingkungan.
Untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti harus menerapkan program 3M plus yaitu menguras, menutup, mengubur atau menimbun barang-barang bekas seperti kaleng bekas, ban, botol atau gelas air mineral, serta menyikat bersih dinding tempat penyimpanan air.
"Intinya adalah kalau lingkungan di sekitar itu bersih dan menerapkan pola hidup sehat Insya Allah kami akan sehat dan terhindar dari DBD. Nyamuk aedes aegypti berkembang biak ditempat-tempat penampungan air seperti di got-got atau selokan yang kotor. Janganlah menampung air hujan, maka akan menimbulkan jentik nyamuk," ujarnya.
Ia menjelaskan, dari data di Dinas Kota Kesehatan Pekanbaru untuk tahun 2020, sejak Januari hingga pekan kedua bulan Maret ini terdata ada sebanyak 238 orang yang terkena DBD. Namun, semuanya sudah dilakukan penangan yang baik dan sudah sehat kembali. Dibanding dengan tahun 2019 lalu, mulai dari Januari hingga Minggu kedua bulan Maret itu hanya terdata 103 orang.
"Tahun ini memang terjadi peningkatan dibanding dari tahun kemaren. Namun semua sudah kita tangani dengan baik. Pasien DBD sudah sembuh dan tidak ada korban jiwa. Mudah-mudahan kita berharap tidak ada yang sampai menjadi korban jiwa," harapnya.
Menurut Maisel Fidayesi, upaya yang sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru adalah terus melakukan pencegahannya dengan terus melakukan sosialisasi. Mengajak masyarakat untuk bergotong-royong, mengajak masyarakat untuk membersihkan lingkungan.
Dia juga mengajak peran serta camat, lurah, RT/RW untuk membantu dalam upaya perpanjangan tangan ke masyarakat. Masyarakat diajak untuk membersihkan lingkungannya dengan bergotong-royong melakukan pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M. Ia juga mengajak anak sekolah dan guru-guru melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
"Intinya DBD itu faktor lingkungan. Lingkungan itu yang perlu harus dijaga. Seperti juga pesan Pak Wako Pekanbaru bahwa kesehatan itu faktor utamanya adalah 40 persen adalah lingkungan. Jadi kalau lingkungan bersih dan sehat insya Allah kita juga sehat. Pengaruh faktor gaya hidup dan pola makan itu sekitar 30 persen. Kalau lingkungan bersih dan gaya hidup bagus Insya Allah kita sehat. DBD ini faktor utamanya adalah lingkungan," jelasnya.
Ditambahkannya, terkait masalah fogging bukan solusi. Fogging hanya untuk mematikan nyamuk dewasa yang sudah ada dilingkungan tersebut. Yang dilakukan adalah harus mencegah agar tidak timbul jentik-jentik nyamuk.
"Fogging itu setelah ada kasus. Kenapa setelah ada kasus? Karena fogging itu hanya gunanya untuk mematikan nyamuk dewasa yang memang sudah ada dilingkungan tersebut. Kalau ada kasus maka kami kan bercuriga kalau sudah ada nyamuk dewasa yang menggigit. Baru kita lakukan fogging," kata Maisel.
Ditambahkannya, kenapa tidak boleh lakukan fogging kalau tidak ada kasus? Karena fogging itu berbahaya buat kesehatan, dan efeknya jangka panjang. Fogging bisa merusak ginjal, paru-paru, fungsi hati. Apalagi di lingkungan tersebut ada ibu hamil dan bayi.(ksm)
Laporan: DOFI ISKANDAR