JAKARTA (RIAUPOS.CO) - Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Tirta Prawita Sari, SpGK mengatakan, orang-orang perlu mengembalikan aktivitas puasa bahkan setelah Ramadan. Ini agar mereka terbiasa dengan kebiasaan menerapkan pola makan sehat.
“Badan kita itu menyukai sesuai yang rutin. Karena ada pembiasaan maka harusnya setelah lebaran, aktivitas puasa itu harus dikembalikan agar kita masih terbiasa dengan kebiasan puasa, terbiasa untuk pola makan yang sehat,” kata dia yang menjabat sebagai Ketua Yayasan Gema Sadar Gizi itu melalui siaran persnya, Selasa (3/5).
Menurut Tirta, pola makan menjadi salah satu upaya menghindari berbagai macam penyakit kronis dan katastropik yang membutuhkan biaya banyak seperti stroke, diabetes, penyakit jantung dan hipertensi.
Berpuasa termasuk upaya yang bisa orang-orang lakukan untuk mencegah sederet penyakit kronis itu sekaligus cara cara detoksifikasi tubuh yang murah dan mudah. Selain itu, puasa juga dapat menyebabkan kadar glukosa darah mengalami penurunan dan menyebabkan tubuh mengambil cadangan energi lain dalam bentuk lemak sebagai sumber energi.
“Itu baik sebagai upaya membersihkan atau detoksifikasi tubuh,” ujar Tirta.
Selama Ramadan, Muslim diatur untuk berpuasa dalam 13-14 jam lalu berbuka setelahnya dan pola ini mirip dengan pola makan puasa yang baik yaitu intermitten fasting.
“Ada beberapa contoh intermitten fasting, seperti alternate day fasting yang mana puasa berselang seling seperti puasa Daud. Bedanya saat hari puasa itu hanya boleh makan 500 kalori, dan hari berikutnya feast day yang boleh dalam jumlah yang kita inginkan tanpa perlu memusingkan kalori,” jelas Tirta.
Selain itu, ada pula diet 5:2 yaitu 5 hari tidak berpuasa dan 2 hari berpuasa. Muslim umumnya mengaplikasikan pola ini melalui puasa sunah Senin Kamis.
“Tapi dalam ketentuan ketika berbuka pada hari Senin dan Kamisnya itu intake kita hanya 500-1000 kalori, 5 hari lainnya feast day. Kenapa hanya 500-1000 kalori? Karena itu jumlah kalori minimal yang kita butuhkan sehingga pekerjaan dasar tetap bisa kerjakan,” ujar Tirta.
Executive Director of Community Health, Abu Dhabi Public Health Centre, Dr. Omniyat Al Hajeri termasuk yang menyarankan Anda puasa lebih sering usai Ramadhan dan puasa Senin Kamis atau diet 5:2 bisa menjadi salah satu pilihannya. Satu studi seperti dikutip dari Healthline, menunjukkan diet 5:2 bisa menurunkan berat badan yang mirip dengan pembatasan kalori biasa. Selain itu, diet ini sangat efektif untuk meningkatkan sensitivitas insulin.
Di sisi lain, pakar nutrisi Rowaidah Idriss, seperti dikutip dari Arab News, memberikan tipsnya agar Anda tetap sehat usai Ramadhan salah satunya saran agar tidak pergi ke restoran atau pertemuan ketika Anda lapar dan makan sesuatu yang ringan sebelum bepergian.
“Isi perut Anda terlebih dahulu dengan makanan rendah kalori dan rendah lemak. Mulailah dengan sayuran seperti salad hijau atau sup,” kata dia.
Tips berikutnya, sebaiknya minum air secara teratur karena mengeluarkan racun dari tubuh. Anda disarankan minum air putih 15 menit sebelum makan. Kemudian, penuhi kebutuhan tubuh akan gula dengan buah-buahan di siang hari.
Batasi asupan karbohidrat Anda. Selalu hitung dan kendalikan karbohidrat yang bisa ditemukan dalam sereal dan biji-bijian lainnya, buah-buahan, sayuran, produk susu, permen dan gula. Terakhir, bakar kalori Anda dengan berolahraga.
Sumber: Jawapos.com
Editor: E Sulaiman