Gen-Z dan Milenial Perlu Waspada Kesehatan Sendi dan Tulang

Kesehatan | Kamis, 08 Desember 2022 - 19:07 WIB

Gen-Z dan Milenial Perlu Waspada Kesehatan Sendi dan Tulang
Gaya hidup tak sehat, kurang gerak dan olahraga rentan jadi penyebab masalah sendi dan tulang, gen-Z dan milenial perlu waspada. (PIXABAY)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Masalah sendi dan nyeri tulang saat ini sudah bergeser ke usia muda yakni 30-40 tahun. Bukan hanya usia, di era modern saat ini, gaya hidup tak sehat, kurang gerak dan olahraga menjadi keseharian anak muda seperti gen-Z dan milenial.

Ada berbagai macam masalah nyeri sendi dan tulang yang umum dikeluhkan oleh masyarakat. Konsultan Bedah Ortopedi, Tulang Belakang, dan Trauma dr Lim Sze Wei dan Konsultan Bedah Ortopedi, Artroplasti dan Olahraga Dato Badrul Shah Badaruddin dari ALTY Orthopaedic Hospital rumah sakit spesialistik ortopedi Malaysia  menyoroti pentingnya menjaga kesehatan tulang sejak dini untuk mencegah penyakit kronis jangka panjang, bahkan sampai masa penuaan terjadi.


Kedua Konsultan Ortopedi tersebut juga mendorong lebih banyak orang untuk melakukan pemeriksaan kesehatan tulang yang memungkinkan mereka mengidentifikasi tanda-tanda awal kondisi seperti radang sendi dan osteoporosis. Mereka menganjurkan agar penderita nyeri baik di tulang belakang maupun persendian segera menemui dokter spesialis ortopedi untuk mencegah nyeri lebih lanjut dan efek jangka panjang yang mungkin menimpa mereka di usia tua.

"Untuk memastikan kesehatan tulang yang baik, penting sering berolahraga dan menjaga nutrisi yang baik. Tanpa ini, sendi dan tulang belakang kita yang merupakan struktur penting dari tubuh kita, bisa terpengaruh," kata para ahli kepada wartawan, Kamis (8/12).

Berikut jenis-jenis masalah pada tulang dan sendi. Pengobatannya disesuaikan dengan derajat keparahan pasien.

1. Low Back Pain
Ancaman penyakit daerah punggung hingga ke pinggang atau disebut dengan istilah Low Back Pain sudah bergeser ke usia muda bukan lagi lansia.

Keluhan yang ditimbulkan bermacam-macam seperti nyeri di pinggang, tidak bisa bergerak leluasa, otot tegang, pusing, hingga kesemutan. Low back pain 80-90 persen terjadi otot dan ligamen. Gejala Low Back Pain dan cara pengobatannya ditentukan dengan derajat keparahan pasien. Pasien dengan keluhan gejala ringan, akan menghilang dengan istirahat.

Gejalanya seperti pegal-pegal di bagian pinggang bawah, nyeri lokal. Biasanya diperberat aktivitas. Nyeri terasa berkurang saat istirahat. Rasa sakit dan tak nyaman saja. Faktor risiko Low Back Pain yakni usia, riwayat jatuh, berat badan berlebih, posisi dominan membungkuk, dan terlalu sering mengangkat benda yang berat.

2.ACL
Pada lutut ada 4 urat yang berperan terhadap kestabilan sendi. Dari keempat ligamen tersebut yang paling rentan mengalami cedera adalah ACL atau Anterior Cruciate Ligament

Fungsi ACL membantu menjaga stabilitas rotasi lutut dan mencegah tibia (tulang kering) bergeser di depan tulang paha. Cedera ACL termasuk salah satu jenis cedera lutut paling umum, sekitar 40 persen dari semua cedera terkait olahraga.

Penyebabnya, seringkali pemanasan dituding menjadi alasan terjadinya cedera. Kurangnya pemanasan sebelum berolahraga sering dianggap sebagai alasan. Faktor internal misalnya bisa karena berat badan, teknik main atau olahraga yang salah, hingga kelelahan, atau otot tak seimbang.  Faktor eksternal misalnya suasana bermain terlalu bersemangat dengan adrenalin yang meningkat sehingga atlet terlalu memaksa saat berolahraga.

3.Frozen Shoulder
Adalah sebuah kondisi yang ditandai oleh kekakuan dan nyeri pada sendi bahu. Sehingg seolah-olah penderitanya mengalami sendi yang membeku. Kondisi ini sering terjadi pada orang yang lengannya lama tidak bergerak.

"Terjadi karena inflamasi, atau kapsul pada bahu itu mengalami radang. Tendonnya itu mengalami inflamasi. Kapsulnya bertambah melekat, lengket, disebabkan peradangan," tegasnya.

Umumnya bisa self limiting atau bisa hilang sendiri namun bisa juga menetap bertahun-tahun. Pengobatannya disarankan dengan olahraga, injeksi, obat antiinflamasi, dan jalan terakhir adalah operasi.

Pengobatan

Pengobatan masalah sendi dan tulang dapat dilakukan dengan sistem pencitraan canggih (imaging system), yaitu ESAOTE tilting MRI, di mana pasien diposisikan terlentang (berbaring) atau menahan beban (berdiri), dan dapat berputar dari 0 hingga hampir 90 derajat. Alat ini membantu dokter untuk menganalisis keluhan atau gejala dengan akurat, dan menghasilkan penanganan yang tepat dan maksimal.

Alat mutakhir lainnya seperti EOS Imaging System (2D dan 3D X-Ray), yang memiliki paparan radiasi 50 persen hingga 85 persen lebih rendah dibandingkan dengan sistem sinar-X yang biasa digunakan. EOS dapat menangkap gambaran seluruh tubuh untuk menghasilkan diagnosis yang lebih akurat, dan membantu dokter untuk memantau setiap perbaikan kondisi pasien. Selain itu radiasi yang rendah juga lebih aman untuk anak-anak yang mengalami gangguan tulang belakang seperti skoliosis yang membutuhkan serangkaian pemeriksaan diagnostik x-ray.

Ada pula CIOS Spin yang menawarkan kontrol kualitas intraoperatif yang tepat berdasarkan teknologi 3D khusus, menawarkan metode radiasi dosis rendah, non-invasif yang cepat. Selain itu ada pula Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) yang memperhatikan detail proses dari sebelum, selama, hingga setelah operasi. Prosedur ini dapat secara efektif mempersingkat lama rawat inap, sehingga pemulihan pun lebih cepat, sekaligus meningkatkan hasil klinis dan pengalaman pasien secara keseluruhan.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook