Penelitian Ungkap Covid-19 Berefek pada Perubahan Stuktur Otak Remaja

Kesehatan | Minggu, 04 Desember 2022 - 04:00 WIB

Penelitian Ungkap Covid-19 Berefek pada Perubahan Stuktur Otak Remaja
Ilustrasi struktur otak remaja. Penelitian membuktikan pandemi Covid-19 telah berdampak pada fungsi kognitif dan mengubah otak remaja. (FINANCIAL EXPRESS)

JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Penelitian membuktikan pandemi Covid-19 telah berdampak pada fungsi kognitif dan mengubah otak remaja. Temuan baru menunjukkan bahwa efek kesehatan saraf dan mental dari pandemi pada remaja mungkin lebih buruk.

Pada 2020 saja, menurut penelitian Stanford University, AS, laporan kecemasan dan depresi pada orang dewasa meningkat lebih dari 25 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebuah studi baru menunjukkan bahwa pemicu stres terkait pandemi secara fisik membuat otak menua pada otak remaja. Penelitian telah diterbitkan dalam jurnal “Biological Psychiatry: Global Open Science”.


“Kami sudah tahu dari penelitian global bahwa pandemi telah berdampak buruk pada kesehatan mental di masa muda, tetapi kami tidak tahu apa, jika ada, pengaruhnya secara fisik pada otak mereka,” kata penulis pertama makalah itu, Ian Gotlib dari Universitas Stanford seperti dilansir dari Financial Express, Sabtu (3/12/2022).

Perubahan struktur otak terjadi secara alami seiring bertambahnya usia, kata Gotlib. Selama masa pubertas dan awal masa remaja, tubuh anak-anak mengalami peningkatan pertumbuhan di hippocampus dan amigdala, area otak yang masing-masing mengontrol akses ke ingatan tertentu dan membantu memodulasi emosi. Pada saat yang sama, jaringan di korteks, area yang terlibat dalam fungsi eksekutif, menjadi lebih tipis.

Dengan membandingkan pemindaian MRI 163 anak yang diambil sebelum dan selama pandemi, penelitian Gotlib menunjukkan bahwa proses perkembangan ini terjadi begitu cepat pada remaja saat mereka mengalami lockdown akibat Covid-19. Hingga saat ini, katanya, percepatan perubahan dalam hanya muncul pada anak-anak yang mengalami kesulitan kronis, baik dari kekerasan, pengabaian, disfungsi keluarga, atau kombinasi dari berbagai faktor.

Namun, belum jelas apakah perubahan struktur otak yang diamati oleh tim Stanford terkait dengan perubahan kesehatan mental. “Juga tidak jelas apakah perubahan itu permanen,” kata Gotlib, yang juga direktur Stanford Neurodevelopment, Affect, and Psychopathology (SNAP) Laboratory di Stanford University.

“Untuk orang berusia 70 atau 80 tahun, tentu mengalami masalah kognitif dan ingatan berdasarkan perubahan di otak, tetapi apa artinya bagi anak berusia 16 tahun jika otak mereka menua sebelum waktunya?” kata Gotlib.

Awalnya, jelas Gotlib, penelitiannya tidak dirancang untuk melihat dampak Covid-19 pada struktur otak. Sebelum pandemi, labnya telah merekrut sekelompok anak-anak dan remaja dari sekitar Wilayah Teluk San Francisco untuk berpartisipasi dalam studi jangka panjang tentang depresi selama masa pubertas. Akan tetapi ketika pandemi melanda, dia tidak dapat melakukan pemindaian MRI yang dijadwalkan secara rutin pada remaja.

Sumber: Jawapos.com

Editor: Edwar Yaman

 

 

 

 

 

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook