Berpuasa Ramadan bagi Penyandang Diabetes

Kesehatan | Minggu, 03 Juni 2018 - 11:03 WIB

Berpuasa Ramadan bagi Penyandang Diabetes
Dokter Irma Wahyuni SpPD.

PEKANBARU (RIAUPOS.CO) - Bulan Ramadan merupakan bulan yang paling dinanti oleh umat muslim. Tak terkecuali oleh penyandang diabetes (diabetisi). Bagi diabetisi, kegiatan berpuasa dalam jangka waktu yang cukup lama akan meningkatkan timbulnya risiko dehidrasi, hipoglikemia (gula darah sangat rendah) maupun hiperglikemia (gula darah sangat tinggi).

 Untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan pemahaman dan pengamalan secara benar tentang perubahan perilaku pasien diabetes selama bulan suci Ramadan sangat diperlukan. Perubahan kondisi gula darah dan dampak yang akan terjadi harus dapat dikuasi oleh diabetisi maupun keluarga. Pemahaman yang baik akan sangat membantu dalam penyusunan program pengobatan diabetisi selama menjalankan ibadah puasa.

Baca Juga :Drainase Pasar Induk Harus Segera Dibangun

Berpuasa di bulan Ramadan merupakan keputusan pribadi namun disarankan untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang merawat. Yang harus dipahami adalah, perawatan kesehatan diabetisi sangat bersifat individu. Perencanaan pengelolaan akan berbeda pada setiap individu, begitu pula pengelolaan pada saat berpuasa Ramadan.

American Diabetes Association merekomendasikan diabetisi tipe 2 untuk melakukan pemeriksaan kesehatan sekurang-kurangnya satu atau dua bulan sebelum Ramadan. Panduan tata laksana kelainan endokrin di daerah Asia Selatan juga merekomendasikan setidaknya perencanaan pengelolaan pada saat bulan Ramadan dilakukan tiga bulan sebelumnya. Anda harus berdikusi dengan dokter Anda, untuk menentukan apakah Anda tergolong kelompok yang memiliki risiko tinggi atau rendah pada saat berpuasa.

Yang harus dievaluasi sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadan adalah antara lain mengindentifikasi apakan si-diabetisi atau penyandang diabetes termasuk pada kelompok risiko tinggi. Pada kelompok ini tidak disarankan untuk menjalani puasa Ramadan dikarenakan komplikasi akut yang sering terjadi.

Kelompok ini antara lain adalah penyandang diabetes dengan riwayat hipoglikemia berat dalam 3 bulan terakhir menjelang Ramadan, riwayat hipoglikemia berulang, hipoglikemia yang tidak disadari atau bergejala, kendali gula yang buruk (gula darah masih relatif tinggi), diabetes melitus tipe 1, sedang sakit, riwayat koma hiperglikemia (kadar gula tinggi) dalam 3 bulan terakhir menjelang Ramadan, menjalankan pekerjaan fisik yang berat, hamil atau cuci darah kronik.

Penyandang diabetes dengan ciri-ciri tersebut disarankan untuk tidak menjalankan puasa, namun sekali lagi kembali pada keputusan individu.

‘’Maka dari itu sebaiknya diabetisi dengan kriteria tersebut benar-benar melakukan persiapan yang baik dan diskusi yang mendalam dengan dokter yang merawat sebelum memulai ibadah,’’ ujar Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru dr Irma Wahyuni SpPD, Rabu (30/5).

Komplikasi akut yang sering terjadi pada penyandang diabetes antara lain adalah hipoglikemia yaitu gula darah rendah, sampai dengan menyebabkan kehilangan kesadaran bahkan sampai dengan koma. Dilaporkan kejadian hipoglikemia di bulan Ramadan meningkat sebanyak 4,7 kali lipat terutama pada pasien DM tipe 1. Dan berefek pada meningkatnya angka rawat dengan hipoglikemia.

Komplikasi lain antara lain adalah hiperglikemia yaitu peningkatan gula darah yang sering terjadi pada pasien dengan kendali gula yang buruk sebelum puasa dimulai. Kendali gula yang buruk tersebut dapat bertambah buruk dan dapat berakibat pada kondisi lanjut seperti ketoasidosis diabetikum yang merupakan salah satu kondisi yang mengancam nyawa.









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook