82 PERSEN NAKES ALAMI BURNOUT SYNDROME

Pemerintah Siapkan Uang Muka Vaksin Rp3,3 Triliun

Kesehatan | Sabtu, 05 September 2020 - 16:36 WIB

Pemerintah Siapkan Uang Muka Vaksin Rp3,3 Triliun
Petugas kesehatan menunjukkan contoh vaksin saat simulasi uji klinis, Kamis (6/8). (TAOFIK ACHMAD HIDAYAT/RADAR BANDUNG)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) -- Dukungan terhadap pengadaan vaksin Covid-19 ditunjukkan lewat penyediaan anggaran. Pemerintah telah menyiapkan uang muka (down payment) pembayaran sebesar Rp3,3 triliun tahun ini.

"Terkait dengan vaksin, sudah tersedia dana untuk down payment pada tahun ini sebesar Rp3,3 triliun. Seluruh dana yang disiapkan adalah Rp37 triliun untuk program multiyear," ungkap Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Airlangga Hartarto, kemarin (4/9).


Pemerintah, kata dia, tetap fokus untuk segera mendatangkan vaksin. Sebab, peningkatan kasus terus terjadi. Saat ini ada 187.537 kasus positif virus corona di Indonesia. Lalu, 134.181 orang sembuh dan 7.832 orang meninggal dunia.

"Tapi, recovery rate Indonesia 71,7. Ini lebih tinggi daripada global dan kasus fatality rate 42 persen," imbuhnya.

Pemerintah menargetkan vaksin didistribusikan mulai 2021. Sebelumnya, Ketua Pelaksana KPCPEN Erick Thohir menuturkan, Indonesia tidak hanya menunggu vaksin dari Sinovac Cina, tapi juga vaksin dari negara lain, mulai Uni Emirat Arab hingga Eropa.

Sejalan dengan hal itu, Airlangga menjelaskan, program-program PEN yang telah diusulkan di pusat maupun daerah dan K/L bisa rampung dalam satu pekan ini. Berdasar laporan Kementerian Keuangan, sudah ada perubahan-perubahan realokasi yang dilakukan. Yakni, sebesar Rp679 triliun dari total anggaran yang ditetapkan Rp695,2 triliun. Dengan demikian, masih ada ruang Rp16 triliun untuk beberapa program yang belum masuk di dalam anggaran tersebut.

Sementara itu, selama pandemi Covid-19, beban layanan kesehatan bertambah. Hal itu membuat tingkat burnout syndrome pada tenaga kesehatan (nakes) meningkat tajam. Kondisi itu berpengaruh terhadap kondisi kesehatan mereka.

Merujuk pada penelitian Program Studi Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI), diketahui bahwa 82 persen nakes di Indonesia mengalami stres selama pandemi. Data tersebut diperoleh dari survei yang dilakukan sejak Februari hingga Agustus 2020 terhadap 1.461 nakes. Nakes itu terdiri atas dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis, perawat, bidan, apoteker, dan analis laboratorium di seluruh Indonesia.

"Hasilnya, 82 persen mengalami burnout sedang dan 1 persen berat," ujar Ketua Tim Peneliti dari Program Studi MKK FK UI Dewi Sumaryani Soemarko dalam temu media kemarin.

Kebanyakan di antara peserta survei merupakan nakes dengan usia yang cenderung masih muda. Sekitar 35 tahun dengan masa kerja rata-rata 5 tahun.

Lebih lanjut, dia memaparkan, burnout itu merupakan sindrom psikologis yang muncul akibat respons kronis terhadap stresor atau konflik. Nah, terdapat tiga karakteristik gejala burnout, yaitu keletihan emosi, kehilangan empati, dan hilangnya rasa percaya diri.

Sementara itu, pemerintah mengeklaim telah melakukan berbagai hal selama enam bulan masa pandemi Covid-19. Masih ada kekurangan, namun perkembangan penanganannya cukup signifikan. Sejumlah target juga akan terus dikejar.

Kebijakan utama pemerintah dalam mitigasi Covid-19 adalah membagi-bagi wilayah menjadi zona-zona berdasar warna yang menunjukkan tingkat risiko.

Sumber: Jawapos.com
Editor: Rinaldi

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook