PEKANBARU (RIAUPOS.CO) -- Kehadiran momongan dalam suatu keluarga merupakan suatu dambaan yang ditunggu-tungu oleh pasangan suami istri. Suka duka dalam proses memiliki momongan bukan hanya merupakan harapan bagi pasangan menikah. Tetapi juga keluarga besar dari masing-masing pasangan, khususnya bagi orang tua mereka, serta kakek dan nenek yang merindukan akan kehadiran cucunya.
Masalah kehadiran momongan sangat sensitif. Biasanya pasangan yang telah menikah di atas lima tahun cenderung stres jika dihadapkan pada persoalan dan pertanyaan "mengapa belum dikarunia momongan?"
Bahkan, di antara pasangan saling memvonis satu sama lainya, ketimbang mencari solusi yang positif dalam proses kehadiran anak. Secara umum, 1 dari 7 pasangan sulit mendapat keturunan. Hanya 30 persen pasangan yang mendapat keturunan/hamil dalam tengggang waktu beberapa bulan. Faktor suami berperan 50 persen atas tertundanya kehamilan.
Sebaiknya, pasangan yang belum dikarunia anak, memeriksakan diri bersama sama 1 tahun setelah menikah dan jangan pasrah dengan takdir serta jangan biarkan istri tenggelam dalam vonis disalahkan. Lebih bagus dilakukan pemeriksaan lebih dini setelah menikah, apalagi pasangan istrinya sudah mendekati usia 35 tahun. Dan Lebih bagus lagi jika dilakukan pemeriksaan sistem reproduksinya sebelum/menjelang pernikahan, terutama bagi suami yang mempunyai riwayat: adanya trauma/keluhan pada sistem alat reproduksinya.
Tahapan dari program kehamilan mencakup:
1. Natural/alami
2. Inseminasi
3. Bayi Tabung / T R B ( Tehnik Reproduksi Berbantu)
4. Adopsi anak
Tentunya pilihan yang tepat bagi pasangan untuk mendapat keturunan, ditentukan dari: penyebabnya, usia pasangan istrinya, lama perkawinan, kondisi dari sistem reproduksi masing-masing pasangannya, kesepakatan antar pasangan, serta vonis dokter.
Pemeriksaan suami
Pemeriksaan pada suami akan dilakukan konseling berupa:
-Lama menikah.
-Timing dan frekuensi berhubungan.
-Pekerjaan, yang dapat menurunkan kualitas spermanya.
-Kualitas fungsi seksualnya.
-Riwayat istrinya pernah mengalami keguguran.
-Pernah mengalami trauma sekitar alat reproduksi.
-Pernah diurut pada alat vitalnya.
-Pernah tidaknya, mengalami gondongan, pembengkakan buah zakar.
-Mengkonsumsi obat tertentu yang dapat menurunkan kesuburan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada pria mencakup: ada tidaknya buah zakar yang merupakan pabrik dari sel benih pada pria yang biasa disebut : sperma, ada tidaknya sumbatan pada sistem reproduksinya, ada tidaknya varises/varicocel, ada jamuran, ada tidaknya kelainan pada alat vital/Mr P nya yang berkaitan dengan fungsi seksual.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium pada pria berupa:
Pemeriksaaan sperma analisis, hormonal, USG/ radiologi, serta pemeriksaan "DNA/chromosom pada sperma" yang merupakan material genetik yang sangat penting untuk memprediksi keberhasilan kehamilan yang biasanya dilakukan pada kasus keguguran berulang pada istri, pada kasus varices pada buah zakar serta adanya infeksi.
Masalah Pria untuk Bayi Tabung
Penanganan kesuburan karena faktor suami memerlukan 3-4 bulan. Apakah bisa secara alami atau berlanjut dengan inseminasi atau bahkan harus/dianjurkan dengan program bayi tabung. Sudah tentu pilihan prosesnya tergantung dari kondisinya. Kondisi pria yang sebaiknya mengikutin program bayi tabung/TRB (Teknologi reproduksi berbantu)
1. Kualitas spermanya sangat ekstrim/minimal sekali, walau sudah diterapi secara maksimal, dalam tenggang waktu yang cukup (3-4 bulan).
2. Spermanya kosong/azoospermia, karena sumbatan pada sistem reproduksinya atau karena faktor genetik/bawaan serta karena adanya infeksi.
3. Usia istrinya sudah diatas 35 tahun, dan bahkan sudah mau mendekati menopause.
4. Adanya stres psikis-fisik yang berkepanjangan karena aktivitas/pekerjaannya yang tidak bisa dihindari (stres dapat menurunkan kualitas sperma)
5. Sedang menjalani terapi kemoterapi-radiasi karena tumor maupun kanker.
6. Disfungsi seksual berat akibat dari penyakit : jantung, hipertensi, diabetes, obesitas.
7. Tidak tinggal serumah dalam waktu yang lama.
8. Varises berat yang tidak mau dilakukan operasi.
Keberhasilan Bayi Tabung
Program bayi tabung/T R B (Teknologi Reproduksi Berbantu) sudah tentu sangat membantu sekali bagi pasangan yang karena kondisi faktor suami tidak memungkinkan lagi dilakukan proses secara natural/alami maupun cara inseminasi. Tingkat keberhasilan program kehamilan lebih tinggi dari cara alami maupun cara inseminasi, yaitu sekitar: 40-60 persen. Semuanya tergantung dari kondisi dan umur dari pasangan istrinya, serta sisanya 40-50 persen keberhasilan tetap dari Keridhoan Illahi.
Program Bayi Tabung
Tahapan dari program Bayi tabung meliputi:
1. Seleksi pasien, dilakukan pemeriksaan secara detail dan dipersiapkan secara maksimal dengan harapan mendapat keberhasilan
2.Induksi ovarium, dikondisikan indung telurnya supaya mendapat sel telur yang berkualitas.
3. Petik/panen sel telur istri.
4. pemilahan dan pemilihan sperma yang berkualitas.
5. Fertilization/dikawinkan/dipertemukan 1 sel telur dari istri dengan 1 sperma dari suami
6. Evaluasi embrio, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan, kemudian dimasukkan dalam inkubator yang fungsi dan kondisinya mirip dengan kondisi rahim dan diharapkan berkembang menjadi bakal anak (embrio), perlu waktu 3-5 hari.
7. Embrio transfer, embrio yang berkembang akan ditransfer ke rahim istri. Kelebihan embrio akan disimpan dan bisa dipakai untuk program selanjutnya.
8.Kehamilan, kehamilan ditentukan 7-14 hari setelah dilakukan embrio transfer, dengan keberhasilan 50-60 persen dan 40-50 persen peranan Illahi.
Kesimpulan
-Periksa diri secara bersamaan suami - istri paling lama dalam 1 tahun bila belum juga dikarunia anak, lebih dini lebih bagus, jangan biarkan waktu terus bergulir.
-Tim Dokter nantinya yang akan mempersiapkan secara maksimal sebelum dilakukan proses bayi tabung dgn harapan mendapatkan “Take home baby”/ mndapat momongan yang telah lama tertunda..
-Bayi tabung adalah alternatif terakhir untuk mendapat momongan, jika dengan alami maupun inseminasi tidak memungkinkan lagi.
-Proses kehamilan secara alami, bahkan dengan cara inseminasi merupakan pilihan lain sebelum dilakukan bayi tabung, ini tergantung kondisi pasangan suami istri, usia istri, serta lama perkawinan.
-Kondisi tiap pasangan sangat individual, apa masalahnya pada suami atau pada istri, atau masalahnya ada pada suami dan istrinya.
-Life style change/pola hidup harus dijaga, hindarin stres fisik dan pikiran yang bisa menurunkan kualitas kesuburan.
-Program bayi tabung merupakan program yang sangat membantu sekali bagi pasangan yang tidak memungkinkan dilakukan program alami maupun inseminasi.
-Tingkat keberhasilan program bayi tabung: 50-60 persen, sisanya kehendak Tuhan.***