RSUD Meranti Beralasan Pasien Telat Dirujuk

Kepulauan Meranti | Selasa, 03 Desember 2019 - 09:34 WIB

RSUD Meranti Beralasan Pasien Telat Dirujuk
BERI PENJELASAN: Direktur RSUD Meranti dr Riasari (tengah) didampingi dr Erik Witular, Kasi Yanmed Aisyah Bee (kiri) memberi penjelasan saat menerima wawancara Riau Pos di RSUD Meranti, Senin (2/12/19). (Wira Saputra/Riau Pos)

KEPULAUANMERANTI (RIAUPOS.CO) -- RSUD Kabupaten Kepulauan Meranti membantah telah melanggar standar operasional prosedur (SOP) dalam menangani Arfan Alfatih, bayi enam bulan yang pembuluh darahnya pecah ketika proses pemasangan jarum infus. Semula Alfan, bayi laki-laki asal Desa Teluk Buntal, Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti penderita DBD dinyatakan telat mendapat penanganan medis. Sehingga menurut RSUD Meranti, berbagai resiko bisa terjadi.

Kasi Yanmed RSUD Aisyah Bee menuding jika rujukan dari Puskemas ke RSUD telat. Malah kehadiran pasien tidak didampingi petugas medis dari desa.


"Pasien datang kemari tanpa pendamping, bidan desa. Mestinyakan harus didampingi. Pasien datang terlambat penanganan medis tanpa terpasang infus. Kondisi pasien saat itu shock (renjatan)," kata Aisyah, Senin (2/12) sore.

Cerita sama juga dibeberkan oleh dr Silvi, dokter anak yang menangani Arfan. Menurutnya kondisi Arfan saat dirujuk ke RSUD masuk pada fase kritis. Walupun demikian ia tidak menyangkal jika terjadi pendarahan saat memasukkan jarum infus.

"Kalau masa kritis DBD, mau ditusuk di manapun tetap bisa terjadi pendarahan. Karena trombosit-nya sangat rendah. Dan itulah bahayanya DBD. Anak itu sudah sekarat. Mukjizat. Saya juga semula berfikir sebagai manusia, ini gak selamat. Tapi, sudah ditangani selama 18 jam ada tanda tanda perbaikan," terangnya.

Pihak RSUD mengaku sempat kesulitan dalam mencari pembuluh vena Arfan. Mulai dari permukaan pergelangan tangan, kaki, hingga selangkangan. Sehingga para medis di sana melakukan vena seksi. Dan tugas itu ditangani oleh dr Erik Witular sebagai dokter bedah. Akhirnya ia memutuskan untuk melakukan operasi di pergelangan kaki.

"Sore itu saya dilaporkan untuk dilakukan vena seksi. Sebelumnya memang sudah dicari pembuluh darahnya. Karena, operasi pembuluh darah itu tidak akan dikerjakan sebelum maksimal mencari pembuluh darah yang perifer," katanya.

Namun untuk memastikan itu, ia kembali mencoba mecari bembuluh vena melalui tangan, kaki, dan tidak di selangkangan. Mengingat tubuh pasien gemuk dan berlemak. Namun sebelum dia, petugas medis yang lain telah mencoba di selangkangan.

"Saya pastikan lagi di kaki dan di tangan. Setelah saya pastikan tidak berhasil, akhirnya saya putuskan operasi. Setelah operasi ketemu pembuluh darahnya, walupun kecil sekali," ungkapnya.

Masalah itu timbul karena trombosit pasien kolaps atau rendah hingga merobek pembuluh darahnya.

"Trombosit turun pembuluh darah bakal kolaps. karena trombosit itu yang mempertahankan pembuluh darah kita agar tetap bulat," timpal dr Silvi menambahkan.

Untuk diketahui, Arfan adalah bayi dari pasangan Rusman dan Kamisa warga Desa Teluk Buntal, Kecamatan Tebingtinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti. Saat ini anaknya telah dirujuk dan mendapat perawatan intensif di RSUD Arifin Achmad Kota Pekanbaru. Bahkan saat ini terdapat cairan di kedua pangkal paha yang semula harus dikeluarkan atau disedot oleh tenaga medis RSUD Arifin Achmad.(nda)

Laporan WIRA SAPUTRA, Meranti









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook