MELIHAT SLB SEKAR MERANTI, DESA ANAK SETATAH, KEPULAUAN MERANTI (2-HABIS)

Berprestasi, dari UEA hingga Yunani

Kepulauan Meranti | Senin, 18 November 2019 - 10:58 WIB

Berprestasi, dari UEA hingga Yunani
BELAJAR SIMPUL: Sejumlah murid SLB Sekar Meranti, Desa Anak Setatah Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti sedang belajar simpul pramuka.

Semangat anak-anak bersekolah di SLB Sekar Meranti tak pernah lapuk seperti lapuknya sekolah itu. Dengan dibina para guru yang mengajar para siswa, setiap hari mereka menimba ilmu. Banyak prestasi yang diraih mereka. Bukan prestasi biasa, tapi internasional.

(RIAUPOS.CO) -- KEGIGIHAN guru honorer SLB Sekar Meranti di Desa Anak Setatah, Kecamatan Rangsang Barat, Kepulauan Meranti, patut diacungi jempol. Kendati digaji Rp350 ribu per bulan, tidak banyak keluhan yang mereka ungkapkan. Padahal, menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) banyak tantangan yang harus dihadapi.


Mereka harus memiliki tingkat kesabaran yang tinggi dan tulus mendidik anak-anak itu sesulit apapun kondisinya. Selain itu, mereka dituntut mampu memotivasi murid-muridnya. Di waktu yang sama, para guru harus berjuang memenuhi keperluan sehari-sehari mereka. “Bagi saya, menjadi guru bagi anak disabilitas adalah panggilan jiwa. Saya tidak memikirkan kesejahteraan apa yang saya peroleh, ketika saya sedang memenuhi panggilan ini,” ujar salah seorang guru SLB tersebut, Rameliana saat ditemui Riau Pos.

Ia sudah enam bulan mengajar. Dia mengaku tidak mendapatkan pendidikan khusus sebagai pengajar anak disabilitas. Namun begitu, ia mengatakan sudah sangat paham dengan karakteristik masing-masing anak didiknya.

“Kami hanya perlu hati yang tulus agar bisa mengerti mereka,” kata Meli sapaannya sehari-hari.

Ia juga tidak berharap melimpahnya materi dengan profesinya itu, terlebih mayoritas anak didiknya berasal dari keluarga yang tidak mampu.

“Saya hanya berharap mereka bisa mendapatkan pendidikan yang layak seperti anak-anak normal lainnya,” ujarnya.

Ia berharap pemerintah daerah memperhatikan nasib para anak-anak disabilitas di SLB Sekar Meranti. Pasalnya, sejak berdiri bangunan sekolah ini belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah. “Kami memerlukan gedung yang layak. Saat ini bangunan sekolah sangat sempit untuk menampung murid-murid dari jenjang pendidikan TK hingga SMA,” ungkap Siti, guru lainnya.

Edarkan hingga 100 Proposal

Sisi lainnya, untuk membangun sekolah yang layak sebagai tempat anak-anak disabilitas mendapatkan kepercayaan diri, pihak SLB Sekar Meranti telah mengedarkan hampir seratusan proposal. Sehari pascamenghadiri temu ramah dengan Gubernur Riau Syamsuar, tiga pekan lalu, Kepala SLB Sekar Meranti Syafrizal pulang ke kampung halamannya. Tidak ada kabar yang menarik ia terima dari pertemuan itu. Namun, ia tidak memungkiri telah bertatap muka dengan Gubri sambil menyerahkan permohonan bantuan untuk kesekian kalinya.

“Iya sempat bertemu sama Pak Gubernur. Saya serahkan proposal permohonan lagi. Ketika itu beliau meneruskan kepada Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik). Namun Kadisdik tak mau berjanji, hanya mangaku akan berupaya maksimal untuk membantu,’’ ceritanya.

Ia tidak menyangkal, langkah serupa berkali-kali diajukan kepada pihak terkait seperti Pemprov Riau, dan beberapa anggota dewan hingga kepada kepala desa setempat. Namun upaya itu masih sia-sia hingga saat ini.

“Sampai lusuh proposal yang saya bawa ke mana-mana. Namun mereka hanya beri janji. Apalagi anggota dewan sudah enam orang ke sini, tapi janji-janji saja,” ujarnya.

Dia menyebutkan,  ada beberapa orang anggota dewan yang sempat bertandang ke sekolahnya tersebut. “Mereka mengunjungi sekolah ini. Berjanji, setelah itu foto-foto. Namun sampai sekarang janji tinggal janji saja,” ungkapnya.

Perlakuan yang sama juga ia terima dari pemerintah kecamatan dan desa setempat. Dengan begitu ia merasa selama ini sekolahnya hanya dipandang sebelah mata. Pasalnya, murid-murid SLB Sekar Meranti merupakan penyandang disabilitas.

Padahal, beberapa murid SLB Sekar Meranti merupakan atlet berprestasi yang mengharumkan nama baik, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara. Seperti 2016 silam anak didik mereka berhasil meraih medali emas cabang olahraga bocce tingkat Provinsi Riau. Porda Special Olympics Indonesia (SOIna) Riau 2017 anak didiknya juga membawa pulang empat medali emas.

Selain itu, Pornas Special Olympics Indonesia (SOIna) Riau 2018 peserta didiknya kembali mendapat 11 medali emas. “Di tahun yang sama Pornas di Solo kami dapat satu medali emas,” ungkapnya.

Ditambahkan, Special Olympics World Summer Games (SOWSG) 2019 di Abu Dhabi (Uni Emirate Arab/UEA), anak didik mereka juga menyumbang tiga  medali emas, satu perak dan satu perunggu dan prestasi serupa SOWSG sebelumnya mereka juga meraih medali 2 medali emas di Yunani.

“Mudah-mudahan ada kesempatan dan mereka bisa bantu kesulitan kami. Kalau kabupaten beralasan tidak bisa bantu karena ini wewenangnya Pemprov Riau, makanya kami hanya memiliki harapan ini saja,” ungkapnya.

Kepala Desa Anak Setatah, Kecamatan Rangsang Barat Zulhaidi mengaku gamang menyalurkan dana desa untuk keperluan pembangunan sekolah tersebut.

“Pasalnya dalam juklak dan juknis penggunaan dana desa itu ada ketentuannya dan tidak bisa sembarangan. Terlebih SLB itu yayasan,” ujarnya.

Di samping itu ia tidak membantah jika sangat terbantu atas keberadaan SLB tersebut. Bahkan tidak hanya di lingkungan desanya, beberapa desa juga ikut. Pasalnya hingga saat ini terdapat ratusan anak disabilitas yang harus mendapatkan perhatian khusus. “Ada ratusan. Tapi tidak hanya di desa kami. Di desa tetangga juga banyak. Sementara di Kecamatan Rangsang Barat, SLB ini menjadi satu satunya,” ungkap Zulhaidi.

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti duluan angkat tangan terhadap keberadaan SLB Sekar Meranti. Mereka menyerah, mengingat wewenang pendidikan tersebut sudah beralih dan menjadi wewenang Pemprov Riau.

Sekretaris Daerah Kabupaten  Kepulauan Meranti Yulian Norwis meminta Riau Pos berkoordinasi dengan Disdik Provinsi Riau. “Coba koordinasikan ke Disdik Provinsi Riau, karena itu adalah kewenangan mereka,” ujarnya.

Namun, Sekda cukup mengapresiasi dedikasi Kepala SLB Sekar Meranti yang mau memperjuangkan pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus di desanya. Terlebih segala prestasi yang telah diperoleh seluruh siswa.

Menurutnya perjuangan dan dedikasi yang tinggi Syafrizal dan muridnya seharusnya bisa menjadi contoh guru-guru dan siswa yang lain. Terlebih dapat mengharumkan nama baik daerah dan negara.***

“Saya atas nama Pemda Kabupaten Kepulauan Meranti sangat berterima kasih atas dedikasi Pak Syafrizal, mudah-mudahan perjuangannya bisa menggugah semua pihak,” ujarnya.***

Laporan WIRA SAPUTRA, Selatpanjang

 

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook