KAMPAR KIRI HULU

Negeri Tigo Selo

Kampar | Minggu, 25 April 2021 - 14:09 WIB

Negeri Tigo Selo
Masyarakat Desa Tanjung Beringin, Rantau Kampar Kiri beraktivitas di Sungai Subayang yang membelah kawasan Rimbang Baling. (KUNNI MASROHANTI/RIAU POS)

Pindahnya masyarakat Kujano ke kawasan pinggiran Sungai Subayang, seperti Desa Aur Kuning dan beberapa desa sekitarnya seperti Tanjung Beringin, juga melalui jalur anak-anak sungai kecil. Salah satunya Sungai Biawik. Sungai ini persis berada di tengah Desa Aur Kuning, bermuara ke Sungai Subayang. Jalur ke Aur Kuning melalui Sungai ini lebih dekat dibandingkan jalur lain. Sungainya bersih. Banyak bebatuan besar. Jalur darat melewati bukit di sepanjang tepian sungai ini masih menjadi jalur alternatif menuju Kujano hingga saat ini. Tembus juga ke beberapa desa di daerah Kuansing.  

Kujano dulu tidak seperti Kujano saat ini. Dulu, Kujano memang mengerikan. Setelah terjadinya peristiwa Kujano, orang-orang tidak berani datang ke sana. Jangankan untuk menjejakkan kaki ke Kujano, mendengarkan ceritanya saja mereka takut. Seperti tabu. Tidak boleh diceritakan. Tapi sekarang sudah lain. Masyarakat sudah banyak yang datang ke sana untuk mencari ikan, kayu secukupnya. Bahkan mereka bermalam di sana.


Jarak tempuh ke Kujano dari Desa Aur Kuning memang cukup jauh. Tidak bisa ditempuh hanya dalam waktu dua atau tiga jam. Melewati hutan dan puluhan bukit. Naik turun. Bagi masyarakat yang sudah biasa, setidaknya memerlukan waktu 12 jam, atau seharian penuh. Ada juga yang lebih. Ada juga yang bermalam di jalan dan keesokan harinya baru sampai di sana. Tergantung beban yang dibawa. Semakin banyak beban, semakin lama berjalan, maka semakin lama sampainya. Apalagi yang belum terbiasa, tentu memerlukan waktu yang lebih lama.

Berbagai Bukti Keberadaan Kampung Kujano

Ada juga yang menyebutkan keturunan masyarakat Kujano banyak yang tinggal di Desa Pangkalan Indarung, desa di hulu Sungai Singingi yang sama-sama bermuara ke Sungai Kampar Kiri seperti Sungai Subayang. Sama juga seperti desa-desa di Sungai Subayang, Mangganti dan Sumpur Kudus, desa ini juga berbatasan langsung dengan Sumbar. Hanya dipisahkan oleh Bukit Barisan. Tapi setelah dijajaki, masyarakat Pangkalan Indarung mengaku bukan merupakan keturunan masyarakat Kujano.

Di Pangkalan Indarung tidak ada keturunan masyarakat Kujano. Kebanyakan mereka lari ke Subayang, Mangganti dan Sumpur Kudus. Demikian Datuk Bandaro Desa Pangkalan Indarung, Sugiro menjelaskan. Setahu Datuk Bandaro dan masyarakat Pangkalan Indarung, Kujano adalah nama sungai atau nama hutan, bukan nama kampung. Tapi sebagian lagi, memang pernah mendengar cerita tentang Kujano dan masyarakatnya. Seperti yang sering diceritakan masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Subayang.

Baca Juga : Ngajuk

Sugiro merupakan salah satu warga yang percaya dengan kisah Kujano. Tapi ia lebih meyakini kalau Kujano sebagai salah satu perkampungan yang muncul atau dimulai  dengan kawasan ladang. Bahkan Sugiro mengku mendengar sendiri tentang Kujano dari seorang warga yang dipercayai sakti dari Desa Ampalu, Sumbar. Orang ini bernama Solam yang diberi gelar dengan Sutan Batuah. Waktu itu, Sugiro masih kecil. Ia mendengar Solam bercerita dengan orangtuanya.

Ayah Sugiro dan datuk-datuknya memang asli dari Pangkalan Indarung. Di desa inilah mereka semua dilahirkan dan dibesarkan. Tak heran, jika tidak ada kejadian yang tidak luput dari pengetahuannya, termasuk cerita Kujano tersebut. Seperti yang didengarnya dari Solam yang datang berinduk kepada orangtuanya ketika itu, bahwa ia melihat sebuah takagh (kendi) besar di Kujano. Untuk bisa melihat apa isi takagh tersebut, ia harus naik dua jenjang. Begitulah besarnya takagh tersebut.

‘’Solam datang berinduk ke orangtua saya. Waktu itu saya masih kecil. Makanya sedikit banyak saya tahu tentang Kujano itu. Solam mengatakan kalau ia juga melihat takagh besar di sana. Ada juga kebun kopi dan durian. Itu juga sebagai bukti kalau di Kujano pernah ada kehidupan di sana. Sekarangpun banyak orang ke Kujano, tapi yang tidur di sana sangat jarang. Tidak nyaman. Seperti ada yang mau melempar dan sebagainya,’’ sebut Sugiro.

Tentang keberadaan kebun kopi dan durian di Kujano juga disebutkan Sugiro, Husen dan beberapa warga desa yang tinggal di sepanjang Sungai Subayang, seperti warga Desa Tanjung Beringin dan Pangkalan Serai  yang sampai saat ini masih bolak balek ke Kujano untuk  mencari ikan. Jarak dari Kujano ke Pangkalan Indarung memang jauh, tapi cukup dekat dari Subayang, terutama dari Desa Aur Kuning.*

 

Laporan KUNNI MASROHANTI, Kampar









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook