MERANTI (RIAUPOS.CO) - Tenaga kesehatan (Nakes) yang merawat pasien yang terkonfirmasi terpapar virus sangat rawan terinfeksi Covid-19. Para petugas medis tidak bisa seperti masyarakat pada umumnya, melindungi dirinya di dalam rumah. Mereka harus mempertaruhkan nyawa menangani pasien dengan risiko penularan yang sangat besar.
Tak hanya itu, bahkan saat bertugas banyak dari mereka yang harus hidup terpisah dengan keluarga dan orang yang disayang sebagai langkah antisipasi penularan wabah agar tidak meluas. Situasi ini tentu lebih berat bagi petugas medis, mereka tidak bisa sembarangan melakukan kontak dengan pasangan, anak maupun anggota keluarga lainnya, karena takut. Takut keluarga ikut tertular atau dijauhi keluarga karena berpotensi menularkan.
Walupun sebegitu beratnya, mereka tetap semangat sebagai pejuang di garda terdepan. Salah seorang diantaranya tenaga medis tersebut adalah Media Rosa Amk (29). Sebagai perawat yang mengabdi di RSUD Meranti ini, harus bergantian jaga dalam satu hari penuh bertahan lakukan perawatan terhadap pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Empat tahun lebih mengabdi sebagai perawat, wabah Covid-19 menjadi momen yang paling menakutkannya sepanjang terjun dan menyandang profesi tersebut. Dengan pendapatan sebagai pegawai tidak tetap (PTT) di RSUD dinilai tak sebanding dengan resiko yang ia terima. Namun hak itu tak digubris, karena sebagai perawat adalah profesi yang ia nilai paling mulia.
Perempuan tangguh yang kerap disapa Oja oleh keluarga dan rekan kerjanya mengaku tetap fokus ketika mengenakan alat pelindung diri (APD). Saat melakukan perawatan ia selalu menjaga protap dan prosedur yang diperingatkan oleh RSUD dan kementerian terkait.
"Kami dituntut profesional dan berintegritas sesuai prosedur saat menangani PDP. Walau terkadang sangat letih dan menahan kondisi tubuh yang panas ketika mengenakan APD," ujarnya.
Ia tidak menyangkal harus berjaga beberapa jam untuk memberikan pelayanan kepada pasien. Sehingga mau tidak mau, ia mengaku terpaksa mengorbankan waktu berkumpul dengan keluarga. Dalam menghindari rasa cemas, ia berusaha optimis tak tertular karena yakin jika telah bekerja sesuai dengan prosedur yang berlaku.
"Kami harus yakin pada diri sendiri dan menjelaskan pada keluarga bahwa kami disini bekerja sesuai dengan standar pelayanan dan menjalankan protap yang telah dibuat oleh RSUD sesuai dengan surat edaran kementerian kesehatan. Itu saja," ujarnya.
Menyikapi itu, hendaknya kepada pemerintah lebih memperhatikannya dan teman seperjuangan agar dapat memperhatikan profesinya. Mulai dari sisi materil hingga non materil.
“Kepada masyarakat cukup memberikan penghargaan kepada kami dengan tetap di rumah jika tidak ada kepentingan keluar, pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak untuk memutuskan mata rantai wabah ini," harapnya.
Laporan: Wira Saputra (Selatpanjang)
Editor: Eka G Putra