JAKARTA (RIAUPOS.CO) – Pasien hipertensi harus waspada dengan cuaca dingin. Sebab, ketika cuaca dengan suhu yang lebih rendah dapat membuat tekanan darah mereka lebih tinggi. Polusi juga dapat meningkatkan tekanan darah.
Dokter Spesialis Saraf RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita dr Eka Harmeiwaty SpS, mengatakan hipertensi cenderung lebih tinggi saat udara dingin. Hal ini karena suhu rendah bisa membuat pembuluh darah menyempit secara sementara.
“Kondisi ini mampu meningkatkan tekanan darah karena akan lebih banyak tekanan yang diperlukan untuk memaksa darah melewati pembuluh darah lewat arteri yang menyempit,” katanya kepada wartawan dalam webinar, baru-baru ini.
Sedangkan terkait polusi, banyak penelitian menunjukkan selain menyebabkan hipertensi, polusi udara juga meningkatkan risiko terjadinya stroke. Kejadiannya berhubungan dengan lama paparan, usia dan adanya risiko penyakit kardiovaskular seperti diabetes.
Emisi dari kendaraan bermotor merupakan penyebab utama (lebih dari 90 persen) polusi udara di daerah urban. Sebuah penelitian pada 2020 menunjukkan secara bermakna paparan jangka lama terhadap PM2.5 (partikulat /partikel kecil polusi udara) akan meningkatkan risiko stroke iskemik dan stroke perdarahan.
“Ditambah lagi beberapa gaya hidup masyarakat perkotaan juga mampu memicu hipertensi seperti diet yang tidak sehat dan cenderung memiliki gaya hidup yang sedenter,” katanya.
Gaya hidup tersebut dapat meningkatkan risiko hipertensi, yang merupakan faktor penyebab stroke juga. Ia menegaskan seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.
“Salah satu yang menjadi tantangan dalam penanganan hipertensi adalah pasiennya kadang tidak sadar kalau mereka mengidap hipertensi dan baru ketahuan saat tekanan darah sudah di angka yang sangat tinggi,” katanya.
Maka pertama-tama, perlu diperhatikan faktor-faktor risiko yang bisa menyebabkan hipertensi itu sendiri, seperti usia, obesitas, makanan yang terlalu mengandung garam dan sedikit kalium, kurangnya berolahraga, merokok dan konsumsi alkohol, hingga stres. Faktor risiko tersebut mampu membuat tekanan darah tidak stabil.
“Saat ini, ada dua faktor risiko tambahan yang juga perlu diperhatikan seperti udara dingin dan polusi udara,” tutur dr. Eka.
Sumber: Jawapos.com
Editor: edwar Yaman